Dari sekian banyak macam stress di dunia ini, barangkali ini yang paling underrated: stress kuliah hukum. Umumnya, orang tahu stress kuliah teknik, stress kuliah kedokteran, tapi stress kuliah hukum?
Seperti jurusan-jurusan lain di perguruan tinggi, jurusan hukum memiliki tingkat kesulitan dan tuntutan tersendiri. Stress itu universal bagi semua orang pada semua level dan bidang kehidupan.
Di mana ada tekanan, di situ ada kemungkinan menjadi stress. Benar, Dear?
Penyebab stress kuliah hukum
Materi yang sangat luas
Hukum adalah ‘area yang mewadahi area lain’. Kita semua tahu ada hukum yang mengatur perdagangan secara umum, perdagangan internasional, perdagangan obat-obatan, dan sebagainya.
Setiap area tersebut memiliki undang-undang sendiri, yang diperbarui setiap beberapa tahun sekali, dilengkapi dengan lapisan aturan-aturan di bawahnya seperti peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan sebagainya.
Umumnya, mahasiswa hukum mengambil 24 SKS dengan bidang materi berbeda-beda tiap semester, dan mereka harus ‘menelan’ semua peraturan terkait.
Banyaknya materi ini berpotensi membuat mahasiswa kewalahan.
Kompetisi menyebabkan stress kuliah hukum
Kompetisi adalah penyebab klasik segala macam stress dan gangguan kecemasan. Pada tahap kronis, ini bisa menyebabkan depresi.
Hukum adalah bidang dengan tingkat kompetisi yang cukup tinggi. Terutama jika melihat prospek profesi hukum, kompetisi dan tuntutan kerja yang tinggi berpotensi menyebabkan stress.
Ekspektasi
Hukum memiliki reputasi sebagai bidang yang ‘garang’. Dalam bidang hukum, ketrampilan berargumen sangat penting.
Agar dapat berhasil di bidang hukum, individu diharapkan dapat menyusun argumen dengan teliti dan tajam, kemudian menyampaikannya dengan vokal.
Begitu pula pandangan masyarakat umum bahwa orang hukum seharusnya memiliki image tangguh, cerdas, dan pemberani. Padahal, tidak semua orang memiliki watak asli Gryffindor, Dear.
Nah, ini nih, yang paling kronis. Ibarat rumah tangga, rumah tangga tanpa cinta, sudah pastilah retak di dalamnya.
Mungkin kamu mempertimbangkan untuk ujian lagi tahun depan, pindah jurusan. Bukan hal yang mustahil kalau masih di semester awal. Tapi bagaimana kalau sudah terlanjur semester tua?
Sebaiknya pikirkan baik-baik ya, Dear. Pikirkan sudah sejauh apa kamu melangkah, dan yang penting, pahami bahwa semua bisa diatasi dan akan berlalu, termasuk stress kuliah hukum yang kamu alami.
Apa saja gejalanya?
Gejala emosi
Orang stress umumnya menjadi mudah marah, mudah frustrasi, dan menjadi moody. Mahasiswa hukum yang mengalami stress akan mudah merasa kewalahan.
Gejala fisik
Stress juga dapat mempengaruhi keadaan fisikmu, Dear.
Gejala fisik yang sering terjadi ketika seseorang merasa stress adalah rendahnya energi. Aktivitas sesederhana naik tangga ke lantai dua terasa seperti naik tangga ke lantai lima.
Gejala lain meliputi otot pegal-pegal, sakit kepala, hingga insomnia dan gangguan pencernaan. Selain itu, stress berdampak pada sistem imun manusia, sehingga penderita mudah sakit.
Penyakit-penyakit seperti flu dan demam lebih mudah menyerang ketika sedang stress. Jika sampai ini terjadi, alih-alih menyembuhkan ‘penyakit permukaan’ itu satu per satu, akan lebih efektif apabila coba mengatasi stress, sehingga sistem imun dapat membaik.
Gejala kognitif
Gejala ini akan sangat tampak pada mahasiswa karena aspek kognitif sangat penting dalam kegiatan akademik seperti perkuliahan dan ujian.
Mungkin dulu kamu bisa memahami kasus, mencari dasar hukum, menganalisis, dan menyusun argumen dengan lancar. Tapi, ketika stress menyerang, jangankan berargumen, memahami kasus saja sulit.
Stress menyebabkan kekhawatiran tak berujung, mudah lupa, dan tidak bisa fokus. Padahal, untuk dapat menyerap ilmu dengan baik, kognisi sangat penting, Dear. Terganggunya aspek kognitif karena stress juga sangat berpotensi mempengaruhi nilai.
Gejala perilaku
Biasanya makan tiga kali sehari, tiba-tiba bisa makan sampai lima kali sehari? Atau biasanya makan tiga kali, tiba-tiba nggak punya nafsu makan sama sekali?
Bisa jadi itu adalah gejala yang timbul karena stress, Dear. Seringkali, stress mempengaruhi pola makan seseorang.
Pada beberapa orang, stress membuat mereka melakukan substance abuse supaya bisa ‘kabur’ dari rasa stress itu. Misalnya, mengonsumsi obat-obatan, alkohol, dan merokok.
Jangan sampai begitu ya, Dear. Bukankah sebuah ironi jika mahasiswa hukum menyalahgunakan obat-obatan?
Menghadapi stress kuliah hukum
Tidak jarang, orang melampiaskan stress pada hal-hal yang sebenarnya berimplikasi negatif, seperti rokok atau alkohol. Beberapa orang mungkin meneguk kafein supaya bisa memenuhi deadline tugas, tapi lama-lama jadi kecanduan kafein.
Alih-alih melampiaskan stress kuliah hukum pada hal-hal yang berimplikasi negatif pada diri sendiri, kamu bisa coba tanamkan four-point plan, Dear. Apa itu four-point plan? Simak berikut ini!
Faith
Memiliki keyakinan penting agar kamu bisa tetap melanjutkan studi. Iman kepada Tuhan juga sangat penting karena Tuhan adalah tempat kita berdoa, berharap, dan meminta. Bagi banyak orang, doa juga dapat menambah ketenangan hati.
Live
Di luar studi hukum yang menguras pikiran dan energi, masih ada kehidupan yang layak dinikmati dan diperjuangkan. Mungkin kamu punya orang tua, saudara, teman-teman, atau pasangan. Mungkin juga, kamu punya hobi lain.
Self-care
Jika sudah lelah mengerjakan tugas, suntuk pergi kuliah, tidak ada salahnya refreshing. Main game, nonton film yang sedang hits, atau pergi kencan ke restoran favorit. Jangan lupa juga untuk jaga kesehatan ya, Dear.
Mintalah bantuan
Mungkin kamu berpikir kamu sendiri, tapi sebenarnya kamu tidak sendiri, Dear. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami stress kuliah hukum. Dan, ada orang-orang yang akan membantumu jika kamu meminta bantuan.
Kamu perlu tahu bahwa kamu tidak harus menghadapi semua ini sendiri. Berkonsultasi pada yang lebih ahli juga tentunya bisa membantumu mengatasi stress-mu. Tidak perlu takut untuk konsultasi dengan psikolog pada aplikasi Riliv, Dear!
Referensi:
- https://www.webmd.com/balance/stress-management/stress-symptoms-effects_of-stress-on-the-body#1
- http://www.lawlifeline.org/articles/458-law-school-and-stress
Ditulis oleh Fida Aifiya Chusna.