Terapi untuk anxiety – Kecemasan merupakan gangguan psikologis yang cukup merepotkan karena mengganggu produktivitas kita selama beraktivitas sehari-hari. Mungkin kamu nggak menyadarinya, tapi jika kamu punya kebiasaan menggigiti kuku, berkeringat dingin saat diminta tampil di panggung, atau punya kecenderungan panik sewaktu dalam situasi yang menekan, bisa jadi kamu mengidap gejala-gejala anxiety disorder. Tapi, sebetulnya, kenapa sih orang bisa mengidap anxiety disorder? Lalu, apakah ada terapi untuk anxiety yang paling mujarab untuk mengatasinya? Yuk, bahas bareng-bareng di sini!
Faktor Penyebab Anxiety Disorder
Anxiety disorder bisa disebabkan oleh banyak hal. Dilansir dari Mayo Clinic, faktor-faktor yang bisa menyebabkan gangguan kecemasan adalah sebagai berikut:
- Trauma. Korban pelecehan, toxic parenting, atau abusive relationship bisa berpotensi mengalami gangguan kecemasan, apalagi ketika terjadi sewaktu mereka kecil.
- Stres karena masalah hidup atau kondisi kesehatan. Memiliki kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat menyebabkan kekhawatiran yang signifikan, namun orang sehat pun bisa juga mengalami gangguan kecemasan jika stres yang dialami berkaitan dengan situasi kehidupan yang tidak terduga, misalnya kematian anggota keluarga, stres kerja, atau kekhawatiran finansial.
- Kepribadian. Menurut teori kepribadian Big Five, orang dengan tipe kepribadian neuroticism tinggi lebih rentan terhadap gangguan kecemasan daripada tipe kerpibadian yang lain.
- Gangguan kesehatan mental lainnya. Orang dengan gangguan kesehatan mental lainnya, misalnya depresi, seringkali dibarengi dengan mengalami gangguan kecemasan. Apalagi, kalau kamu memiliki kerabat yang menderita gangguan kecemasan, risiko mengalaminya juga bisa meningkat sebesar 30-67%, lho!
- Penggunaan narkotika atau alkohol. Penyalahgunaan zat-zat adiktif dapat menyebabkan atau memperburuk kecemasan.
Indikasi Kamu Butuh Terapi untuk Anxiety
Untuk memahami tentang kondisi yang kita derita, kita harus mengetahui gejala-gejalanya terlebih dahulu. Berikut ini gejala gangguan kecemasan yang perlu kamu perhatikan menurut DSM-V American Psychiatry Association:
- Merasa gelisah, tertekan, atau punya pikiran negatif tentang berbagai hal.
- Tiba-tiba jadi mudah lelah.
- Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong.
- Gampang emosi atau marah-marah.
- Ketegangan otot.
- Gangguan tidur (insomnia atau justru susah tidur).
Terapi untuk Anxiety Disorder
Agar segera mendapatkan treatment yang tepat, bagi kamu yang mengalami gejala-gejala kecemasan, disarankan untuk segera menghubungi psikolog. Dua terapi untuk anxiety yang dipandang efektif adalah cognitive behavioral therapy (CBT) dan acceptance and commitment therapy (ACT).
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Mengapa CBT dipandang sebagai terapi yang efektif? Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penderita gangguan kecemasan akan cenderung sulit berkonsentrasi, merasa gelisah, dan tertekan karena mereka fokus pada hal-hal negatif. Nah, CBT bertujuan untuk menghentikan siklus pikiran negatif tadi dengan mengajakmu melakukan reframing thoughts atau pembingkaian ulang pola pikirmu. Misalnya, kamu ketakutan menghadapi dosen sehingga cemas. Nah, fasilitator CBT bakal mengajak kamu mikir: “Memangnya apa sih yang menyebabkan kamu takut sama dosen? Apakah hal itu pantas dijadikan alasan buat merasa takut? Kenapa cuma kamu yang takut, sedangkan mahasiswa lain enggak?”
Acceptance and Commitment Therapy (ACT)
Berbeda dengan CBT yang lebih berfokus pada pola pikir, ACT berfokus pada manajemen emosi klien saat mengalami kecemasan. Penderita gangguan kecemasan seringkali mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi atau overthinking mengenai keputusan yang dibuatnya, maka dari itu ACT akan mengajak klien gangguan kecemasan untuk melepaskan segala beban emosional terkait sebuah pilihan yang dibuatnya dan menerima keadaan apa adanya. ACT seringkali menggunakan metode mindfulness-based stress reduction (MBSR) dalam latihannya. Riset juga sudah membuktikan bahwa MBSR berfungsi efektif dalam mengurangi gejala kecemasan melalui proses refleksi dan peningkatan kesadaran akan keadaan yang dialami klien di masa kini.
Apa pun pilihan terapi yang direkomendasikan padamu, semuanya punya manfaatnya masing-masing, kok. Yang penting, jangan ragu buat jujur sama tenaga profesional soal keadaan kamu, ya! Tindakan yang tepat bisa membantumu menjamin kesehatan mental untuk produktivitas yang lebih baik! Yuk, jaga kesehatan mentalmu dari sekarang dengan mengunduh aplikasi Riliv!
Referensi:
Domschke, K., & Maron, E. (2013). Genetic factors in anxiety disorders. Modern trends in pharmacopsychiatry, 29, 24–46. https://doi.org/10.1159/000351932
Hofmann, S. G., & Gómez, A. F. (2017). Mindfulness-Based Interventions for Anxiety and Depression. The Psychiatric clinics of North America, 40(4), 739–749. https://doi.org/10.1016/j.psc.2017.08.008
Kaczkurkin, A. N., & Foa, E. B. (2015). Cognitive-behavioral therapy for anxiety disorders: an update on the empirical evidence. Dialogues in clinical neuroscience, 17(3), 337–346. https://doi.org/10.31887/DCNS.2015.17.3/akaczkurkin