Kesehatan Mental – Apakah kalian memiliki masalah dengan kesehatan mental dalam keluarga? Yuk, simak kisah Cynthia Bissett Germanotta berikut ini!
Apakah Anda pernah membicarakan mengenai kesehatan mental dengan anak Anda?
Begitu juga dengan saya! Setidaknya itulah yang saya kira.
Suami saya, Joe, dan saya selalu berusaha untuk berbicara dengan anak-anak tentang bagaimana perasaan mereka dan masalah yang sedang mereka hadapi selama mereka tumbuh dewasa. Tapi, dengan keuntungan dari hasil meninjau dan takaran yang cukup dari kejujuran, saya sadar bahwa mungkin selama ini saya mendengarkan—tapi kami tidak selalu memberi pengertian.
Sebagai seorang ibu, rasanya sulit melihat anakmu merasakan emosi menyakitkan dimana terkadang kita semua juga pernah merasakannya—khususnya saat mereka berjuang dengan kesehatan mentalnya. Putri saya sendiri, Stefani (sebagian besar kalian mengenalnya dengan nama Lady Gaga), mulai berjuang dengan kecemasan dan depresi sejak ia masih remaja dan sering kali saya merasa tidak berdaya saat hal itu terjadi.
Naluri saya adalah beralih pada apa yang telah saya pelajari selama saya beranjak dewasa, bergantung pada bagaimana generasi saya tabah dalam melewati masa-masa sulit. Memahami kalau anda cukup kuat untuk mengatasi semua permasalahan dalam hidup merupakan pelajaran yang sangat penting, saya sadar kalau pendekatan tersebut tidak selalu dapat digunakan bagi anak saya dalam melalui masa-masa sulit yang ia hadapi, dan saat ia mencoba untuk bercerita mengenai perasaannya, respon yang selama ini saya berikan tidak selalu membantu. Saya memiliki keinginan yang naluriah untuk melindungi dan memperbaiki, yang tentu saja dengan maksud baik, juga lebih seperti bentuk tanggapan mengenai bagaimana saya mengatasi berbagai macam hal.
Dan saya tahu, bukan hanya saya yang sadar akan hal ini.
Tim saya di yayasan Born This Way dan saya berkesempatan untuk berinteraksi dengan para kaum muda dan para orang tua yang berasal dari berbagai macam komunitas di seluruh negeri dengan latar belakang yang berbeda pula. Berawal dari berinteraksi dengan siswa-siswa SMP di Miami dan pemuda tunawisma LGBTQIA+ di Oklahoma, makan malam di restoran kami di kota New York, hingga ke penelitian yang lebih tersistem yang telah kami rancang, satu hal yang terus bermunculan:
Kita tidak hanya perlu untuk berbicara tentang kesehatan mental dengan keluarga kita – kita juga perlu memiliki percakapan yang lebih baik tentang kesehatan mental
Kita perlu belajar – sebagai orang dewasa yang peduli dengan anak muda di sekitar kita—bagaimana memiliki obrolan yang terbuka, jujur, berkelanjutan dan bebas dari sifat menghakimi.
Baru-baru ini, kami meminta 20 pemuda dan 20 orang tua dan wali mereka untuk menceritakan tentang kehidupan mereka, semua hubungan dan kesehatan mental yang mereka miliki melalui buku harian online, dengan menjawab beberapa pertanyaan setiap sore selama beberapa hari.
Melalui buku-buku harian ini, jelas terlihat penyebab yang membuat hubungan antara anak muda dan orang tuanya menjadi kurang baik, terutama saat berbicara mengenai masalah serius seperti tentang stres dan kesehatan mental. Berikut adalah beberapa hal yang kami temukan:
Orang tua meremehkan perasaan tertekan yang anak alami
Contohnya, seorang wanita muda berkata, “saya merasa dimengerti dalam berbagai macam hal. Orang tua saya mengerti keinginan saya, sifat saya yang ceria, dan candaan saya [tapi] saya rasa mereka kurang dapat memahami masalah tentang kecemasan dan emosi, sulit untuk memotong hal tersebut dari mereka.”
Baca juga: Anak Senang, Orang Tua Tenang! Ikuti Teknik Mindful Parenting Berikut Ini!
Orang tua menutupi stres yang mereka rasakan dari anak-anak mereka
Kita pernah mendengar dari orang tua atau wali yang selalu berkata seperti ini, “Putra saya masih terlalu muda untuk mengerti tentang hal seperti itu,” dan, “Saya tidak ingin membuat mereka tertekan. Pekerjaan saya adalah untuk melindungi mereka dari hal-hal seperti ini,” saat menjelaskan alasan mengapa mereka tidak terbuka tentang perasaan mereka sendiri.
