Arti self-esteem atau harga diri adalah nilai yang kita berikan kepada diri kita sebagai bentuk penghargaan. Self-esteem ini melibatkan berbagai penilaian terhadap kepercayaanmu, emosimu, dan perilakumu.
Mitos seputar harga diri pun berkembang karena kurangnya pemahaman mengenai arti self-esteem itu sendiri. Nah, ini beberapa mitos seputar self-esteem yang mungkin membuatmu jadi urung memahami diri sendiri.
Mitos pertama: self-esteem bukan takdir
Harga diri adalah takdir yang tetap. Orang-orang beranggapan jika ia terlahir dengan harga diri tetap, maka selamanya akan begitu. Sementara ketika melihat orang lain memiliki harga diri yang tinggi kita beranggapan bahwa itu karunia yang dimilikinya.
Padahal nyatanya harga diri itu tumbuh dan dipelajari dari waktu ke waktu. Seseorang bisa meningkatkan harga diri melalui evaluasi terhadap tindakannya. Misalnya, ketika kamu gagal mendapat pekerjaan, kamu perlu mengevaluasi apa yang membuatmu gagal, alih-alih menyalahkan diri karena kegagalan tersebut.
Selain itu, jika kamu memiliki harga diri yang sehat, ketiga mengalami kegagalan, kamu lebih memilih mengambil pelajaran dari hal itu dan mencari tahu bagaimana memperbaikinya. Orang yang memiliki harga diri yang baik, tidak suka menyerah dan terus berusaha meningkatkan nilai dirinya.
Mitos kedua: semakin tinggi harga diri seseorang, semakin baik
Harga diri yang tinggi memang baik, namun harga diri yang terlalu tinggi dapat membuatmu terjatuh dan terluka lebih dalam. Ada penghargaan diri yang dibentuk karena standar eksternal dan internal dirimu. Misalnya, kamu mungkin merasa harga dirimu meningkat ketika punya pasangan konglomerat.
Namun, harga diri tidak bekerja demikian. Dengan harga diri kamu perlu memahami nilai dirimu oleh dirimu sendiri. Nah, untuk kamu yang mungkin memiliki harga diri tinggi karena sukses mengadopsi standar-standar lingkunganmu, kamu mungkin akan lebih rentan terluka.
Sedikit penghinaan atau penolakan dapat membuatmu ingin menyerah ketika emosimu tidak stabil. Selain itu, terkadang, seseorang bisa merasa bahwa dirinya memiliki harga diri tinggi namun sebenarnya ia adalah orang yang narsis.
Mitos ketiga: harga diri bisa dibentuk ketika hanya berfokus pada diri sendiri
Jika kamu berpikir bahwa harga dirimu yang rendah disebabkan oleh kesibukanmu terhadap karir, lingkungan sosial, maupun hal lain, maka urungkanlah niatmu untuk menyendiri dan berhenti dari semua rutinitas tersebut.
Harga diri ada proses yang kamu pelajari untuk bisa meningkatkannya. Harga diri dipengaruhi oleh berbagai faktor, tanggapan orang lain terhadap diri kita, perbandingan diri kita dengan orang lain, peran sosial, dan identifikasi diri.
Oleh karenanya diperlukan interaksi dengan orang lain. Tanpa menjalin interaksi dengan orang lain, kita akan kesulitan untuk memberikan nilai kepada diri kita sendiri. Yang bisa kamu lakukan bukan mengisolasi diri, namun membatasi hubungan yang tidak memberikan nilai positif, dan cenderung toxic relationship.
Mitos keempat: fokus pada satu bidang dapat meningkatkan harga diri
Photo by Bahaa A. Shawqi from Pexels
Jika kamu adalah pemain sepak bola terkenal yang telah memenangkan berbagai kejuaraan, kamu pasti akan terus didorong untuk melakukan kegiatan itu terus-menerus. Dengan tim yang sama, pelatih yang tak berubah, lapangan yang sudah kamu hapal diluar kepala. Kamu pun akan merasa nilai dirimu akan terus meningkat dengan menghabiskan waktu pada permainan bola kaki tersebut.
Namun, justru ketika kamu memilih melakukan hal yang menantang, membuat pengalaman hidup baru, dan belajar untuk memecahkan masalah yang tak pernah kamu kuasai sebelumnya dengan mitra baru, pandanganmu terhadap dirimu akan terbuka lebih luas.
Harga diri dapat meningkat karena kamu memandang dirimu secara lebih luas, tidak terperangkap pada pengetahuanmu saja. Ketika kamu memiliki peran baru, mengidentifikasi dirimu yang baru, darisanalah kamu akan memahami dimana nilai dirimu yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
Dari hal itu, kamu akan mulai memahami siapa dirimu dan bagaimana meningkatkan nilai dirimu. Kamu juga bisa melihat posisi orang lain di berbagai bidang, tak melulu menyoal hal yang kamu sukai. Akan tumbuh juga motivasi dalam dirimu dan semangat untuk meningkatkannya.
Jika kamu masih merasa memiliki self-esteem yang rendah, kamu bisa mulai dengan menyadari siapa kamu, seberapa besar kemampuanmu, serta bagaimana emosimu. Dimulai dari meningkatkan self-awareness, akan membuatmu memiliki standar terhadap diri sendiri, tak perlu mengikuti standar orang lain.
Nah, itu tadi beberapa mitos seputar self-esteem yang bisa jadi menghambat kemajuan dirimu. Hal yang paling penting adalah kamu perlu memahami siapa dirimu. Untuk lebih dalam mengenal diri sendiri, kamu bisa berkonsultasi langsung dengan psikolog melalui aplikasi Riliv, loh!
***
Sumber:
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/having-sex-wanting-intimacy/201906/4-myths-about-self-esteem
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-squeaky-wheel/201410/10-things-you-didnt-know-about-self-esteem
- https://www.verywellmind.com/what-is-self-esteem-2795868
Ditulis oleh Dina Fadillah dan disponsori oleh Indika Foundation.