Penyebab Boros Psikologis – Mendapatkan gaji atau uang saku tentu menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Namun sebanyak apapun uang yang kamu miliki pasti rasanya tidak akan pernah cukup untuk memenuhi banyak keinginan kamu, bukan?
Mungkin kamu sempat bertanya-tanya, apakah memang uangnya sedikit atau kamu yang boros?
Rupanya, ada beberapa penyebab boros yang berkaitan dengan psikologis kamu sehingga tanpa sadar kamu selalu kehabisan uang sebelum waktu gajian lagi!
Mengenal Gaya Pengeluaran Kamu adalah Trik Utama Mencegah Boros
Perlu diketahui bahwa mengeluarkan uang bukanlah sebuah tindakan yang ‘berbahaya’. Topik ini sebenarnya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan modern karena kebutuhan yang harus dipenuhi.
Pada dasarnya, pengeluaran uang merupakan bentuk dari exchange atau pertukaran barang. Namun dari segi psikologis dan emosional, ada proses penentuan mengapa uang tersebut dibelanjakan padahal mereka bisa memilih untuk tidak mengeluarkannya sama sekali.
2 faktor yang menjadi penentu dari pengeluaran uang menurut psikologi adalah:
- Mendapatkan Sesuatu (Gain): Saat mengeluarkan uang, seseorang memperkirakan apa keuntungan yang didapat dari pertukaran tersebut
- Kehilangan Baik Uang maupun Kesempatan (Loss): Bukan hanya menilai apa yang didapat, seseoragng juga tanpa sadar akan mempertimbangkan apakah kehilangan uang atau kesempatan yang diberikan kepada orang lain berdampak positif pada dirinya.
Antisipasi vs Antisipatori

Emosi sangat menentukan gaya pengeluaran uang kamu. Salah satunya adalah emosi yang dirasakan sebelum dan setelah membeli.
Emosi Antisipasi (anticipated emotion) merupakan emosi yang kamu harapkan dapat dirasakan setelah membeli sesuatu, seperti “Ah aku akan senang jika membeli iPhone terbaru”.
Menariknya, hal ini bukanlah emosi sama sekali, melainkan ‘pikiran’ semata terkait apa yang kamu akan rasakan nanti. Jadi bukan sebuah emosi pasti, ya!
Sedangkan Antisipatori merupakan emosi yang kamu rasakan tepat saat kamu memperhitungkan pembelian.
Membayangkan betapa senang akhirnya kamu membeli iPhone dan juga bersalah karena sudah membeli, bukannya malah memperbaiki laptop rusak kamu.
Nah para ahli menyarankan agar kamu mengenali dahulu kedua emosi ini dengan lebih sadar agar kamu bisa memahami apa yang sebenarnya berusaha mereka katakan kepadamu. Apakah kamu membeli sesuatu hanya karena kamu membayangkannya, atau benar-benar senang saat kamu sudah membelinya?
Kabar baiknya, kamu bisa mencoba melatih kesadaran emosi kamu melalui meditasi singkat, loh.
Fokus pada Gain dan Bukan Loss
Riset menunjukkan bahwa hampir kebanyakan orang lebih memilih untuk mencari kesenangan dari mendapatkan sesuatu, bukan pencegahan akan sesuatu yang lebih buruk.
Ini artinya orang lebih baik membeli sesuatu untuk merasakan senang daripada tidak membeli sesuatu untuk mencegah kehilangan uang.
Hal ini dikarenakan adanya adaptasi hedonik atau proses pembiasaan seseorang untuk mendapatkan sesuatu agar bisa menjadi lebih bahagia.
Seringkali, proses pembelian barang hanya dikarenakan mereka terbiasa bahagia dengan membeli akan mengarah pada kekecewaan karena barang tersebut tidak memberikan kebahagiaan yang mereka harapkan.
Apakah Kamu Termasuk Orang yang Boros?

