Emotional baggage – Pernah nggak sih kamu merasa kalau hubungan kamu dan dia jadi renggang gara-gara kamu masih kepikiran masa lalu? Itu bisa jadi kamu punya emotional baggage! Menurut Collins Dictionary, istilah emotional baggage berarti sebuah perasaan yang kamu miliki tentang hal-hal negatif yang pernah kamu alami dalam hidupmu, sehingga istilah ini juga mengacu kepada beban yang muncul karena trauma masa lalu. Emotional baggage yang tertimbun seringkali berdampak negatif pada perilaku dan sikap kita di masa kini, namun kita jarang menyadarinya. Justru pasangan kamu yang bakal merasa bahwa ada ‘yang belum selesai dari kamu,’ sehingga hal ini bisa berdampak pada kualitas hubungan kalian. Nah, terus gimana sih caranya mengatasi emotional baggage membayang-bayangi hubungan agar tercipta healthy relationship antara kamu dan dia? Mari simak bersama artikel ini!
Pertanda Emotional Baggage Merusak Hubungan
Sebelum masuk ke tips dan trik, kamu harus tahu dulu tanda-tandanya emotional baggage membayangi dirimu! Dilansir dari Medium, psikolog Karen Nimmo mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu kamu waspadai ketika emotional baggage membuatmu nggak nyaman, yakni sebagai berikut:
Kamu Nggak Mudah Membangun Komitmen tapi Susah Move-On
Tahukah kamu? Ada gangguan mental bernama gamophobia, yaitu ketakutan terhadap hubungan jangka panjang. Gangguan mental ini biasanya dipicu oleh abandonment issues semasa kecil atau trauma yang nggak selesai terkait hubungan romantis dengan mantan. Situasi yang mirip dengan gamophobia bisa terjadi pada orang-orang yang punya emotional baggage, karena mereka jadi nggak akan mudah deket sama orang lain, soalnya mereka punya trauma yang belum diselesaikan di masa lalu. Nggak cuma membuat kamu nggak bisa dekat sama orang lain, emotional baggage juga bisa bikin kamu susah melupakan kebiasaan-kebiasaan di masa lalu dan menyesuaikan dengan lifestyle yang berbeda. Jadi, nggak salah juga ketika orang-orang yang punya emotional baggage susah banget move on dari mantannya. Riset sendiri membenarkan bahwa kesulitan move on dari suatu hubungan dapat menyebabkan masalah dengan hubungan mereka saat ini dan menghambat perkembangan diri. Memang nggak mudah, sih, buat move on dan membangun hubungan baru. Tapi, kalau kamu sampai terus menerus terngiang sama mantan dan membandingkan antara mantan dengan partner kamu saat ini, mungkin kamu perlu waspada!
Kamu Jadi Clingy dan Posesif Sama Pasangan
Pernah nggak sih kamu ngerasa nggak mau kehilangan pasangan, sampai-sampai kamu pengen terus dia ngabarin kalau ke mana-mana? Nah, mungkin inilah tanda bahwa emotional baggage masih menggantung padamu. Contoh lainnya, ketika pacar kamu nge-cancel waktu diajak janjian jalan-jalan sama orang, kamu marah-marah sama dia, bahkan sampai nggak mau bicara sama dia berhari-hari karena ngambek. Trauma yang diakibatkan oleh abandonment itu bisa menyebabkan seseorang jadi posesif dan suka mengontrol orang lain. Mereka lupa bahwa orang-orang punya kebebasannya sendiri, dan nggak semua kegiatan orang di dunia ini buat mereka saja. Sebetulnya, reaksi emosi yang dipicu oleh keadaan itu wajar, apalagi karena kamu nggak mau kehilangan momen berharga dengan pacar kamu. Tapi, kalau lama-lama kamu begini terus, hal ini akan merusak hubungan kamu dengannya.
