Childfree – Pernah nggak kamu bertanya-tanya apa yang membuat seseorang memutuskan untuk childfree? Mulai dari faktor, pengaruh psikologis sampai bagaimana cara kita menyikapi pilihan mereka akan kita ulik lebih lengkap dalam artikel kali ini. Yuk, kita simak selengkapnya!
Apa Itu Childfree dan Stigma yang Beredar
Dalam Journal of Psychology in Africa, istilah ini muncul pada akhir abad ke-20 yang diartikan sebagai keputusan, keinginan dan rencana buat nggak punya anak. Di masyarakat kita sendiri, punya stigma kalau perempuan yang mengambil keputusan tersebut udah di luar batasan harapan sosiokultural yang didukung oleh pronatalisme. Hmmm, maksudnya gimana ya?
Jadi dalam jurnal disebutkan, pronatalisma adalah kepercayaan yang sangat mementingkan peran buat jadi orang orang tua sebagai norma sosial. Menurut pandagan pronatalisma, hal ini juga termasuk bagian yang pasti ada dari kehidupan manusia. Jadi nggak heran kalau kewanitaan sering digabungkan sama peran ibu. Sedangkan kejantanan disamakan sama peran ayah.
Pronatalisma itu sendiri secara nggak sadar jadi suatu standar atau budaya yang ada di masyarakat. Dimana, sebagai pasangan suami istri dianggap harus punya anak. Dan kalau ada perempuan yang memilih chlidfree maka dianggap nggak sesuai sama budaya di masyarakat.
Terlepas dari hal itu, keputusan buat nggak punya anak bisa dipengaruhi banyak hal. Dimana hal ini jadi pertimbangan buat kebaikan rumah tangga sebuah pasangan juga. Mau tau apa aja faktornya? Keep scrolling, ya!
Faktor Memilih Childfree
Perlu dipahami, memilih childfree pada dasarnya bukan menjadi keputusan satu belah pihak saja. Baik pihak perempuan ataupun laki-laki ternyata memiliki beberapa faktor sendiri kenapa mereka memilih buat nggak punya anak. Seperti yang disampaikan dalam artikel Journal of Psychology in Africa, diungkapkan beberapa faktor tersebut dipengaruhi oleh:
- Pengalaman Soal Tugas Menjadi Ibu
Bagi pihak perempuan, biasanya tuntutan menjadi seorang ibu buat mengurus anak dalam keluarga terlebih di usia muda, menjadi ketakutan tersendiri. Seperti yang diungkapkan sebelumnya soal pronatalisma, dimana hal-hal kewanitaan sering dikaitkan sama peran ibu yang dianggap sebagai tanggung jawab dan tugas-tugas yang repetitif. Tentunya pandangan soal tugas ini mendapat pengaruh dari pengalaman masa kecil seseorang. Itu kenapa, hal ini jadi salah satu alasan atau pertimbangan seseorang buat nggak punya anak.
- Finansial dan Pasangan yang Tepat
Terlepas dari poin sebelumnya, alasan lain seseorang memilih childfree karena masalah finansial. Beberapa orang merasa susah buat menemukan pasangan yang cocok dalam mengasuh anak. Seperti yang kita tahu, membesarkan anak diperlukan biaya yang nggak sedikit dan kerjasama antara kedua orang tua. Jadi, aspek finansial dan kerja sama pasangan adalah hal yang penting. Karena bagi beberapa orang, kedua hal ini dianggap sulit buat ditemukan. Jadi mendorong mereka buat memilih nggak punya anak.
- Tujuan Karir
Hal lain yang jadi alasan dan pertimbangan buat memutuskan childfree yaitu soal tujuan karir. Beberapa orang menganggap keputusan untuk nggak punya anak, bisa lebih sesuai sama tujuan karir mereka. Misalnya mencoba kesempatan karir di bidang baru, atau promosi, dan lainnya. Jadi lebih fleksibel buat menentukan keputusan.
