Jenis-jenis trauma dapat terjadi di lingkungan sekitarmu. Secara psikologis, trauma dapat digolongkan menurut penyebab dan gejalanya. Apa sajakah itu?
Pertama, apa pengertian dari trauma? Trauma dapat diartikan sebagai perilaku emosional yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari kenangan buruk di masa lalu.
Penyebab trauma dapat berasal dari bullying, bencana alam, Physical atau sexual abuse, emotional abuse, trauma pada anak-anak, domestic violence, terorisme, dan kejadian mengancam nyawa lainnya.
Tapi, tidak semua trauma harus disebabkan oleh kasus-kasus besar, lho. Trauma dapat muncul dari gabungan beberapa kejadian kecil yang seringkali diabaikan. Teman atau keluargamu bisa saja sedang berjuang melawan trauma tanpa penyebab yang tidak kamu sadari.
Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengetahui jenis-jenis trauma menurut psikologi, yang akan Riliv bahas di bawah ini.
1. Jenis trauma yang pertama: Small T trauma
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suatu kejadian buruk, bergantung pada pengalaman pribadi, tingkat toleransi dalam menghadapi kesulitan, moral, dan kepercayaan.
Namun bagaimanapun, kumpulan kejadian kecil yang berdampak buruk dapat menjadi trauma bagi korban yang biasa disebut dengan “small T trauma.”
Trauma ini disebabkan oleh kejadian yang di luar kemampuan seseorang untuk menghadapinya. Kejadian tersebut tidak mengancam nyawa, namun memengaruhi emosional dan ketidakberdayaan korban.
Contoh penyebab trauma ini adalah sebagai berikut:
- konflik antar teman, keluarga, atau orang terdekat
- ketidaksetiaan yang menimbulkan trust issue
- perceraian
- relokasi tempat tinggal
- masalah hukum
- masalah keuangan
Kamu yang mengalami kejadian di atas mungkin akan memilih stay strong dan menganggap kejadian itu adalah musibah yang wajar, tanpa menyadari hal itu sebagai penyebab utama traumamu.
Meskipun trauma ini bukan berasal dari kejadian yang mengancam nyawa, namun jika terus dipendam, hal tersebut dapat memicu stress dan ketidakstabilan emosi.
Jadi, sebelum kumpulan small t trauma mengambil alih dirimu dan menimbulkan resiko lebih besar, janganlah takut untuk bercerita pada sahabat, keluarga, atau bahkan psikolog.
2. Large T trauma
Photo by Engin Akyurt on pexels
Jika trauma seseorang berhubungan dengan kejadian besar, seperti bencana alam, teroris, sexual assault, dan lainnya, maka trauma tersebut disebut sebagai large T trauma.
Large T trauma disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Jika kamu mengalami kejadian di atas, ketidakberdayaanmu cenderung lebih terlihat dibanding penderita small T trauma sehingga dapat dimengerti dengan mudah oleh terapismu.
Penderita large T trauma merespon dengan perilaku isolasi yang lebih ekstrim dari penderita small T trauma. Seperti menghindari telepon dari petugas terkait, membuang seragam atau baju yang dipakai saat kejadian, dan menghindari keramaian.
Karena efeknya yang lebih besar, satu kejadian besar cukup untuk memberi efek trauma pada seseorang yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, stress berat, dan perilaku isolasi yang berlangsung cukup lama.
Jika kamu mengalami trauma ini, support dari orang terdekat sangatlah penting untuk menyembuhkan efek trauma. Terapi psikologis juga dapat membantu proses rehabilitasimu.
3. Jenis trauma populer tapi jarang dimengerti: PTSD
Posttraumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stress pascatrauma adalah gangguan kesehatan mental akibat kejadian buruk yang telah menimpa seseorang.
Penderita PTSD berarti telah didiagnosis secara official oleh DSM-5 atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders dan perlu mendapat perawatan pascatrauma.
Penderita PTSD memilik gejala yang timbul selama sebulan atau lebih, seperti berikut ini:
- Terperangkap dalam kenangan buruk. Mulai dari flashback, mimpi buruk, dan merasa stress saat teringat kejadian tersebut
- Menghindari pemikiran dan situasi yang berhubungan dengan kejadian tersebut tanpa solusi pemulihan
- Negative thinking, kehilangan semangat, menyalahkan diri sendiri atau orang lain
- Bersikap agresif, sensitif, waspada berlebih, sulit fokus, dan gangguan tidur
Jika kamu merasakan gejala-gejala di atas yang berhubungan dengan suatu traumatic event, hindarilah self-diagnose dan segeralah berkonsultasi dengan ahli psikolog.
Kamu dapat mencoba konsultasi online dengan psikolog dari Riliv yang dapat kamu akses di sini. Melalui aplikasi Riliv, kamu juga dapat melakukan meditasi untuk membantu meringankan efek trauma.
Stay strong, Dear. But don’t forget to rely on others too!
Sumber:
- https://www.aurorapsychology.com.au/different-types-of-trauma
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/trauma-and-hope/201703/different-types-trauma-small-t-versus-large-t