Mengenal Post Power Syndrome: Apa benar, sindrom itu menemanimu saat karir sedang meredup?
Tidak ada orang yang menginginkan untuk turun dari masa kejayaan mereka. Harta, fasilitas, kedudukan, dan segala kemudahan yang didapatkan adalah primadona kehidupan bagi mereka yang pernah ada pada puncak kesuksesan.
Sayangnya, ketika semua itu hilang, sering kali stres dan frustasi yang justru menghampiri. Apalagi jika kepastian diri belum digapai.
Lantas, apa itu post power syndrome? Yuk, kenali sindrom ini dengan simak penjelasannya!
Mengenal Post Power Syndrome: biasa disebut sindrom pensiun
Post power syndrome (PPS) adalah kondisi kejiwaan yang umumnya dialami oleh mereka yang tidak mampu menerima hidupnya setelah kehilangan jabatan, diikuti dengan menurunnya harga diri.
Walaupun sering disebut juga sebagai sindrom pensiun, faktanya sindrom ini tidak memandang usia, lho.
Misalnya, saat kuliah kamu adalah mahasiswa berprestasi yang selalu menjadi kebanggaan setiap orang. Kemudian, saat bekerja kamu tidak bisa menerima bahwa harus memulai semuanya dari awal.
Bayangan saat menjadi mahasiswa berprestasi yang masih melekat di ingatan, bisa menjadi beban tersendiri. Sehingga, kamu sulit menerima hidupmu saat ini.
Kehilangan kejayaan sama dengan kehilangan hidup
Bahaya dari gangguan kejiwaan ini adalah bisa membuat kamu merasa kehilangan sebagian hidupmu ketika tahu karir atau masa kejayaan mulai meredup.
Kamu merasa seolah disingkirkan, digantikan, atau disepelekan oleh orang-orang yang dulunya menghormati dan selalu ada untukmu.
Tidak heran kalau kamu menjadi mudah stres karena merasa kehilangan sesuatu yang sudah menjadi bagian hidupmu.
Tanpa penanganan yang serius, kondisi jiwa bisa menjadi taruhannya
Pernahkah kamu mendengar kisah seseorang yang depresi berat bahkan menjadi gila karena perusahaannya bangkrut?
Nah, kisah tersebut mungkin bisa menjadi bukti dari post power syndrome yang tidak ditangani dengan baik, Dear.
Biasanya, seseorang dengan sindrom ini menjadi lebih cepat marah, stres berat dan memandang hidup dengan pesimis seakan-akan sudah tidak ada harapan lagi.
Setelah mengenal post power syndrome, banyak yang menganggapnya berbeda dengan penyakit mental lain yang lebih dikenal orang. Sehingga, ia cenderung tidak ambil pusing lalu membiarkan sindrom ini menggerogoti kesehatan mentalnya.
Karir yang ‘masih’ cemerlang bukan jaminan kamu bisa terhindar dari Post Power Syndrome
Kebanyakan orang mengira post power syndrome hanya bisa terjadi setelah karir berakhir, berhenti dari pekerjaan, atau pensiun.
Padahal, menurut Abraham Maslow, sindrom ini memiliki macam bentuk perilaku yang juga bisa dilihat ketika seseorang masih menjalankan karirnya.
Seorang yang mengalami post power syndrome cenderung menunda-nunda pekerjaan, pemalas, tidak pernah serius menjalankan tugas, dan sering kali tidak memiliki inisiatif.
Apabila kamu masih sering menunda-nunda pekerjaan, kamu cuma butuh 5 detik lho untuk menghentikannya!
Mengenal post power syndrome sejak awal agar lebih siap menghadapi realita
Ada baiknya kamu lebih mengenal post power syndrome bahkan saat karirmu masih berada di puncak.
Kamu tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin saja apa yang kamu harapkan tidak sesuai dengan realita.
Karir yang kamu banggakan bisa saja hancur dan semua mulai meninggalkanmu satu demi satu.
Dengan mengenal post power syndrome lebih awal, seperti gejala, bahaya, dan cara mengatasinya, kamu akan lebih siap untuk melawannya jika mungkin terjadi padamu, Dear.
__
Sangatlah normal merasa sedih saat sesuatu yang menjadi kebanggaan kita harus sirna.
Kita harus senantiasa ingat bahwa semua memang ada waktunya untuk berakhir. Namun, berakhirnya karir dan kejayaan bukan berarti hidup kita juga berakhir, Dear.
Buat kamu yang masih kurang percaya diri apabila dibawah tekanan pekerjaan, yuk cek artikel ini!
Tetaplah semangat para manusia tangguh!
Referensi:
- https://sites.insead.edu/facultyresearch/research/doc.cfm?did=2217
- https://georgiabulletin.org/commentary/2016/12/senior-side-post-retirement-syndrome/
- http://etheses.uin-malang.ac.id/1633/6/08410072_Bab_2.pdf
Shabrina Ayuningtyas – Business Administration UI’16
Discussion about this post