Kamu Gampang Ke-Trigger, dan Suka Mencari Approval
Coba ingat-ingat, yuk! Pernah nggak sih kamu ngerasa marah banget atau cemburu waktu pasangan kamu sama orang lain? Memang, cemburu itu wajar dirasakan karena sejatinya, kita punya kecenderungan merasa takut dan terancam. Tapi, kalau cemburu kamu disebabkan oleh hal-hal kecil yang sepele, cobalah kamu refleksi diri sejenak. Mungkin kamu merasakan fear of rejection atau dalam bahasa Indonesianya, perasaan takut ditolak sama pasangan yang juga bisa jadi tanda-tanda emotional baggage. Nggak hanya itu, orang-orang yang punya emotional baggage akan cenderung suka caper sama pasangan buat mendapatkan approval mereka. Kalau pasangan nggak approve, mereka bisa stres dan kepikiran. Menurut riset, kecemburuan akut ini didasari oleh self-esteem rendah, trust terhadap pasangan yang terganggu, dan perasaan nggak aman. Berbeda dengan orang-orang yang punya self-esteem tinggi, mereka akan cenderung berpikir jernih dan nggak mudah terbawa suasana.
Tips Mengatasi Emotional Baggage dalam Hubungan
Terus, gimana dong kalau kita sudah terlanjur punya ketiga ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas? Mungkin sudah waktunya kamu melakukan tindakan khusus berikut ini!
Sadari Bahwa Emotional Baggage Itu Ada
Menimbun emotional baggage itu bagaikan membuang sampah ke sungai. Sampah itu nggak akan pernah terurai, dan malah menghalangi aliran sungai sehingga meluap menjadi air bah. Maka dari itu, jangan tunggu sampai terjadi ‘air bah’ lainnya dalam hubungan kamu, ya! Sudah waktunya kamu mengakui bahwa kamu punya beban yang tengah dipikul. Kalau kamu tipe orang yang suka menulis, gunakan waktu mengisi diary atau journaling untuk melepaskan bebanmu dalam kata-kata. sebelum melepaskannya dengan perlahan. Mungkin awalnya sulit, namun ketika kamu sudah terbiasa dan berdamai dengan beban itu, kamu akan lebih mudah untuk melepaskannya.
Saling Jujur dan Memahami antar Pasangan
Yang kedua, tentu saja kamu harus jujur dengan pasanganmu mengenai keadaan yang sedang kamu hadapi. Dalam hubungan romantis, saling memahami antar pasangan itu dibutuhkan untuk membangun fondasi yang kuat. Lalu, cara membangun pemahaman ini gimana? Tentu saja dengan membangun trust. Dengan adanya trust, kamu dan pasangan akan lebih mudah menavigasi berbagai tantangan dalam hubungan, sehingga kepuasan pun akan tercapai.
Cari Bantuan Profesional
Yang terakhir, Coba bicarakan dengan psikolog jika kamu merasakan tanda-tanda emotional baggage menghantui hidupmu. Riliv punya layanan konseling dengan psikolog yang bisa dilakukan secara online. Jadi, yuk, tunggu apa lagi! Booking layanan psikologi Riliv demi hubungan romantis yang sehat dan bahagia!
Referensi:
Bergeron, C. M., Almgren-Doré, I., & Dandeneau, S. (2016). “Letting Go” (Implicitly): Priming Mindfulness Mitigates the Effects of a Moderate Social Stressor. Frontiers in psychology, 7, 872. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.00872
Følling, I. S., Solbjør, M., & Helvik, A. S. (2015). Previous experiences and emotional baggage as barriers to lifestyle change – a qualitative study of Norwegian Healthy Life Centre participants. BMC family practice, 16, 73. https://doi.org/10.1186/s12875-015-0292-z
Hagen, R., Havnen, A., Hjemdal, O., Kennair, L. E. O., Ryum, T., & Solem, S. (2020). Protective and Vulnerability Factors in Self-Esteem: The Role of Metacognitions, Brooding, and Resilience. Frontiers in psychology, 11, 1447. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01447
Kansky, J., & Allen, J. P. (2018). Making Sense and Moving On: The Potential for Individual and Interpersonal Growth Following Emerging Adult Breakups. Emerging adulthood (Print), 6(3), 172–190. https://doi.org/10.1177/2167696817711766
Leary M. R. (2015). Emotional responses to interpersonal rejection. Dialogues in clinical neuroscience, 17(4), 435–441. https://doi.org/10.31887/DCNS.2015.17.4/mleary
Shujja, S. (2013). Role of trust in marital satisfaction among single and dual-career couples. International Journal of Research Studies in Psychology.
Sun, Y., Yu, H., Chen, J., Liang, J., Lu, L., Zhou, X., & Shi, J. (2016). Neural substrates and behavioral profiles of romantic jealousy and its temporal dynamics. Scientific reports, 6, 27469. https://doi.org/10.1038/srep27469