Ditulis oleh Riliv, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
People pleaser – People pleaser adalah orang yang selalu berhasrat menyenangkan orang lain. Sekilas, terdengar positif ya? Ia terdengar seperti orang paling baik hati, dan nggak egois sedunia. Tapi menjadi seorang people pleaser nggak selalu positif lho.
Malahan secara psikologi, ini adalah kebiasaan yang buruk bagi diri sendiri. Masalahnya, seorang people pleaser menjadikan orang lain sebagai pusat dunia. Karenanya, kamu akan kesulitan menentukan arah hidup.
Untuk menyenangkan mereka kamu akan mengorbankan dirimu sendiri, dan menempatkan kepentinganmu di nomor sekian ratus dari prioritasmu.
Godaan menjadi people pleaser merupakan halangan utama untuk mencintai diri sendiri. Menjadi orang yang selalu menyenangkan orang lain memang akan membuatmu disukai, tapi juga membuatmu mudah dimanfaatkan oleh orang lain.
Apa penyebab people pleaser?
Para ahli tidak menggolongkan people pleaser sebagai gangguan psikologis, namun ini adalah salah satu trait atau bagian dari sifat manusia yang umum. Namun, biasanya orang-orang dengan kecenderungan menyenangkan orang lain itu punya self-esteem yang rendah. Mereka tidak mau terlihat buruk di hadapan orang, sehingga mereka akan berusaha terus menerus terlihat helpful.
Apakah kamu termasuk people pleaser?
Simak tanda-tanda ini dan cocokkan dengan dirimu, yuk!
1. Kamu sangat takut menyakiti hati orang lain. Merasa salah bicara sedikit, bisa membuatmu kepikiran berhari-hari!
“Aduh, aku tadi harusnya nggak ngomong gitu. Gimana kalau dia tersinggung ya?”
Sebisa mungkin kita memang harus menghindari perbuatan atau kata yang menyakiti hati orang lain. Namun, kecemasanmu itu berlebihan.
Hanya karena merasa salah ucap satu kalimat, kamu gelisah seharian. Padahal, belum tentu kekhawatiranmu itu benar dan itu hanya perasaanmu saja.
2. Ketika kamu mendapatkan keberhasilan atau kesuksesan, kamu selalu bilang itu kebetulan. Susah sekali berterima kasih pada diri sendiri, ya?
“Ah enggak ko. Ini berhasil juga karena lagi hoki aja. Kalian lebih baik dari aku. Hehe…”
Dalam dirimu, kamu selalu merasa satu level di bawah orang lain. Menurutmu, mereka jauh lebih keren dan bisa lebih baik darimu.
Karenanya, kamu selalu menolak berterima kasih pada diri sendiri atas pencapaian yang didapat. Kamu hanya menganggapnya keberuntungan semata.
Padahal kamu tahu pasti bagaimana kerja kerasmu untuk mendapatkan itu.
3. Kamu sering minta maaf atas hal-hal yang sebenarnya tak perlu. Mungkin hatimu lebih nyaman karenanya, tetapi sesungguhnya itu merugikanmu!
“Aduh maaf, aku kurang tahu infonya. Coba nanti aku tanyakan ke yang lain dulu ya.”
Terkadang kita sering mengucapkan maaf untuk sesuatu yang nggak perlu.
Misalnya ketika orang menanyakan sesuatu yang nggak berkaitan dengan tugasmu, bukan salahmu bila kamu nggak tahu. Jadi nggak perlu minta maaf.
Meski mengucapkan maaf membuat lega dan membuatmu terkesan rendah hati, nggak baik mengucapkannya di setiap kesempatan, termasuk yang bukan soal kesalahan yang kamu buat.
4. Kamu jarang sekali minta bantuan orang lain. Bukan berarti kamu bisa segalanya, melainkan kamu segan merepotkan orang!
Sehari-hari, kamu selalu enggan minta bantuan orang lain saat mengalami kesulitan. Kamu lebih suka memendamnya, dan berdarah-darah menyelesaikannya sendiri.
Semua itu karena kamu enggan merepotkan dan nggak mau orang lain tahu kamu dalam kesulitan. Padahal, sebagai manusia biasa, apa salahnya minta bantuan?
