Playing Victim – Kamu pernah nggak sih, menghadapi orang yang playing victim atau suka memposisikan diri sebagai korban? Orang seperti ini merasa diri sebagai pihak yang lemah, suka menyalahkan orang lain, selalu punya alasan, nggak mau bertanggung jawab, dan bertingkah seperti semua bukan kesalahannya.
Saat menghadapi situasi yang buruk, kita dihadapkan pada pilihan. Mencari jalan keluar dari masalah atau melarikan diri dari masalah. Sebagai orang dewasa, kita memiliki tanggung jawab untuk mengatasi masalah kita, terlepas apa dan siapa penyebabnya. Menghadapi masalah dan menyelesaikannya, akan membantu kita tumbuh sebagai pribadi yang lebih baik, karena telah belajar dari pengalaman.
Seseorang yang bermental korban, biasanya enggan untuk membuat perubahan ketika menghadapi masalah. Ia juga tidak mau menerima bantuan dari orang dan lebih senang berkutat pada perasaan mengasihani diri sendiri.
Untuk menghadapi si mental korban alias tukang playing victim ini, kamu perlu bersikap tenang, namun tetap tegas, Guys! Pasalnya, kalau kamu bersikap keras, dia akan makin merasa menjadi korban. Ini akan menjadi pembenaran atas anggapannya bahwa situasi buruk ini terjadi karena kesalahan orang lain atau karena orang lain menjahati dia.
Berikut beberapa cara untuk menghadapi si tukang playing victim!
1. Jelaskan tingkah laku yang mengganggumu
Orang yang bersikap playing victim seringnya tidak merasa dirinya melakukannya. Karena itu, mengatakan bahwa dia telah bersikap playing victim, tidak akan berhasil mengubah tingkah lakunya.
Alih-alih melakukan itu, langsung saja tunjukkan sikap-sikap playing victim-nya yang mengganggumu. Misalnya, kebiasaannya mengeluh dan menyalahkan orang lain, tidak mau bertanggung jawab, merasa tidak berdaya mengatasi masalah, dan merasa tidak bisa mengubah situasi.
2. Menawarkan solusi
Daripada ikut frustasi dengan keluhan dan energi negatifnya, cobalah untuk memberikan beberapa alternatif solusi buat permasalahannya. Orang dengan karakter mental korban, memang tidak akan dengan mudah menerima solusi.
Mereka lebih suka mengungkapkan masalahnya daripada menyelesaikannya. Namun, tidak ada salahnya dicoba. Cobalah dengan solusi yang paling praktis dan mudah dilakukan.
3. Menjaga jarak
Sekaligus buat mencegah penularan virus, kamu juga perlu menjaga jarak dengan si playing victim ini, guys. Karena, bergaul terlalu dekat dengan mereka bakalan membawa virus juga buat pikiran dan mental kamu.
Kamu masih bisa berteman dengan orang seperti ini, namun kamu perlu tahu saat kamu harus mundur dan menjaga jarak dengan dia, demi kesehatan mentalmu sendiri.
4. Jangan ikuti dramanya
Seringkali si playing victim mendramatisir situasi untuk memberi validasi bahwa apa yang terjadi pada dirinya memang benar-benar parah. Karena itu, kamu nggak perlu mengikuti dramanya dengan ikut alur emosinya.
Saat dia mengeluh atau menyalahkan orang lain yang dianggap menjahatinya, kamu cukup merespons dengan datar seperti, “Oh, gitu ya?” “Semoga situasinya bisa segera membaik,” atau “Yang sabar, ya?”. Sesudah itu, tinggalkan dia dan kembali pada aktivitasmu.
5. Hindari perdebatan dengan logika
Mendebat pendapatnya dengan logika, hanya akan sia-sia, guys. Yang kamu hadapi adalah orang yang bermental tidak sehat. Karena itu, ketimbang capek meyakinkan dia dengan cara itu, kamu bisa menghentikan sikap playing victim-nya dengan membuat dia merasa kamu ada di pihaknya.
Ini tidak berarti kamu setuju dengan pendapatnya loh, guys. Kamu cukup membuatnya merasa bahwa kamu mengerti perasaannya. Caranya, kamu bisa mengulang cerita yang dia sampaikan, seperti “Oh, jadi kamu merasa ini nggak adil ya?” “Iya, pasti sulit untuk mengurus kerjaan seperti itu tanpa bantuan yang kamu perlukan.”
Dengan mengulang informasi yang dia sampaikan, kamu akan dianggap memahaminya. Meskipun ini tidak menyelesaikan masalah yang ada, setidaknya kamu akan membuat dia lega, sehingga kamu nggak harus mendengarkan keluh kesahnya lagi.
Jika kita sudah mencoba cara-cara di atas namun belum berhasil, gimana cara terbaiknya?
Terlalu lama menghadapi orang-orang yang bermental korban ini akan merugikan bagi kesehatan mental kita. Maka dari itu, jangan menyia-nyiakan waktu untuk meladeni mereka jika memang kamu merasa lelah. Lagipula, menurut psikolog klinis Dr. Julie Landry, pandangan victim mentality ini adalah akibat dari pengalaman buruk atau traumatis mereka sendiri. Intinya, kamu nggak punya kewajiban untuk menangani masalah mereka. Justru orang-orang ini butuh mengubah coping mechanism mereka supaya bisa menghadapi permasalahan mereka sendiri dengan lebih baik.
Daripada kamu stres karena terus menerus tertekan orang-orang playing victim, mending kamu ajak mereka ke psikolog. Kamu juga bisa menceritakan segala permasalahanmu supaya ketahanan mentalmu semakin meningkat. Mau konsultasi psikolog tapi nggak tahu ke mana? Riliv siap membantu kamu!