Resiliensi Stres Kerja – Segudang manfaat dari resiliensi sudah sering dirasakan dalam kehidupan, salah satunya membentuk mental yang lebih kuat, lebih cerdik menghadapi situasi sulit dan rintangan dalam pekerjaan, serta ketenangan jiwa. Hal ini tentunya menjadi impian banyak karyawan, apalagi ketika merasakan stres yang bertubi-tubi dari lingkungan pekerjaan. Resiliensi stres kerja merupakan salah satu pemanfaatan resiliensi yang aplikatif dan dapat dipraktekkan oleh siapa saja.
Di tengah persaingan kerja, naik-turunnya bisnis, dan perubahan dalam lingkungan kerja, tentu menjadi kuat, tegar, dan dapat memantul lagi ke atas dan bangkit adalah skill yang dibutuhkan untuk bertahan di dunia kerja, bahkan untuk meningkatkan karir.
Maka dari itu, mari sama-sama mengetahui kiat-kiatnya bersama Riliv di sini.
Apa itu resiliensi stres kerja?
Resiliensi selalu dimaknai dengan mudah sebagai “kemampuan untuk memantul kembali ke atas setiap dilempar jatuh”.
Jika diperluas lagi, resiliensi dipandang juga sebagai kemampuan untuk melewati celah dan tekanan yang dialami, khususnya di tempat kerja (untuk pembahasan resiliensi stres kerja).
Yang berarti, resiliensi stres kerja membentuk karyawan menjadi lebih kuat dan adaptif terhadap stres yang karyawan Anda alami.
Menurut Dr Sam Harvey, seorang psikiater dari Black Dog Institute “memperkaya skill resiliensi Anda dapat menghilangkan anggapan bahwa stres adalah hal yang tak bisa Anda ubah sebagai karyawan.”
Faktanya, siapapun dapat mengalami stres dari tekanan eksternal, sekuat apapun ia menjaga faktor internal dalam ranah yang dapat dikendalikan. Sama halnya dengan siapapun bisa mengalami batuk dan pilek, namun tidak ada seorangpun yang berkewajiban untuk mengalami pilek dan batuk.
Dengan resiliensi, karyawan akan menjadi karyawan dengan mindset yang lebih baik dan cenderung positif, serta tidak mudah ditekan atau diperdaya; karyawan jadi tahu betul mana yang kewajiban, dan yang mana yang tidak seharusnya ditangani.
Sebagai skill yang dinamis, resiliensi mungkin nampak seperti kemampuan bawaan lahir pada sebagian orang. Namun, manusia pasti akan selalu dihadapkan kepada berbagai macam kasus dan kondisi yang berbeda-beda, semirip apapun Anda duga kondisi tersebut dengan yang pernah Anda atau karyawan Anda alami.
Orang yang Anda anggap memiliki bakat resilient sejak lahir, belum tentu dapat menanggung dan memenangkan diri dari masalah yang pernah diselesaikan. Sebab, skill resiliensi adalah kemampuan yang dapat diperkaya dengan pengalaman dan evaluasi diri setiap harinya. Penting sekali untuk melatih daya lenting ini pada diri karyawan. Bukan semata-mata untuk kinerja karyawan, tapi juga untuk kesejahteraan karyawan itu sendiri.
Dalam lingkungan kerja modern yang terus berubah, bergerak maju, bergerak cepat dengan segala sarana online yang kita miliki, dan persaingan bisnis yang semakin terbuka, akan ada banyak tekanan, hambatan, dan beban yang akan dirasakan oleh karyawan setiap harinya.
Maka, sangat penting untuk mendidik dan menuntun diri kita sendiri menjadi pribadi yang lebih tegar menghadapi situasi, dan cerdas serta berkepala dingin dalam memecahkan masalah.
Dengan perlahan-lahan namun konsisten, mempelajari resiliensi dapat membuat mereka menjadi karyawan yang dijauhkan dari rasa stres yang menimpa terus-menerus.
Apa kaitan resiliensi kerja dengan stres?
