Mindfulness Mencegah Burnout – Riliv telah banyak membahas mengenai mindfulness dan telah mengajak Anda untuk menerapkan gaya hidup ini sejak lama. Namun, ada hal yang harus Anda tahu lagi mengenai manfaat mindfulness yang ternyata dapat mencegah burnout pada karyawan.
Banyak ahli dan peneliti telah mencari tahu koneksi dan optimalisasi mindfulness terhadap kehidupan karir manusia, terutama pada era modern. Dan kali ini, kami telah merangkum fakta-fakta terkait mindfulness dalam hal mencegah burnout.
Pertama, mari menyadari bahwa burnout dapat merusak fisik dan mental pekerja!
Tanpa harus menghadapi burnout, sebagai pekerja, para karyawan telah merasakan terhambatnya kinerja setiap stres melanda. Apa yang burnout timbulkan jauh lebih serius dibanding hambatan dan beban yang ditimbulkan stres kerja. Maka dari itu, sangat penting untuk mencegah burnout.
Hal-hal yang bisa terjadi dari burnout adalah mental breakdown, gangguan kecemasan, depresi, dan hilangnya motivasi kerja. Fisik pun akan berpotensi tinggi terserang penyakit-penyakit akut, seperti gangguan jantung dan kanker.
Semua kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut dapat terjadi karena burnout adalah keadaan di mana tubuh telah dipaksa sampai titik terakhir, karena sudah mengabaikan tanda-tanda stres dan lelah kerja sejak awal (breakdown).
Titik ini menyebabkankeryawan kehilangan motivasi pekerjaan, serta merasakan kelelahan mental dan fisik yang berat dan berlarut-larut.
Ada lima tahap yang bisa dirasakan ketika mengalami burnout:
- Fase honeymoon adalah fase pertama, di mana Anda masih memiliki rasa semangat tinggi dan motivasi yang besar akan pekerjaan dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada mereka. Pada fase ini, semangat karyawan akan sering diintervensi oleh stres dalam skala wajar. Bila karyawan bisa meregulasi stres ini dengan baik, maka karyawan akan sangat mungkin terhindar dari burnout.
- Serbuan stres adalah hasil dari regulasi stres yang kurang baik dari fase sebelumnya. Di sinilah peluang untuk burnout terjadi bila tidak meregulasi stres ini dengan lebih baik. Gejala-gejala yang dapat terjadi berupa kecemasan, kacaunya nafsu makan, mudah lupa, gangguan dalam pembuatan keputusan, lebih sensitif, dan sakit kepala. Ada banyak gejala-gejala lain yang berbeda pada setiap orang, namun Anda harus mulai bertindak dengan serius bila pekerjaan dan pola hidup sudah mulai terintervensi dengan gejala stres berat ini.
- Stres kronis dapat terjadi sebagai fase berikutnya. Rasa stres yang dirasakan datang lebih sering dan semakin menganggu kinerja dan kehidupan sehari-hari. Anda dapat mengenali tanda-tandanya, misalnya motivasi kerja yang perlahan menurun, dan sulitnya untuk mengembalikan motivasi tersebut, bahkan dengan melakukan hobi sebagai refreshing sekalipun. Gejala-gejalanya adalah gangguan emosi, rasa letih yang berlebihan, rasa panik dan terancam, merasa tertekan, merasa lelah saat bangun pagi, hasil pekerjaan yang menurun kualitasnya, dan mulai menarik diri dari pertemanan. Anda bisa mengecek tanda-tanda ini pada karyawan.
- Burnout akan terjadi bila tidak segera menangani gejala dari fase sebelumnya. Pada fase ini, seringkali karyawan akan semakin sulit menemukan ritme kerja yang biasa mereka jaga, dan kualitas kerja pun semakin menurun. Seringkali terjadi perubahan perilaku yang diakibatkan oleh stres dan lelah yang berlebihan, serta gangguan emosi yang telah terjadi sejak fase ketiga. Anda juga harus berhati-hati bila mulai merasa jauh dari teman dan kolega, menarik diri dari lingkungan, pesimis, dan merasa hampa dalam diri. Segeralah hubungi tenaga profesional seperti psikolog untuk berkonsultasi mengenai kesehatan mental karyawan Anda. Bisa juga dengan memfasilitasi konsultasi karyawan dengan profesional.