Masih berhubungan dengan teori di atas, para ahli menemukan bahwa ada 2 ilustrasi pembeli yakni spendthrifts dan tightwads.
Spendthrifts merujuk pada kelompok yang mengadopsi gaya hidup adaptasi hedonik sehingga mereka fokus pada apa yang dicapai saat mengeluarkan uang dan berusaha ‘bodo amat’ dengan risiko kehilangan yang mereka dapatkan.
Sebaliknya tightwads fokus pada kehilangan ketika mengeluarkan uang dan cenderung menolak mengeluarkan uang kecuali bisa memberikan kebahagiaan yang lebih besar daripada kehilangan tersebut.
Dengan kata lain, tightwads sangat mempertimbangkan ‘kerugian saat membeli’ dibandingkan apa yang mereka dapatkan!
Sayangnya, proses pertimbangan kerugian bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan secara spontan.
Ini artinya, butuh latihan rutin dan membiasakannya menjadi gaya hidup agar tidak terjebak dalam adaptasi hedonik.
Jika kamu sudah sering mempertimbangkan kerugian daripada sesuatu yang didapatkan, maka selamat! Kamu sudah berada satu langkah lebih jauh dari penyebab boros secara psikologis!
Persiapan Resesi dan Menyimpan Uang di Tahun yang Tidak Pasti
Apa yang harus dilakukan di tahun ketika ekonomi menjadi tidak pasti, apalagi isu resesi yang terus meresahkan hati?
Selain tips agar tidak boros, kamu juga bisa menganalisis kebutuhan diri sendiri dan kebiasaan yang dilandasi aspek psikologis untuk mencegah mengeluarkan uang lebih banyak:
Minimalkan Pembelian dengan Kartu Kredit
Meskipun memiliki manfaat, namun kartu kredit menjadi jebakan berbahaya khususnya kamu yang cenderung mengadopsi gaya hidup hedonik.
Hal ini dikarenakan kamu menjadi semakin sulit untuk mempertimbangkan loss karena mudahnya pembayaran dengan kartu kredit.
Nah jika sudah begini, kamu harus mulai membatasi atau mengganti kebiasaan ini dengan kartu debit, ya!
Kenali Penyebab Pembelian Kamu

Banyak yang lupa bahwa penyebab boros dari segi psikologis bukan soal ada uang atau tidak, tetapi bagaimana pembelian itu bisa membuatmu merasa sesuatu.
Tujuannya bukan untuk membuatmu merasa bersalah, tetapi mengenal motivasi terdalam sehingga kamu bisa mempertanyakan lagi: Benarkah aku butuh ini?
Cobalah untuk mengenali saat-saat kamu membeli sesuatu: apakah dalam mood yang buruk? Hari yang melelahkan? Atau justru self reward karena sudah sukses melakukan presentasi dengan baik?
Bila hal ini terjadi terus menerus, bukan tidak mungkin jika tagihan kamu sangat membengkak!
Yang Jelas, Harga Diri Kamu Tidak Ditentukan dari Seberapa Banyak Uang yang Kamu Miliki
Jebakan ini menjadi sangat sering terjadi di era modern karena adanya premis bahwa “Semakin kaya, semakin dipandang”.
Kenyataannya, hal ini mungkin sesuatu yang dipelajari dari orang tua sejak kecil, loh!
Salah satu faktor terbesar yang menentukan gaya pembelian kamu juga diadopsi dari bagaimana orang tua kamu juga melakukan hal yang sama.
Mengenali bagaimana orang tuamu membelanjakan uang bisa dianalisis sebagai pola-pola yang sehat atau pun tidak sehat.
Sehingga kamu pun juga bisa menyadari bahwa hal-hal yang kamu beli tidak berkaitan dengan self worth kamu, kok!
Ketidakpercayaan diri bukan berakar dari ada tidaknya uang di rekening kamu, tetapi bagaimana kamu bisa mencintai dan memahami kebutuhan dirimu.
Psikolog bisa membantumu untuk menemukan aspek positif selain uang. Dengan beberapa pendekatan psikologis, psikolog bisa membantu menghentikan pola pikir negatif terkait diri sendiri dan membangunnya bersama-sama.
***
Sumber:
- https://travisjcarter.org/Files/Carter-Psych%20Science%20of%20Money-Chapter-2014.pdf
- https://www.cnbc.com/2021/04/28/7-money-personality-types-and-the-pitfalls-of-each.html
- https://www.thebalancemoney.com/the-psychology-of-spending-money-1289256