Berdamai dengan diri sendiri adalah salah satu tema yang paling sering dibahas dalam mindfulness. Berdamai dengan diri sendiri adalah cara kita menerima masa lalu dan menciptakan ketenangan batin untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Terkait hal ini, semua orang pasti pernah memiliki kesalahan di masa lalu yang baginya memalukan, atau bisa dibilang punya masa lalu yang “kelam.” Namun terkadang, bayang-bayang kesalahan masa lalu itu masih menghantui kita, salah satunya karena ada rasa bersalah yang mengganggu. Kita tahu bahwa hal yang sudah berlalu tak bisa diulang kembali, namun mengapa kita masih sulit berdamai dengan diri sendiri?
Sulitnya Berdamai dengan Diri Sendiri
Apabila dikaji lebih lanjut, banyak sekali alasan yang mencakup kesulitan orang-orang berdamai dengan dirinya sendiri. Empat alasan utama yang berhasil Riliv kumpulkan antara lain:
- Kita cenderung merasa pantas untuk menerima ganjaran dari perilaku buruk di masa lalu. Apalagi, jika perilaku buruk tersebut melibatkan orang-orang yang tersakiti oleh kita. Menurut Shafer dan Brown (1986), menyalahkan diri sendiri itu disebabkan karena kita bertanggung jawab atas apa yang sudah kita lakukan. Namun, bisa juga disebabkan karena kita mempunya persepsi yang keliru atas apa yang sudah terjadi, contohnya pada korban kejahatan atau gaslighting.
- Ada perasaan gengsi dengan diri sendiri, yang menganggap bahwa perilaku di masa lalu itu kurang pantas untuk dimiliki diri sendiri. Masyarakat menuntut kita untuk menjadi pribadi yang sempurna, sehingga kita akan mencoba membuang jauh-jauh perilaku yang buruk di masa lalu itu.
- Ingin melupakan dan mengubur kenangan masa lalu yang kelam, sehingga enggan mengunjungi kembali kenangan tersebut. Rasanya seperti ada trigger atau pemicu yang sewaktu-waktu meledak jika kita mendekatinya.
- Kita belum bisa merelakan hal-hal yang sudah terjadi. Hal ini mungkin terdengar sepele, namun merelakan itu tidak semudah yang dikatakan orang. Ada kalanya dalam proses merelakan, kita terganggu oleh pikiran-pikiran negatif yang muncul, misalnya “Jangan-jangan kita tidak dimaafkan,” atau “Jangan-jangan kita masih menyakiti orang lain.”
Meskipun alasan-alasan di atas masuk akal, bukan berarti hal-hal tersebut bagus untuk pertumbuhan pribadi kamu, lho! Justru dengan semakin memendam kenangan buruk, kenangan itu akan semakin sering muncul ke permukaan, menjadi ruminasi. Di samping itu, pikiran-pikiran negatif sewaktu-waktu bisa muncul sebagai akibat dari ruminasi yang kita lakukan. Apabila kita membiarkan pikiran-pikiran negatif ini menguasai kita, hidup kita takkan pernah tenang.
Jadi, dengan mempertimbangkan hal-hal ini, bagaimana sih cara efektif supaya kita bisa berdamai dengan kesalahan diri sendiri?
Cara-cara Berdamai dengan Diri Sendiri
Menurut Amy Morin dalam bukunya, 13 Things Mentally Strong People Don’t Do, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berdamai dengan diri sendiri. Tentu saja, hal ini harus dimulai dari diri sendiri, karena yang paling memahami keadaan diri sendiri adalah kita. Lagipula, banyak manfaatnya jika kita bisa berdamai dengan diri sendiri, antara lain:
- Kita jadi sadar bahwa masa lalu mengandung pelajaran berharga.
- Kita dapat mengenyahkan persepsi negatif terhadap diri sendiri, sehingga kita bisa lebih percaya diri.
- Kita mampu membangun keyakinan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik.
Dari yang bisa Riliv simpulkan, cara-cara terbaik berdamai dengan diri sendiri adalah sebagai berikut:
Memaafkan Diri Sendiri
Amy Morin mengatakan bahwa, dalam proses berdamai dengan diri sendiri, sebaiknya kita jangan terlalu berfokus kepada kesalahan masa lalu. Sebaliknya, fokuslah dengan pelajaran atau hikmah yang kamu dapatkan dari kejadian di masa lalu supaya tidak kejadian lagi di masa mendatang. Selain itu, kita juga harus bisa memaafkan diri kita sendiri.
