Depresi karena Putus Cinta – Cinta sebagai salah satu kebutuhan psikologis manusia, seringkali memegang peranan penting dalam kehidupan. Layaknya kebutuhan, sudah tentu harus dipenuhi agar terciptanya keseimbangan dalam hidup. Tapi apa jadinya ya, kalau kebutuhan itu menjadi tidak terpenuhi karena putus cinta? Dan, apa benar kita bisa depresi dibuatnya? Yuk, kita cari tahu jawabannya dalam ilmu psikologi!
Salah Langkah, Mental Bermasalah
Putus cinta memang sudah biasa dalam kehidupan, tapi dampak dari fenomena ini selalu nggak pernah habis untuk diulik. Dikatakan oleh Ibnu Sutoko, salah satu dosen psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
Ketika fenomena (putus cinta) itu tidak ditangani dengan baik, maka akan berubah menjadi sebuah depresi. Mood seseorang juga akan cenderung menjadi negatif, sering menangis, dan keinginan untuk bersosial menurun. Hal ini tentu dapat berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari.
Ibnu Sutoko – Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Butuh perhatian cukup saat menghadapi fenomena ini terlebih dengan belajar mengenal emosi apa yang sebenarnya sedang kita rasakan. Dengan memahami emosi, kita jadi bisa mengukur kesedihan lebih rasional dan tidak berlarut-larut dibuatnya.
Biasanya, mereka yang gagal mengenali emosinya ini akan kesulitan untuk berekspresi sehingga memilih untuk memendam atau mengambil langkah yang kurang tepat. Sebagai contoh, saat kita mengakhiri hubungan dengan kekasih, kita perlu tahu apakah perasaan sedih yang dirasakan ini terjadi karena kita belum siap kehilangan sosoknya, kecewa karena harus dipaksa berakhir, kecewa karena tidak sesuai ekspektasi, atau bahkan sebenarnya marah karena pasangan ternyata tidak memiliki rasa cinta yang sama besarnya dengan kita.
Dengan mengenali emosi-emosi itu, kamu bisa coba berikan nama dan pahami untuk mendapatkan solusi permasalahan yang tepat. Kalau ternyata emosi sedih yang kamu rasakan setelah putus cinta datang dari perasaan kecewa akibat tidak sesuai ekspektasimu ke jenjang pernikahan, maka apa iya kamu akan mentreatment lukamu seperti kamu diputuskan karena dia selingkuh?
Pilihannya ada di kita sendiri. Apapun itu, emosi yang kamu rasakan adalah valid. Namun kamu selalu punya pilihan untuk bisa menemukan solusi yang tepat seperti bercerita ke orang terpercaya atau konsultasi dengan psikolog profesional dari Riliv.
Tahapan Psikologis Depresi Karena Putus Cinta
Putus cinta dalam psikologi, menurut seorang psikiater sekaligus penulis buku On Death and Dying (1969), Dr. Elisabeth Kübler-Ross memiliki tahapan yang sama seperti saat seseorang kehilangan akibat kematian. Dirinya mengembangkan teori The 5 Stages of Grief menjadi tahapan yang akan dialami seseorang karena perpisahan atau putus cinta karena dianggap memiliki dampak psikologis yang cukup signifikan jika tidak ditangani dengan tepat.
Seperti teori awal, seseorang yang baru saja putus cinta memiliki 5 tahapan psikologis:
- Denial atau Penyangkalan bahwa hubungannya saat ini telah berakhir
- Anger atau Marah sebagai bentuk pelampiasan emosi dan tahapan lanjutan
- Bargaining atau Tawar Menawar yang terjadi antara otak dan hati, dimana biasanya kita akan mencoba untuk berpikir rasional dengan mencari tahu penyebab perpisahan dan berjanji untuk berubah atau memperbaikinya sebagai bentuk penyesalan. Namun disisi lain, hati kita sudah mulai mencoba untuk berdamai dan menyadari bahwa apa yang terjadi adalah kenyataan.
- Depression akan muncul pada tahapan selanjutnya ketika kita benar-benar menyadari bahwa hubungan sudah berakhir dengan ditandai adanya penurunan nafsu makan, kesedihan mendalam, penurunan konsentrasi, hingga efek menarik diri dari lingkungan.
- Acceptance atau Penerimaan, adalah tahapan terakhir ketika kita sudah pasrah dan menyadari yang terjadi tidak akan bisa diulang. Pada tahapan ini biasanya kita sudah tidak akan merasa sedih berlebihan lagi dan mulai beraktivitas normal.
