Meski tidak biasa, menikah tanpa pacaran adalah hal yang banyak terjadi. Ada berbagai alasan yang melatarbelakanginya, seperti masalah budaya, kepercayaan, hingga pengaruh dari keluarga.
Umumnya, pasangan melalui proses pacaran untuk lebih mengenal kepribadian satu sama lain, melihat kecocokan sifat, dan mengetahui ada atau tidaknya chemistry di antara mereka.
Namun, nggak sedikit pasangan yang menikah tanpa melalui proses pacaran, alias dijodohkan dan langsung menikah. Sehingga, ‘masa pacaran’ dilakukan saat mereka sudah ada dalam status pernikahan.
Cara pernikahan ini masih menjadi pro kontra di kalangan masyarakat. Ada yang memandang cara ini lebih baik karena berbagai alasan, ada pula yang ragu karena memandang cara seperti ini sama saja seperti ‘membeli kucing dalam karung’.
Kalau kamu sedang mempertimbangkan untuk menikah tanpa pacaran, ulasan berikut bisa kamu jadikan pertimbangan untuk melihat sisi positif dan negatifnya. Yuk, disimak, guys!
Sisi positif menikah tanpa pacaran
Photo by Senivpetro on Freepik
- Kalau kamu lahir di lingkungan keluarga di mana peran orang tua sangat dominan untuk mengatur seluruh urusan keluarga, kemungkinan besar kamu akan dijodohkan dengan seseorang yang menurut kriteria mereka baik dan ideal. Orang tuamu memilihkan jodoh dengan pertimbangan bibit, bobot, dan bebetnya, sehingga kamu bisa yakin bahwa pilihan mereka adalah yang terbaik.
- Kamu nggak harus melalui drama pacaran, seperti cemburu, ngambek, dan sebagainya. Karena kamu baru mengenal dia, kamu akan lebih berfokus pada saat ini dan masa depan, ketimbang memusingkan masa lalu si dia
- Pasangan yang dijodohkan biasanya memiliki prinsip hidup yang tidak jauh berbeda. Untuk itu, kamu dan dia akan cenderung sejalan dalam hal prinsip hidup, budaya, dan nilai-nilai yang kalian anut.
- Pernikahan tanpa pacaran, oleh sebagian orang dianggap lebih rasional ketimbang orang yang menikah setelah melalui proses panjang pacaran. Hal ini karena semua kriteria dibuat secara objektif, tanpa ada bawa-bawa perasaan.
- Pernikahan semacam ini juga lebih menjamin hubungan antarkeluarga besar yang lebih erat, karena sejak awal keduanya memang menginginkan kebersamaan kalian.
Namun, di sisi lain, kamu juga perlu memperhatikan risiko-risiko ini!
Photo by Master1305 on Freepik
- Karena nggak ada waktu untuk mengenal satu sama lain sebelum menikah, bisa jadi setelah beberapa waktu menikah, kamu dan dia tak juga merasa cocok dan sulit menemukan chemistry di antara kalian. Kondisi ini bisa menimbulkan perselisihan, cekcok rumah tangga, hingga berujung perpisahan.
- Kamu dan dia juga mesti belajar untuk memahami dan menerima satu sama lain dalam kondisi sudah menikah. Artinya, kalian nggak bisa dengan mudah menyerah jika ada masalah, karena nggak bisa bilang ‘putus’.
- Di awal pernikahan, kamu dan dia akan sama-sama berjuang untuk mempercayai pasangan sepenuhnya. Hal ini bukanlah proses yang mudah, karena membangun kepercayaan pada seseorang butuh waktu lama.
- Dalam pernikahan kalian, peran kedua keluarga akan sangat besar. Dalam beberapa hal, campur tangan keluarga besar malah bisa memperumit situasi dan bikin kamu dan pasangan sulit membuat keputusan sendiri.
- Yang namanya dijodohkan, mau nggak mau, kamu bakal terpaksa menyingkirkan selera dan kriteria pasangan idamanmu, baik dari segi fisik, penampilan, maupun sifat. Seperti disinggung sebelumnya, jodoh kamu ditentukan berdasarkan bibit, bobot, dan bebetnya, dan bukan atas preferensi pribadimu. Kalau ternyata pasangan masuk kriteria idaman buatmu, itu adalah bonus.
Nah, apakah kamu sudah merasa lebih yakin untuk membuat keputusan?