Ketika kita belum bisa memaafkan diri sendiri, kita akan mudah terjerumus ke dalam pikiran-pikiran negatif yang merendahkan diri kita. Ketahuilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Ketika kamu sadar bahwa kamu telah melakukan sesuatu yang buruk dan mau berubah, itu artinya kamu memiliki growth mindset, yang berarti kamu ingin menjadi individu yang lebih baik.
Perbanyak Memuji dan Menyemangati Diri
Menyadari kesalahan diri itu nggak ada salahnya. Lebih tepatnya, berdamai dengan diri sendiri itu berbeda dengan overthinking dengan kesalahan di masa lalu, melainkan juga menyadari bahwa kita adalah manusia yang bisa berbuat kesalahan kapan saja. Maka dari itu, semangatilah dirimu atas pencapaian-pencapaian kecil yang kamu lakukan.
Jangan remehkan kekuatan memuji dan menyemangati diri. Kamu tidak harus memberikan kata-kata afirmatif kepada diri sendiri, namun menyemangati diri juga bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan yang kamu suka. Misalnya, menekuni hobi, berjalan-jalan, atau mengunjungi teman-teman yang menyayangimu.
Mengakui Setiap Perasaan yang Kamu Rasakan
Tidak masalah ketika kamu merasa sedih, gundah, atau marah ketika kecewa dengan apa yang sudah kamu perbuat di masa lalu. Mengakui emosi atau perasaan yang kamu miliki adalah bagian dari proses mengenali diri, sehingga kamu juga bisa mengelola emosi yang kamu rasakan. Untuk membantu proses ini, kamu bisa menggunakan journaling atau mood tracker untuk mencatat setiap emosi yang kamu rasakan secara kronologis.
Fokus pada Hal-hal yang Bisa Kamu Kontrol
Ada satu pertanyaan yang penting, yang bisa kamu tanyakan pada dirimu sendiri: buat apa kamu membuang-buang waktu untuk mengingat-ingat kesalahan yang tak akan pernah kembali?
Jika kamu memang serius ingin berubah menjadi individu yang lebih baik, maka sebaiknya gunakan waktu untuk memperbaiki diri sendiri. Apabila kamu masih khawatir mengenai persepsi orang terhadap dirimu, ketahuilah bahwa kita tak bisa mengontrol hal-hal yang berada di luar kendali kita. Biarlah mereka berpikir sesuka hati mereka terhadap dirimu. Mereka takkan peduli dengan apa yang kamu lakukan. Maka dari itu, tak ada alasan bagimu untuk mencemaskan mereka, bukan?
Jangan Lupa Beristirahat
Perjuanganmu menjadi pribadi yang lebih baik takkan mampu dituntaskan hanya dalam semalam. Proses berdamai dengan diri sendiri akan membutuhkan waktu yang lama, tergantung dari seberapa siap dirimu dalam merubah diri menjadi yang lebih baik. Maka dari itu, ketika kamu merasa lelah, jangan lupa beristirahat. Kelelahan bisa mengakibatkan kamu susah berkonsentrasi dan berujung pada penyakit fisik. Seperti kata pepatah, apabila kamu menjaga tubuhmu dengan baik, maka tubuhmu pun akan menjagamu.
Kesimpulan
Nah, Rilivers, intinya memang nggak mudah berdamai dengan diri sendiri. Jika kamu masih sewaktu-waktu terngiang oleh kesalahan di masa lalu, anggaplah itu bagian dari proses yang sedang kamu jalani. Jangan pernah berhenti untuk bertumbuh, karena sejatinya manusia itu tak bisa hidup dalam keadaan stagnan. Kita akan selalu didorong untuk berubah, entah oleh kondisi lingkungan atau oleh orang lain. Semua tergantung padamu, apakah kamu bersedia untuk memperbaiki diri atau tenggelam dalam perasaan bersalah seumur hidupmu.
Referensi:
Morin, A. (2017). 13 Things Mentally Strong People Don’t Do: Take Back Your Power, Embrace Change, Face Your Fears, and Train Your Brain for Happiness and Success. New York: HarperCollins Publisher.