Tapi dari kelima tahapan ini, Dr. Elisabeth Kübler-Ross menjelaskan bahwa tidak selalu terjadi secara berurutan pada setiap orang. Bisa jadi setelah putus cinta seseorang langsung menerimanya, atau marah, bahkan depresi terlebih dahulu. Semuanya sangat bisa acak mengikuti pengalaman dan ketahanan mental seseorang yang unik.
Dirinya juga menjelaskan bahwa depresi yang ada pada tahapan psikologi putus cinta bukan termasuk depresi seperti mental illness. Tahapan depresi karena putus cinta lebih kepada salah satu dampak psikologis yang akan dialami seseorang akibat penurunan hormon.
Berbeda jika kesedihan dan perubahan perilaku yang terjadi pada tahapan depresi cenderung berlangsung lama dan sudah mengganggu aktivitas harian, maka itu tandanya kesehatan mental kita sudah terganggu dan perlu untuk mencari pertolongan kepada psikolog profesional.
Depresi Karena Putus Cinta Berbeda Pada Pria & Wanita
Putus cinta memang bisa terjadi pada siapa saja. Tapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Binghamton University terhadap 5.000 orang dari 96 negara yang berbeda, para wanita lebih lama untuk selesai dengan masalah putus cinta dibandingkan pria.
Karena itu sebelum terjebak dalam permasalahan kesehatan mental yang lebih dalam, ada baiknya kita mencoba menjaga diri sendiri dengan lebih memahami hal-hal apa saja yang bisa kita lakukan saat putus cinta.
Pada wanita, depresi karena putus cinta cenderung memiliki peluang lebih tinggi karena saat menjalani hubungan. Hal ini didorong oleh evolusi wanita dimana hubungan percintaan adalah sebuah investasi panjang yang membuat wanita akan lebih selektif dalam memilih pasangan. Wanita cenderung memikirkan hal ini secacra matang dan berpikir untuk bisa berkomitmen dalam jangka waktu panjang hingga akhirnya berinvestasi pada hubungan tersebut secara penuh. Itu kenapa saat putus cinta terjadi tiba-tiba, wanita cenderung tidak bisa mempersiapkan diri dalam merespon. Hormon stress akan langsung meningkat dan mempengaruhi sistem imun dalam rentang waktu tertentu, hingga menyebabkan rasa sakit pada beberapa tubuh wanita sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian.
Berbeda dengan pria, penelitian mengungkapkan bahwa kehilangan pasangan tidak terlalu ‘menyakitkan’ bagi mereka. Hal ini dikarenakan pria berevolusi untuk bersaing memperebutkan perhatian romantis wanita. Mungkin kamu bisa saja menemukan pria yang mengalami depresi karena putus cinta. Tapi jumlahnya bisa jadi jauh lebih sedikit dibandingkan wanita.
Pria kemungkinan akan merasakan kehilangan secara mendalam dan untuk jangka waktu yang sangat lama karena ‘tenggelam’ bahwa dia harus ‘mulai bersaing’ lagi untuk menggantikan apa yang telah hilang — atau lebih buruk lagi, menyadari bahwa kehilangan itu tidak tergantikan.
Craig Morris, rekan peneliti di Universitas Binghamton dan penulis utama studi Perbedaan Jenis Kelamin Kuantitatif dalam Menanggapi Putusnya Hubungan Romantis
Meskipun begitu, bukan berarti kita bisa menganggap remeh dampak psikologis putus cinta pada salah satu pihak, ya. Karena pada dasarnya, setiap manusia itu unik dan memiliki respon serta ketahanan mental yang berbeda-beda. Faktor siapa yang menjadi pasangan kita pun juga sangat menentukan bagaimana hasil dari perpisahan yang terjadi.
Referensi :
- (2015). Study: Women hurt more by breakups but recover more fully. https://www.binghamton.edu/inside/index.php/inside/story/12326/study-women-hurt-more-by-breakups-but-recover-more-fully/
- Humas. (2023). Hilangnya Semangat Gegara Putus Cinta, Ini Kata Dosen Psikologi UMM. https://www.umm.ac.id/id/arsip-koran/media-suara-publik/hilangnya-semangat-gegara-putus-cinta-ini-kata-dosen-psikologi-umm.html
- Muliasari, Ratih. (2022). Kenali Dampak Psikologis dari Putus Cinta. https://epsikologi.com/kenali-dampak-psikologis-dari-putus-cinta/