Anak muda tidak akan membuka diri jika mereka takut dihakimi
Secara keseluruhan, orang tua berpikir kalau mereka membicarakan kesehatan mental dengan anak mereka, tapi banyak yang tersasar saat proses pemahamannya. Seorang ayah yang dengan percaya dirinya bercerita bagaimana ia dan putrinya, “berdiskusi tentang penanganan terhadap tekanan sehari-hari, bagaimana hal tersebut bisa diatur dengan istirahat, makanan sehat dan olahraga.” Sayangnya, putrinya bercerita, “Saya telah berbicara dengan orang tua saya mengenai rasa tertekan dan kecemasan. Ibu saya sedikit lebih pengertian. Ayah saya terkadang tidak paham dengan masalah yang ada.”
Secara keseluruhan, orang tua mengira mereka membicarakan kesehatan mental dengan anak-anak mereka, tetapi banyak yang tidak membicarakannya dengan tepat. Misalnya, ada seorang ayah yang berbicara dengan penuh percaya diri tentang bagaimana dia dan putrinya, “mendiskusikan cara mengatasi stres sehari-hari, bagaimana hal itu dapat dikelola dengan istirahat, makanan sehat, dan olahraga”.
Namun, putrinya berbagi bagaimana, “Saya telah berbicara dengan orang tua saya tentang kecemasan dan stres. Ibuku sedikit lebih pengertian. Ayah saya terkadang tidak selalu menyadari masalahnya.”
Wanita muda lainnya menjelaskan bagaimana, “Saya telah berbicara dengan orang tua saya tentang kecemasan, tetapi terkadang saya pikir mereka tidak mempercayai saya,” sementara ibunya memberi tahu kami, “Saya telah berbicara dengan putri saya tentang masalah kecemasan, dia terkadang memiliki serangan panik ringan. Saya mendorongnya untuk pergi ke konseling di perguruan tinggi.”
Jadi, bagaimana sebaiknya orang tua berbicara tentang kesehatan mental kepada anaknya?
- Tahan godaan untuk menghakimi. Kita semua membawa bias dari generasi, pengalaman hidup, pendapat, dan keyakinan kita masing-masing. Namun jika kita ingin anak muda jujur kepada kita, kita harus membuktikan kepada mereka bahwa kita bersedia mengesampingkan semua itu dan membantu. Atau paling tidak, cobalah untuk hanya mendengarkan mereka.
- Jujurlah tentang perjuangan Anda sendiri. Apakah mengherankan jika anak muda merasa seperti orang dewasa tidak mengerti bagaimana perasaan mereka ketika orang dewasa itu tidak pernah jujur tentang stres atau kecemasan mereka sendiri? Kita harus cukup berani untuk jujur kepada anak-anak agar mereka mengerti bahwa mereka tidak sendiri. Mereka harus melihat bahwa hidup memang tidak mudah, tetapi kita bisa menjadi lebih baik dalam menghadapinya. Anak-anak butuh role model untuk itu.
- Ajak anak mengobrol secara mendalam. Singkirkan gagasan bahwa berbicara tentang kesehatan mental dan emosional adalah percakapan yang bersifat wajib. Jadikanlah obrolan dengan anak menjadi kegiatan yang berkelanjutan. Bicarakan hal-hal serius maupun hal-hal menyenangkan, hal-hal canggung yang membuat Anda berdua tersipu, dan hal-hal sensitif yang membuat Anda berdua menangis.
Saya tahu semua itu tidak mudah dipraktikkan. Jadi biasakanlah diri Anda dan tetaplah berusaha. Saya juga masih belajar setiap harinya, kok!
Disadur dari: “When I Realized I Needed to Change the Way I Talk to My Daughters About Mental Health” oleh Cynthia Bissett Germanotta.
Diterjemahkan oleh Sabrina Rizkahil. Diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog.
Seperti yang dikatakan oleh uraian di atas, membicarakan kesehatan mental dalam konteks parenting bukanlah hal yang mudah. Mungkin kamu juga perlu mendengarkan saran profesional seperti psikolog supaya kamu lebih memahami kondisi yang sedang kamu atau anakmu alami. Nah, kami bisa membantumu lewat konseling online via aplikasi Riliv! Yuk, coba aplikasi Riliv sekarang!