Berbagai alasan bisa memotivasi seseorang untuk meninggalkan pekerjaannya. Misalnya, ingin mencari pengalaman baru atau merasa kurang dihargai oleh perusahaan.
Begitu juga dengan para milenial seperti kamu, guys. Generasi milenial lahir di zaman teknologi sedang berkembang pesat. Kecanggihan teknologi membuat para milenial sangat mudah mendapatkan informasi secara cepat dan masif.
Karakter generasi milenial yang penuh dengan ide besar, inovatif, dan menguasai teknologi cenderung membuat generasi ini ambisius dalam bekerja. Selain itu, milenial akan memilih jenis pekerjaan yang menunjang gaya hidupnya. Milenial juga biasanya sangat konsumtif terhadap apa yang sedang hype untuk mengejar gaya hidup. Betul nggak, guys?
Oleh karena itu, mereka tidak akan merasa nyaman ketika pekerjaannya tidak lagi menunjang itu semua. Sangat mungkin bahwa milenial akan terus mencari pekerjaan yang benar-benar cocok. Sehingga, tidak jarang mereka terlihat suka gonta ganti pekerjaan. Berikut beberapa alasan kenapa milenial sering beralih profesi.
Nggak bisa mengembangkan diri
Pengembangan diri adalah hal yang sangat penting bagi para profesional. Jenis pekerjaan yang tidak memungkinkan kita untuk belajar hal baru, memberi pengalaman berbeda, atau mendorong kita untuk terus maju, biasanya dianggap tidak potensial sebagai long-term career.
Gajinya kurang
Gaya hidup milenial yang konsumtif pastinya harus diimbangi dengan pemasukan yang cukup. Tidak heran jika milenial akan berpindah-pindah profesi demi mengejar pendapatan yang sesuai dengan keinginannya.
Kurangnya tantangan juga menjadi salah satu alasan mengapa milenial sering beralih profesi
Kurangnya tantangan dalam pekerjaan membuat milenial mudah terjebak dalam kebosanan. Milenial perlu sesuatu yang dinamis dan terus menerus berkembang. Tantangan baru akan membuat milenial merasa selalu segar dan bersemangat.
Merasa tidak dihargai
Pengakuan dan penghargaan atas prestasi yang kita capai adalah hal yang sangat penting. Adanya penghargaan membuat kita merasa sebagai bagian penting dari kesuksesan perusahaan.
Perusahaan yang gagal dalam mengelola hal ini, akan mendorong karyawannya untuk mencari kepuasan batin di tempat lain.
Budaya kerja yang nggak cocok lagi
Ketika kita mulai bekerja, biasanya kita hanya tahu sebagian kecil dari kebiasaan dan budaya kerja di perusahaan. Namun, seiring dengan waktu, kita akan lebih mengenal dan merasakan budayanya, etos kerjanya, atmosfer di kantor, dan gaya berkomunikasi antarkaryawan atau antara atasan dengan bawahan.
Ini semua adalah hal yang sudah lama berlangsung dan melibatkan perusahaan secara keseluruhan. Sehingga, ini tidaklah mudah, bahkan tidak mungkin diubah. Kalau tidak cocok, ya buat apa lagi? Pindah haluan akan menjadi opsi yang lebih masuk akal.