Ditulis oleh Maulfa Putri, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Alasan Gagal move on – Ada yang lagi mengalami kesulitan move on dari mantan? Yah, bagaimanapun juga, situasi seperti ini memang sulit dijalani. Tapi, kenapa ya kok kita bisa gagal move on, padahal sudah berusaha keras? Baca kelanjutannya di artikel ini!
Gagal Move On Karena Kenangannya Terlalu Indah? Pikir Lagi!
Gagal move on seringkali dilatarbelakangi oleh kesulitan kita untuk melupakan kenangan indah bersama mantan. Apalagi, kalau kita terbiasa melakukan banyak hal bersama dia. Terlalu sering kita mengasosiasikan sesuatu seperti dia, bahkan kita bisa jadi kehilangan hasrat menikmati hidup gara-gara kepikiran terus olehnya.
Satu orang yang terlalu berarti dan memberi banyak kenangan itu memang sulit dilupakan. Kalau kita melupakan dia, berarti kita juga melupakan kenangannya. Apalagi, kalau tiba-tiba dia kembali, setiap kenangan indah itu terbawa bersamanya.
Lalu, apakah saat kita masih terngiang-ngiang kenangan itu, kita takkan bisa melepaskan dia? Nggak juga, kok! Move on itu harus dilakukan secara bertahap, dan kamu nggak bisa memaksa dirimu sendiri.
Riset Kansky & Allen (2018) mengungkapkan bahwa dalam menjalin hubungan romantis, kita akan memiliki semacam attachment (keterkaitan) terhadap pasangan, sehingga dibutuhkan masa penyesuaian yang tidak mudah apabila hubungan tersebut berakhir. Namun, penyesuaian ini akan semakin cepat apabila kita memahami alasan berakhirnya hubungan itu. Memahami alasan kalian putus inilah yang butuh proses panjang, tapi kalau kamu mau berusaha, maka akan semakin baik juga hasilnya buatmu.
Jangan Menyalahkan Diri Sendiri bila Gagal Move On
Mungkin ada kalanya kamu juga merasa bahwa upaya untuk move on terasa sia-sia. Membuang hadiah-hadiah darinya, menghapus foto-foto bersamanya, tak lagi berbicara… semua terasa percuma karena kita masih ingin dia ada di dekat kita.
Namun, jangan menyalahkan diri kamu sendiri, ya! Gagal move on bukan berarti kamu orang yang lemah, kok. Kamu hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada sekarang ini. Setiap orang punya caranya masing-masing dalam menghadapi situasi yang sulit, begitu pula dirimu.
Oiya, sebetulnya berapa lama, sih, perkiraan waktu yang tepat untuk melupakan mantan? Dilansir dariWomen’s Health Magazine, psikolog dan terapis khusus keluarga dan pasangan, Jane Greer, Ph.D., mengungkapkan bahwa kamu mungkin membutuhkan enam minggu hingga tiga bulan untuk melupakan mantan, namun hal ini juga bergantung dari intensitas hubungan dan kualitas hubungan itu sendiri.
Selain itu, dalam proses move on, riset juga mengusulkan agar kita tidak hanya melupakan, namun juga melibatkan manajemen emosi dan memaafkan masa lalu. Ini penting banget buat kamu yang putus dalam keadaan nggak baik atau punya hubungan toxic dengan mantan. Jika kamu bisa memaafkan masa lalu, kamu akan lebih efektif dalam mengurangi stres yang diakibatkan oleh berakhirnya suatu hubungan.
Jadi, yuk, kita ganti pemikiran-pemikiran negatif tentang diri kita dengan pemikiran yang lebih positif! Makin kamu berpikir positif tentang diri sendiri, makin mantap keinginanmu untuk bertumbuh dan move on!
Proses Move On Secara Berkala
Sudah pernah dengar teori Stages of Change? Yuk, kita breakdown bersama-sama agar kamu bisa mengasosiasikannya dengan proses move on!
Teori Stages of Change pertama kalinya dikemukakan oleh Prochaska & DiClemente tahun 1970-an. Teori ini sebetulnya dikembangkan berdasarkan studi yang meneliti pengalaman perokok yang berhenti sendiri dibandingkan dengan perokok yang baru mau berhenti setelah mendapatkan perawatan intensif. Kita semua tahu bahwa rokok mengandung zat berbahaya bagi tubuh dan mengakibatkan kecanduan. Maka dari itu, perokok yang ingin berhenti dengan sendirinya pasti punya proses internal yang kompleks, sehingga memutuskan untuk mengakhiri kecanduan rokoknya.