5. Kamu juga selalu ingin tampil sempurna setiap waktu. Badmood nggak ada dalam kamusmu!
Selain enggan minta bantuan, kamu juga selalu ingin tampil sempurna di hadapan semua orang. Kamu berusaha keras menyembunyikan perasaaanmu, sehingga kamu identik dengan sosok yang ceria, bahagia, dan nggak pernah punya masalah.
Pokoknya, pendapat orang tentangmu itu nomor satu. Dan tampil badmood ataupun cemberut, menurutmu akan merusak citramu.
6. Kamu pilih memendam ketidaksetujuan sepanjang waktu, hanya karena kamu enggan terlibat perdebatan. Apalagi kalau sampai dibenci orang!
Konflik atau kontroversi adalah hantu bagimu. Sebisa mungkin kamu menghindarinya sepanjang waktu, walau itu artinya kamu harus pura-pura setuju dengan pendapat orang lain.
Kamu memendam ketidaksetujuan dan uneg-uneg jauh di dalam hati, karena kamu nggak mau berdebat dan ujung-ujungnya disebali orang lain.
Padahal kan, isi pikiranmu juga layak didengarkan
7. Kamu sering merasa overwhelmed saat bekerja. Bukan karena jobdesc kebanyakan, melainkan karena kamu sering menanggung pekerjaan orang!
Lembur sudah menjadi santapan harianmu. Rasanya, akhir pekan yang damai tanpa pekerjaan pun sudah lama nggak kamu rasakan. Padahal kalau dipikir-pikir, jobdesc-mu sebenarnya wajar. Yang jadi sulit adalah karena kamu seringkali dimintai bantuan ini dan itu yang di luar jobsdesc-mu.
Kamu pun nggak enak mau bilang, “Nggak, aku lagi sibuk!” Akibatnya pekerjaanmu senditi keteteran, dan kamu harus memenuhinya di luar jam kerja.
8. Sikap diam atau berbeda dari orang di sekitar sangat mengganggumu, lalu kamu pun mulai mencari-cari apa kesalahanmu!
“Kok makan siang nggak ngajak-ngajak ya? Apa aku ada salah-salah sikap?”
Kamu adalah orang yang sangat sensitif dengan orang-orang di sekitarmu. Sikap mereka yang mendadak diam, atau berbeda dari biasanya mudah kamu tangkap.
Di situ, kamu secara refleks akan mencari-cari kesalahanmu dan menganggap perubahan itu karena kamu. Padahal ‘kan bisa saja dia memang sedang ada masalah di luar, yang nggak ada hubungannya sama kamu.
9. Sehari-hari, kamu menjadi tempat pertama bagi orang-orang untuk meminta bantuan. Senang sih menolong orang, tapi yakin, kamu nggak dimanfaatkan?
People pleaser adalah orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain dengan berbagai cara. Bahkan jika itu merugikan dirinya sendiri. Karena itu, dia selalu menjadi tujuan pertama orang untuk minta bantuan, karena sudah dikenal nggak pernah bilang “nggak”.
Membantu dan membuat orang lain senang memang menyenangkan, tapi lain ceritanya kalu kamu jadi mudah dimanfaatkan. Menjadi orang baik itu memang wajib. Karena menolong orang lain dan sebisa mungkin nggak menyakiti orang lain adalah sikap yang positif dan terpuji. Namun, nggak perlu berlebihan sampai merelakan segala cara sampai mengesampingkan diri sendiri. Karena baik hati dan people pleaser itu berbeda lho. Jangan lupa, bukan cuma orang lain, dirimu sendiri juga patut disenangkan. Bukan hanya mereka kamu juga layak dicintai.
Baca juga: Altruisme, Apa Manfaatnya Buat Hidupmu?
Apabila kamu masih memiliki kesulitan menghilangkan sikap people pleaser dan ingin membangun hidup yang lebih damai, psikolog Riliv bersedia membantumu. Yuk, ceritakan kisahmu bersama Riliv!
Referensi:
- Pagoto, S. (2012). Are You a People Pleaser?. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/shrink/201210/are-you-people-pleaser
- Villines, Z., & Wade, D. (ed.). (2022). People pleaser: What it means and how to stop. Retrieved from Medical News Today: https://www.medicalnewstoday.com/articles/people-pleaser