• Mental Health
    • Relationship
    • Family Life
    • Personal Growth
    • Theraphy
    • Psychology
  • Story
  • Event
  • Featured
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Mental Health
  • Story
  • Event
  • Featured

6 Hal Ini Menjadi Alasan Saya Pergi ke Psikolog

by Hipwee
28 Mar 2023
in Counselling, Curhat, Well-being
pergi ke psikolog

kesehatan mental (Photo by Engin Akyurt) via https://www.pexels.com

585
SHARES
3.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Alasan Pergi Psikolog – Melihat jauh ke belakang, kesehatan mental menjadi salah satu isu yang sangat berkembang sejak tahun lalu. Misalnya pada akhir tahun 2019, yang diwarnai oleh banyak kasus bunuh diri. Mulai dari bunuh diri yang disiarkan di Instagram Live, hingga kabar duka dari dunia hiburan Korea yang bertubi-tubi.

Di sisi lain, masih di tahun lalu, kesadaran akan kesehatan mental mulai meningkat. Film Joker yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix juga turut menyadarkan masyarakat bahwa depresi dan penyakit mental lainnya bukan hal yang bisa dianggap sepele. Film ini menceritakan bagaimana perundungan mengambil peran teramat besar dalam sebuah penyakit mental.

Sejalan dengan itu, penelitian yang saya baca hari ini menyebutkan bahwa 1 dari 20 remaja di Indonesia berkeinginan bunuh diri, dan perundungan menjadi salah satu penyebabnya.

Lalu dari dunia musik, tahun ini, album Mantra-Mantra milik Kunto Aji yang dirilis tahun 2018 dinobatkan sebagai Album Terbaik-Terbaik pada ajang Anugerah Musik Indonesia 2019. Lagu-lagu dalam album ini benar-benar bisa menjadi mantra untuk lebih tegar dan tenang dalam menghadapi berbagai tragedi yang mungkin terjadi.

Lewat lagu-lagunya, Kunto mengajak kita mengerti bahwa kegelisahan, kesedihan, kehilangan, kebingungan, adalah hal-hal yang perlu diakui eksistensinya. Di antaranya, lagu Rehat adalah yang paling saya sukai. Sebab, lagu itu bisa menjadi obat ketika saya benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan selain menangis tersedu-sedu. Kunto seolah menepuk pundak dan berkata: nangis aja dulu nggak apa-apa, semuanya akan baik-baik aja.

Bicara soal kesehatan mental, saya percaya setiap orang menghadapi masalah yang berbeda. Setiap orang memiliki ketakutan yang berbeda. Saya juga pernah sangat mengkhawatirkan kewarasan saya sendiri. Rasa panik dan ketakutan yang mencekam itu pernah saya alami, hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk konsultasi pada psikolog.

Tentu saja itu bukanlah langkah yang sederhana. Beberapa teman dekat menuduh saya tidak punya Tuhan, sedangkan yang lain bertanya-tanya apakah saya gila. Padahal, mendatangi psikolog ‘kan tidak berarti saya gila.

Saya hanya merasa ada sesuatu dalam diri saya yang tidak baik-baik saja. Ada gelisah dalam diri yang butuh ditenangkan, dan saya tidak bisa melakukannya sendirian. Berikut beberapa hal yang membuat saya memutuskan bahwa saya butuh bantuan.

6 Alasan Pergi ke Psikolog, Nggak Harus Hal yang Parah Melulu

1. Mood swing saya semakin parah. Kadangkala saya merasa sedih dan bahagia tanpa saya ketahui sebabnya

Perubahan mood yang dadakan itu ternyata benar-benar ada. Ada kalanya saya merasa sangat lega, segalanya terasa sempurna, situasi hati sangat tenang dan santai.

Namun, dalam satu menit, saya mengingat sebuah fakta, dan itu menggugurkan semua “bahagia” yang saya rasakan sebelumnya. Di momen ini, saya bahkan lupa kenapa tadi saya bahagia, padahal ada kenyataan yang begitu menyedihkan.

Cek Perubahan Mood Kamu

2. Di sisi yang lain, saya menjadi penuh curiga pada rasa bahagia. Pernah saya percaya bahwa bahagia dan senang adalah awal dari sebuah bencana

Alasan pergi ke psikolog
curiga pada bahagia (Photo by Stefan Stefancik) via www.pexels.com

Mungkin orang akan berkata bahwa saya bodoh, tidak bersyukur, dan terlalu overthinking (sudah over, terlalu pula). Namun, jika ditanya, ini di luar pengendalian diri saya.

Ketika sebuah kabar baik datang, rasa senang itu hanya sesaat. Selebihnya pikiran saya menjadi curiga dan waspada karena saya berpikir ada hal-hal buruk yang akan segera terjadi. Dan pikiran akan hal ini membuat saya ketakutan sendiri.

Inilah mengapa pergi ke psikolog menjadi sebuah pilihan yang tidak bisa dilewatkan.

3. Setiap sakit fisik yang saya rasakan, selalu saya hubungkan dengan penyakit mematikan. Rasanya seluruh tubuh ini penuh dengan sel kanker yang mengerikan

banyak pikiran mengerikan (Photo by Ben Blennerhassett) via unsplash.com

Migrain yang tak kunjung reda membuat saya bertanya-tanya apakah saya terkena kanker otak. Munculnya nyeri di dada kiri membuat saya memvonis diri sendiri punya sakit jantung. Rasanya, banyak sekali penyakit mengerikan dalam diri saya.

