Claustrophobia – Claustrophobia adalah ketakutan berlebih terhadap ruangan yang kecil/sempit dan kemungkinan untuk nggak bisa keluar dari sana. Ketakutan ini bisa dipicu banyak hal, misalnya elevator yang penuh sesak, ruangan yang nggak ada jendelanya, kamar hotel yang pintu dan jendelanya terkunci, mobil yang kecil, bahkan baju yang kerahnya ketat. Claustrophobia temasuk gangguan kecemasan yang sering kali menyebabkan serangan panik.
Siapa yang Mengalami Claustrophobia?
Studi menemukan sekitar 5-7% populasi dunia menderita claustrophobia akut, tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang menerima perawatan khusus untuk gangguan ini.
Gejalanya apa aja sih?
Ada dua macam gejala yang secara umum dimiliki seorang claustrophobic, yakni ketakutan akan pembatasan dan ketakutan mati lemas. Seorang claustrophobic biasanya takut sama setidaknya satu atau lebih dari hal-hal berikut: ruangan sempit, ruangan yang dikunci, alat scanner MRI/CAT, mobil, pesawat, kereta, terowongan, gua bawah air, gudang bawah tanah, elevator, dan gua.
Claustrophobic juga takut sama hal-hal yang remeh seperti takut ngantri di barbershop atau minimarket karena merasa bahwa mereka bakal kekurangan udara!
Baca juga: Jangan Takut Dulu – 9 Karakteristik Psikopat yang Perlu Kamu Tahu!
Apa aja yang bisa bikin kamu jadi seorang Claustrophobic?
- Ada permasalahan di otak kamu, tepatnya di amygdala (bagian otak yang mengatur respon fight-or-flight terhadap suatu rangsangan).
- Pengalaman traumatis masa kecil (atau -lebih jarang- pengalaman masa dewasa ), terutama berkaitan dengan terkunci di kotak, lemari, jatuh di kolam yang dalam dan tidak bisa berenang, terpisah dari ortu saat di tempat ramai, ditinggal di dalam mobil, dan pengalaman sejenis lainnya.
Baca juga: Merasa Tidak Nyaman? Ini 12 Ciri-Ciri Orang Iri yang Harus Kamu Ketahui!
Perawatan untuk Penderita Claustrophobia
Perawatan khusus yang diterima seorang claustrophobic antara lain terapi kognitif (tujuannya adalah mengubah pola pikir penderita agar berkurang ketakutannya), in vivo exposure (penderita dihadapkan pada sumber ketakutannya secara bertahap), dan interoceptive exposure (sensasi internal yang dirasakan penderita coba dihadirkan oleh terapis dalam lingkungan yang tidak sekuat in vivo).
Baca juga: Cara Bergaul yang Baik Agar Terbebas dari Toxic Friendship!
Nah, gimana? Udah tahu kan apa itu claustrophobia dan hal-hal seputar itu? Yap, semoga bisa membantu ya dalam memberikan informasi buat kamu dan orang tersayang. Ingat! Kalau merasa dirimu atau orang terdekat mengalami gejala seperti di atas, jangan ragu menghubungi psikolog profesional yaaa~
Psst, udah pada tahu belum kalau ada aplikasi konseling online yang bikin kamu bisa konsultasi dengan psikolog profesional kapan saja dan dimana saja? Yap! Nama aplikasinya Riliv. Di aplikasi Riliv kamu juga bisa mencoba fitur meditasi online untuk pengalaman meditasi yang lebih praktis!
Baca Juga:
Atychiphobia pada Mahasiswa, Konsekuensi Takut akan Kegagalan!
Kenali Nomophobia, ‘Penyakit’ yang Sering Diderita Milenial
Unik, Ketakutan seorang Cacophobia pada Orang Jelek
Referensi:
- “Claustrophobia”. Merriam Webster.
- Öst, “The Claustrophobia Scale
- Choy, Yujuan, Abby J. Fyer, and Josh D. Lipsitz. “Treatment of Specific Phobia in Adults.” Clinical Psychology Review 27.3 (2007): 266–86.
- Rachman, “Claustrophobia”, in Phobias: A Handbook of Theory, Research, and Treatment. 168
Diah Budiarti, sedang phobia tugas dan ujian tengah semester.