- Habitual burnout adalah fase terakhir, di mana burnout telah melekat pada kehidupan dan merusak ritme kerja, kesehatan fisik dan mental karyawan Anda. Pada fase ini, karyawan akan lebih rentan terserang depresi klinis. Segeralah berkonsultasi untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Apa saja peran mindfulness dalam mencegah burnout?
Setelah mengetahui lima fase itu, dapat disimpulkan bahwa burnout dapat terjadi dari abainya karyawan akan tanda-tanda stres yang perlahan-lahan hadir, dan dari overwork yang dianggap sebagai hal baik dan aman.
Burnout yang terjadi dari kebiasaan overwork dapat terjadi pada karyawan yang tidak mengenal diri dan batas diri dengan baik, dan selalu menekan diri untuk bekerja tanpa memahami seberapa banyak istirahat yang sebenarnya dibutuhkan oleh fisik dan mental karyawan.
Lalu, bagaimanakah semestinya mindfulness berperan dalam pencegahan burnout?
Menurut penelitian yang dilakukan kepada karyawan-karyawan perusahaan sektor minyak di India oleh Zubin R. Mulia dan timnya, pelaksanaan mindfulness-based stress reduction (MBSR) selama 16 minggu telah membawa dampak yang sangat signifikan pada tingkat stres para partisipan.
Bukan hanya tingkat stres yang dialami mengalami penurunan, namun secara fisik pun, karyawan memiliki tekanan darah yang lebih rendah dan lebih sehat setelah melaksanakan MBSR. Kualitas tidur dan kesehatan emosi pun ikut membaik seiring penelitian ini berlangsung.
Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan mindfulness yang disiplin dan berkelanjutan dapat membawa perubahan yang besar bagi karyawan. Tidak hanya bila karyawan mulai merasakan gejala burnout, namun juga bagi orang yang masih merasa ‘baik-baik saja’ dan ingin menghindari stres kerja.
Apakah mindfulness hanya dapat mencegah burnout saja?
Di luar dari hasil penelitian MBSR terhadap karyawan perusahaan minyak di India tersebut, mindfulness juga dapat ‘memisahkan’ diri dan emosi. Dengan membiasakan diri fokus pada apa yang sedang dialami, Anda dapat bersikap lebih stabil dalam menghadapi emosi spontan yang pertama kali dirasakan.
Mindfulness mencegah burnout dan bisa juga membuat karyawan lebih aware akan keadaan dan tantangan yang dihadapi di dunia kerja.
Dengan melatih diri untuk tidak selalu bereaksi spontan dan kalut ketika menghadapi masalah, karyawan dapat menghindari pembuatan keputusan-keputusan yang salah dan fatal, yang dapat menyebabkan penurunan pada kinerja, dan menyebabkan karyawan mudah terserang burnout.
Mindfulness adalah kemampuan yang dapat dilatih; bukan watak, bukan karakter, apalagi anugrah. Bila Anda menginginkan hasil yang signifikan dan berkelanjutan, Anda dapat mengajak karyawan untuk mencoba mempraktikkan mindfulness tidak hanya di tempat kerja, namun juga pada kehidupan sehari-hari, hingga sendi-sendi mindfulness terlatih menjadi semakin disiplin.
Namun, bila karyawan telah merasakan tanda-tanda stres berat seperti fase-fase yang telah dibahas sebelumnya, sangat penting untuk menghubungi tenaga profesional dalam bidang kesehatan mental.
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Sumber:
- https://www.thisiscalmer.com/blog/5-stages-of-burnout
- https://www.mindful.org/mindfulness-beats-job-stress-burnout/
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca juga:
Ini Keuntungan Mindfulness di Tempat Kerja Bagi Perusahaan