Selain tiga hal tadi, masih ada beberapa faktor lainnya. Dalam jurnal artikel A Phenomenological Exploration of the Childfree Choice in a Sample of Australian Women yang menyebutkan beberapa orang merasa nggak cukup dewasa buat jadi seorang ibu dan akhirnya memilih nggak punya anak. Mereka menganggap dirinya nggak cukup dewasa secara emosional atau kurang menguasai keterampilan yang diperlukan sebagai seorang ibu ataupun ayah. Dalam penelitian juga disebutkan kalau keinginan buat bisa bebas traveling jadi salah satu alasannya juga. Mereka menganggap kalau ini termasuk hal penting di dalam hidup.
Pros and Cons
Jika kamu tertarik dengan childfree, ada baiknya kamu memahami bahwa dalam sebuah pilihan pasti ada yang namanya pro dan kontra. Dalam Psychological Today ada beberapa hal yang menjadi pro dan kontra terhadap pilihan ini.
Kita lihat dari sisi pro-nya dulu ya, yaitu:
- Punya waktu lebih buat diri sendiri dan hubungan sama orang lain.
- Punya lebih banyak waktu buat karir dan hobi.
- Dunia jadi nggak terlalu ramai dan bisa memulihkan sumber daya alam karena konsumsi yang lebih sedikit.
Sedangkan dari sisi kontranya ada:
- Being an outcast karena Ketinggalan sama pembahasan diantara teman sebaya. Mungkin kamu akan merasa “Temen aku ngomonginnya soal anak sedangkan aku nggak ngerti”. Kadang, hal ini bisa jadi masalah karena bikin merasa nggak cocok sama circle pertemanan.
- Kemungkinan akan dianggap banyak orang, seolah-olah udah kehilangan momen penting dalam hidup.
- Nggak punya orang yang merawat di hari tua. Seperti yang diketahui, kita akan semakin tua dan jadi terbatas dalam melakukan berbagai hal. Dengan memilih childfree jadi suatu hal buat menyadari kalau perencanaan hari tua itu penting banget.
Pengaruh Secara Psikologis
Dalam penelitian The influences of childlessness on the psychological well-being and social network of the oldest old yang dilakukan pasa 650 orang berusia 85 tahun di Linköping, Swedia, menunjukan hasil antara keputusan childfree pada pasangan, ternyata nggak terlalu berdampak sama tingkat kesepian yang dirasakan saat lanjut usia. Baik itu untuk yang memutuskan punya keturuanan ataupun childfree. Karena kebanyakan mereka merasakan kesepian di tingkat tengah-tengah. Jadi perasaan sepi yang nggak kuat tapi juga nggak lemah. Selain itu, nggak ditemukan juga perbedaan kualitas kepuasan hidup. Tingkat kebahagiaan mereka cukup tinggi dan merasa senang atau cukup.
Terus, Gimana Seharusnya Kita Menyikapi Fenomena Ini?
Terlepas dari pro-kontra, pengaruhnya secara psikologis, stigma, dan lainnya, setiap orang punya kesempatan buat memilih childfree atau nggak. Kalau kamu dan pasangan masih bingung buat mengambil keputusan soal ini, bisa coba konseling bareng pasangan ke psikolog profesional. Tenang aja, psikolog nggak akan memaksa buat memilih satu keputusan tertentu. Justru kamu dan pasangan akan dibantu mempersiapkan mental lewat berbagai insight menarik yang bisa dijadikan pertimbangan untuk mengambil keputusan sendiri.
Keputusan hidup setiap orang bisa jadi berbeda, termasuk soal pilihan punya keturunan. Sediakan waktu buat diskusi sama pasangan, supaya kehidupan rumah tangga idaman bisa diwujudkan.
Referensi:
“Making the childfree choice: Perspectives of women living in South Africa.” Journal of Psychology in Africa 26, no. 4 (2016)
“A Phenomenological Exploration of the Childfree Choice in a Sample of Australian Women.” Journal of Health Psychology 18, no . 3 (2012)
“The influences of childlessness on the psychological well-being and social network of the oldest old.” BMC Geriatrics 11, no. 78 (2011)