Dari situ, saya bolak-balik dari satu dokter ke dokter yang lain, dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, sebab pernyataan dokter bahwa saya baik-baik saja tak bisa saya percaya.

4. Pola tidur saya pun terganggu, sebab alam mimpi terasa begitu mengerikan dan tak bisa dikendalikan. Pun saya takut tak bisa bangun lagi jika ketiduran

Memang sedikit aneh, tapi ada masa-masa saya begitu takut untuk tidur. Ya, tidur, sebuah kebutuhan manusia yang terasa sangat mengerikan bagi saya. Tidur akan membuat saya bertemu alam mimpi, di mana kendali saya nol persen di sana.

Beragam hal buruk bisa terjadi dan saya tidak bisa melakukan apa-apa. Di sisi yang lain, dengan berbagai penyakit yang (saya yakini) ada dalam diri saya, membuat saya takut tidak bisa bangun jika tertidur.

5. Serangan panik datang dan pergi semakin sering dan naiknya asam lambung sudah seperti rutinitas, dokter menyarankanku pergi ke psikolog

panick attact datang dan pergi (Photo by Melanie Wasser) via unsplash.com

Apa yang terjadi dalam pikiran ternyata sangat besar pengaruhnya bagi fisik. Di masa-masa itu, saya sering panik tanpa sebab. Tangan basah dan kesemutan, kepala berputar-putar, dan terkadang rasa mual itu juga datang.

Related Post

ilustrasi kebiasaan buruk vs baik

Atomic Habits: Cara Membentuk Kebiasaan Baik

February 23, 2023
memperbaiki hubungan dengan pasangan

Memperbaiki Hubungan Itu Mudah! Simak Artikel Ini!

February 27, 2024

Di sisi yang lain, asam lambung semakin tak terkontrol mengiris-iris meninggalkan nyeri di ulu hati. Berobat ke dokter pun percuma, sebab kata dokter, yang perlu dikendalikan itu stres saya.

Tidak heran jika beliau menyarankan saya untuk pergi ke psikolog.

6. Segala tekanan dan kegelisahan yang semakin menekan membuat hidup saya terasa sesak. Saya ingin membaginya, tapi tak tahu dengan siapa

pergi ke psikolog
saya tahu saya butuh bantuan (Photo by Cherry Laithang) via unsplash.com

Di satu titik ketika nyeri di ulu hati semakin terasa dan pola tidur semakin kacau balau, ketakutan itu semakin mencekik. Saya merasa harus bercerita kepada seseorang. Saya takut hari-hari ke depan akan semakin berat dan saya tahu saya butuh bantuan.

Setelah ke psikolog, memang ketakutan dan masalah-masalah yang saya hadapi tidak langsung selesai. Namun, setidaknya, sedikit demi sedikit, saya bisa mengendalikan diri dan mencari solusi.

Syukurlah saya masih tegar berdiri sampai sekarang. Namun, banyak yang tidak seberuntung saya. Karenanya, yuk lebih peduli lagi pada isu-isu kesehatan mental. Agar kelak tidak ada lagi yang merasa ragu untuk ke psikolog atau psikiater hanya karena takut dianggap gila.

Saya juga yakin bahwa toleransi masalah setiap orang berbeda. Saya tidak bisa menganggap masalah yang dihadapi seseorang itu sepele, karena saya tidak tahu pasti bagaimana dia menghadapi itu.

Depresi karena putus cinta bukan berarti dia lemah. Karenanya, yuk menjadi lebih baik hati lagi di tahun ini dan tahun berikutnya karena kita tidak pernah tahu apa yang orang lain hadapi.

Mulai Konseling Psikolog Sekarang

***

Artikel ini merupakan kolaborasi antara Hipwee dan Riliv.

Tags: aplikasi konselingbertemu psikologcurhatcurhat dengan psikologkonselingkonseling dengan psikologkonseling onlinekonseling psikologpsikolog
Share234Tweet146Send
Hipwee

Hipwee

Related Stories

ilustrasi kebiasaan buruk vs baik

Atomic Habits: Cara Membentuk Kebiasaan Baik

by Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
February 23, 2023
0

Atomic Habits - Pernahkah kamu merasa pengen banget mengubah kebiasaan...

memperbaiki hubungan dengan pasangan

Memperbaiki Hubungan Itu Mudah! Simak Artikel Ini!

by Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
February 27, 2024
0

⚠️ Pembahasan dalam postingan ini berkaitan dengan hal sensitif yang...

tiktok dan tren body count yang kontroversial

Tiktok Body Count, Bagaimana Menyikapinya?

by Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
February 6, 2023
0

Tiktok Body Count - Apa yang sebenarnya dimaksud body count...

ikigai sebagai budaya Jepang

Ikigai: Cara Masyarakat Jepang Menemukan Tujuan Hidup

by Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
January 30, 2023
0

Ditulis oleh Neraca Cinta M.Psi., Psikolog Ikigai dari Jepang -...

Load More

PT. RIliv Psikologi Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Mental Health
    • Relationship
    • Family Life
    • Personal Growth
    • Theraphy
    • Psychology
  • Story
  • Event
  • Featured

PT. RIliv Psikologi Indonesia