Resiliensi merupakan kata serapan dari resilience, yang berarti ketahanan dan ketangguhan. Menjadi tangguh seringkali dikaitkan dengan kemampuan untuk menjadi orang yang kuat dan tegas dengan pendirian, dan tidak mudah goyah terhadap situasi apapun. Lalu, apa kaitannya dengan stres?
Sama seperti tubuh manusia yang diasah dan dijaga dengan baik dan disiplin melalui pola makan dan olahraga, kesehatan mental (terutama resiliensi) dapat terus diperkaya dengan latihan mental yang disiplin.
Stres seringkali muncul dari tekanan yang dirasakan di tempat kerja. Stres tersebut bisa berasal dari faktor internal dan eksternal. Dengan melatih otot-otot resiliensi, karyawan bisa mengurangi kemungkinan stres, dimulai dari faktor internal.
Seringkali seseorang merasa stres karena kesalahan yang ia lakukan sendiri, miskomunikasi, dan kesalahan dalam mengeksekusi pekerjaan. Dengan resiliensi, karyawan dapat lebih tangguh dalam menerima kesalahan sendiri (legowo).
Karyawan dengan resiliensi cenderung mengambil pelajaran dan melakukan evaluasi dari kesalahan yang ia lakukan, dibanding menekan diri sendiri dan larut dalam penyesalan. Sikap legowo ini tentu dapat membantu Anda untuk mengurangi stres.
Resiliensi juga memegang peranan yang sangat besar dalam hubungan sosial seseorang. Dengan terus mengasah kemampuan resiliensi, seseorang dapat belajar untuk mengkomunikasikan perasaan dengan lebih jernih, jelas, dan meminimalisir ketersinggungan.
Maka, resiliensi juga dapat mempererat koneksi yang saat ini Anda punya, dan berpotensi menambah luasnya koneksi yang kelak dimiliki karyawan. Sebab, bukan rahasia lagi bahwa koneksi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia kerja.
Menurut David Laak, komunikasi efektif juga menjadi salah satu cita-cita dari pelaksanaan sifat resiliensi dalam lingkungan kerja. Komunikasi efektif akan terjadi bila sesama karyawan saling mendengarkan secara aktif (fokus dan tidak berpura-pura) dan merespon permasalahan yang sama-sama dihadapi dengan efektif.
Hal ini dapat dicapai dengan resiliensi, dan Anda dapat meminimalisir konflik antar kolega dengan melatih sendi-sendi resiliensi Anda.
Memiliki jaringan yang luas dan berkualitas pun dapat mempengaruhi kinerja eorang karyawan. Dengan menerapkan kemampuan resiliensi, karyawan akan menyadari pentingnya membantu dan menyokong kolega di sekitarnya.
Kecenderungan itu tentu sangat dibutuhkan dalam kerja sama tim pada era ini, dan membuat Anda memiliki kualitas sebagai seorang karyawan, terutama karyawan dalam sebuah tim atau divisi.
Selain itu, menjadi resilient dapat membawa seseorang menjadi figur yang terpercaya oleh orang-orang dalam lingkungan kerja. Dengan melihat cara kerja dan pola pikir yang dapat menyesuaikan diri dan tegar dalam banyak kondisi, akan lebih banyak kepercayaan yang Anda berikan.
Kepercayaan selalu dianggap sebagai sesuatu yang mahal dan tidak mudah diberikan kepada sembarang orang. Kepercayaan juga dapat membuat karyawan lebih percaya diri dalam bekerja, tanpa harus merasa tertekan dan stres setiap mengambil keputusan.
***
Menjadi seseorang yang resilient dan tangguh adalah impian banyak orang dalam dunia penuh tantangan saat ini. Ini bukanlah tahun yang mudah, dengan banyaknya pemberitaan mengejutkan dan pandemi COVID-19 yang mengubah tatanan hidup kita.
Namun, menjadi cinta dengan diri sendiri, dan mengajak diri untuk bangkit dan berjuang, akan sangat membantu karyawan kepada masa depan yang lebih positif.
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Sumber:
- https://positivepsychology.com/resilience-in-the-workplace/
- http://www.abc.net.au/health/features/stories/2015/01/22/4165103.htm
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca juga:
HR, Ini 5 Manfaat Efisiensi Kerja dan Caranya