Nah, ibaratkan saja ketika kamu meruminasi kamu dan dia, keadaannya sudah toxic layaknya kecanduan rokok. Pastinya, kamu ingin mengakhiri lingkaran setan ini sebelum tambah parah, kan? Itulah mengapa dibutuhkan perubahan perilaku. Namun, untuk mencapai kesimpulan bahwa perilaku harus diubah, seseorang itu akan melewati lima tahap perubahan perilaku:
- Precontemplation. Di tahap ini, individu masih belum menyadari akibat dari perilakunya yang maladaptif, sehingga ia mengabaikannya. Belum ada keinginan untuk mengubah keadaan.
- Contemplation. Di tahap ini, individu sudah menyadari bahwa ia perlu mengubah perilakunya, namun masih belum percaya diri sehingga ia masih belum sepenuhnya ingin bertindak.
- Preparation/Determination. Di tahap ini, individu telah bersiap mengubah perilakunya yang semula maladaptif untuk menjadi lebih produktif, misalnya mulai mengikuti support group atau berkonsultasi dengan psikolog untuk meyakinkan dirinya sendiri.
- Action. Di tahap inilah individu memantapkan dirinya untuk berubah, entah dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan kecil, atau mulai mengikuti kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat bagi dirinya, sehingga lambat laun, perilaku maladaptifnya pun berkurang.
- Maintenance. Setiap perubahan yang besar butuh pengawasan dari dalam diri maupun dalam diri. Mungkin dalam kasus move on, kamu masih kadang-kadang melakukan reminiscing atau mengenang masa lalu, sehingga luka lama pun kembali terbuka. Namun di tahap maintenance ini, kamu akan belajar untuk menerima keadaan sekaligus meyakinkan diri bahwa kamu akan baik-baik saja selama kamu terus bertumbuh.
Jika Move On Terasa Sulit, Motivational Quotes Bisa Membantumu!
Untuk mengatasi stres karena proses move on, riset Bedrov & Bulaj (2018) mengatakan bahwa kamu juga bisa mengandalkan kata-kata bijak dari orang-orang yang inspiratif. Mengapa demikian? Karena ketika kita mendapatkan inspirasi dari kata-kata bijak tersebut, kita akan secara tidak sadar terdorong untuk mengubah situasi dalam hidup kita. Kemudian, kita juga bisa meningkatkan self-esteem dan jadi lebih percaya diri dalam menghadapi situasi genting.
Yang kedua, membaca quote atau kutipan motivasional bisa menjadi sarana psychological conditioning yang efektif untuk mendorong kita move on. Hal ini karena motivational quotes seringkali relate dengan apa yang kita alami. Dengan mengonfirmasi apa yang kita rasakan sekaligus memberikan semangat, kita bagai melihat secercah harapan di balik situasi sulit yang kita alami.
Oiya, membaca motivational quotes juga bisa menjadi cara kita melakukan maintenance dalam Stages of Change yang tadi sudah kita bahas bersama, khususnya dalam proses acceptance. Kita belajar untuk merangkul pikiran, emosi, dan pengalaman internal lainnya tanpa menghakimi dan tanpa berusaha mengubahnya. Bagaimanapun juga, orang-orang datang dan pergi. Kita tak bisa memaksa siapapun untuk tinggal bersama kita. Jadi, yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menerima bahwa keadaan yang kita alami tak bisa kita ubah untuk saat ini.
Seperti yang Nicolas Sparks katakan:
“It happens to everyone as they grow up. You find out who you are and what you want, and then you realize that people you’ve known forever don’t see things the way you do. So you keep the wonderful memories, but find yourself moving on.”
Nicolas Sparks
Artinya, proses move on adalah pembelajaran yang berharga. Kita belajar untuk menyadari bahwa tidak semua orang bisa sepemikiran dengan kita, dan kita pun tak bisa memaksa mereka untuk sejalan dengan kita. Maka dari itu, tak ada yang bisa kita lakukan selain berusaha melepaskan dan memaafkan.
Buanglah dendam jauh-jauh agar tak jadi buah yang membusuk dalam hatimu. Jalan yang luas terbentang di hadapanmu. Sudah waktunya untuk memulai lembaran baru.
Jika memotivasi diri sendiri sudah terasa sulit, mungkin sudah waktunya kamu meminta saran profesional untuk mengkonsultasikan masalahmu. Yuk, download aplikasi Riliv agar kamu bisa langsung berkomunikasi dengan psikolog terpercaya dan membantumu move on dengan efektif!
Referensi:
- Bedrov, A., & Bulaj, G. (2018). Improving Self-Esteem With Motivational Quotes: Opportunities for Digital Health Technologies for People With Chronic Disorders. Frontiers in psychology, 9, 2126. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.02126
- Kansky, J., & Allen, J. P. (2018). Making Sense and Moving On: The Potential for Individual and Interpersonal Growth Following Emerging Adult Breakups. Emerging adulthood (Print), 6(3), 172–190. https://doi.org/10.1177/2167696817711766
- Shamim T. (2022). Wisdom quotes and psychological well-being: A new horizon. Journal of family medicine and primary care, 11(3), 1223–1224. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_986_21
Discussion about this post