Dear, seberapa sering kamu jadi teman curhat untuk temanmu? Apa saja manfaat yang kamu dapatkan dengan jadi teman curhat?
Ketika sedang dirundung masalah, curhat merupakan cara yang cukup ampuh untuk menenangkan diri.
Mengeluarkan uneg-uneg dengan orang terdekat yang kita percaya seperti, orang tua, saudara, sahabat, dan pacar bisa membuat perasaan jauh lebih lega. Namun, karena beberapa alasan, kerap kali kita lebih memilih curhat dengan teman ketimbang dengan keluarga.
Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa curhat ke teman dapat mengurangi resiko stres. Meski sudah kenal cukup lama, nggak semua teman bisa menjadi tempat curhat yang baik.
Misalnya, ada tipe teman yang cuek atau malah tidak menanggapi saat temannya sedang curhat dengan serius. Ada juga teman dengan tipe yang menunjukkan simpatik namun sebenarnya tidak peduli alias kepo aja.
Namun, banyak pula tipikal teman yang sangat peduli dengan teman-temannya. Jika kamu sedang dirundung masalah dan butuh nasihat, dia merupakan orang pertama yang siap membantu.
Nah, tipe teman pendengar yang baik seperti ini yang biasanya sering dicari dan dijadikan tempat curhat oleh teman-temannya.
Kalau kamu tipe yang mana nih, Dear? Apakah kamu termasuk tipe teman yang mendengarkan dengan baik atau malah sebaliknya?
Kalau kamu adalah tipe teman curhat yang baik, kamu akan mendapatkan banyak manfaat, lho. Yuk simak manfaat jadi teman curhat yang telah Riliv rangkum untukmu!
Menambah wawasan dan persepsi baru: salah satu manfaat jadi teman curhat
Seperti yang dilansir melalui Silver Delta, menjadi teman curhat otomatis kamu harus menjadi pendengar yang baik dan penuh perhatian saat sedang curhat. Secara tidak langsung, wawasan dan pengetahuanmu akan bertambah.
Kamu jadi belajar untuk memahami sebuah masalah dari sudut pandang baru serta berpikir komprehensif untuk mencari jalan keluarnya. Jadi, ketika kamu mengalaminya sendiri, kamu sudah tahu deh harus mengambil langkah seperti apa.
Meningkatkan kemampuan public speaking merupakan manfaat jadi teman curhat
Photo by Ernesto Verdugo
Seperti yang dilansir melalui Saylor.org, menjadi tempat curhat secara tidak langsung membuat kamu belajar lebih tentang bagaimana cara membangun argumen yang baik.
Oleh karena itu, ketika sedang mendengarkan temanmu yang sedang curhat membangun kemampuanmu menganalisis sebuah permasalahan berdasarkan sisi korban (victim).
Public speaking membutuhkan kemampuan simpatik yang berdasarkan pada sisi pendengarnya. Unuk menjadi speaker yang baik, kamu juga harus mempunyai kemampuan menjadi pendengar yang baik.
Belajar dari pengalaman orang lain
Kamu bisa belajar mengenai kehidupan tanpa harus harus mengalaminya. Mendengarkan cerita dan pengalaman orang lain, kamu bisa mendapatkan persepsi baru tanpa harus mengalaminya secara langsung.
Hal-hal yang telah menimpa temanmu akan menjadi pelajaran dan kamu akan berusaha menghindarinya agar tidak mengalami hal serupa.
Tidak mudah menghakimi orang dan objektif dalam melihat persoalan
Saat teman kamu sedang dilanda masalah, sulit baginya untuk melihat persoalan dengan pikiran yang jernih. Saat kamu menghadapi teman yang sedang dibalut kesedihan dan perasaan tidak enak lainnya, kamu akan mencoba mengerti kondisinya. Kamu akan berusaha berada di posisi yang netral.
Misalnya, ketika temanmu sedang bercerita tentang pacar barunya. Kamu nggak bisa langsung menghakimi karena kamu tidak suka dengan pacar barunya. Kamu tetap harus berpikir objektif dan rasional.
Kamu harus mendengarkan cerita temanmu dahulu untuk mematahkan prasangka burukmu tersebut. Dengan begitu, kamu akan terlatih untuk netral dan objektif dalam memandang persoalan.
Refrensi:
- https://saylordotorg.github.io/text_stand-up-speak-out-the-practice-and-ethics-of-public-speaking/s07-the-importance-of-listening.html
- https://www.silverdelta.co.nz/blog/5-benefits-of-being-a-great-listener/