Mental block – Pusing banget, deh, harusnya hari ini deadline selesai, tapi kok rasanya nggak semangat ya ngerjain project? Wah, jangan-jangan kamu kena mental block! Memangnya mental block itu apa, sih? Yuk, kenalan dulu biar tahu cara mengatasinya!
Penyebab Utama Mental Block
Mental block diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mengakses kreativitas, motivasi, dan produktivitas. Banyak sekali yang melatarbelakangi terjadinya mental block saat kita bekerja. Beberapa di antaranya adalah insecurity, kelelahan karena bekerja terus menerus, dan kecemasan akan performance. Kamu mungkin nggak menyadarinya, tapi rekan-rekan kerja kamu bisa menangkap attitude dan perilaku kamu saat bekerja jadi terhambat karena mental block.
Macam-macam Jenis Mental Block
Dirangkum dari berbagai sumber yang Riliv dapatkan, berikut ini adalah beberapa bentuk mental block yang mungkin kamu miliki!
Imposter Syndrome
Imposter syndrome adalah keadaan di mana kamu merasa bahwa pekerjaan yang kamu kerjakan itu nggak ada apa-apanya dibandingkan usaha yang kamu kerahkan. Dengan kata lain, kamu takut dipandang sebagai orang yang nggak kompeten, padahal kamu nggak tahu faktanya. Biasanya orang-orang yang mengalami imposter syndrome juga dibarengi dengan kecemasan yang berpotensi mengarah ke depresi, karena mereka merasa nggak berharga.
Decision Fatigue
Pernah nggak kamu lama banget memutuskan hal-hal kecil, misalnya apa yang mesti kamu beli buat makan malam? Sekalipun kedengarannya sepele, orang-orang yang mengalami decision fatigue mengalami kesulitan dalam mempertahankan kinerjanya, lho! Apalagi, kalau kamu berada di posisi manajer yang bertugas mensupervisi orang lain, kamu akan cenderung diandalkan dalam membuat keputusan. Saking overthinking-nya sama keputusan itu, kamu akan cenderung memilih jalan pintas dengan melakukan prokrastinasi, jadi lebih impulsif, atau menghindari orang.
Fixed Mindset
“Aku nggak bisa. Kamu aja yang kerjain, ya.”
“Aku nggak tahu caranya.”
“Aku nggak punya pengalaman.”
Seringkah kamu mendengar atau mengucapkan kata-kata seperti di atas? Itulah pertanda kamu punya fixed mindset. Berbeda dengan orang-orang yang punya growth mindset, mereka yang punya fixed mindset akan cenderung meragukan kemampuan mereka. Alasannya karena mereka takut mengambil risiko, kurang yakin dengan keputusan yang mereka ambil, dan kurangnya motivasi intrinsik. Mengatasi fixed mindset bisa dilakukan dengan menerapkan positive thinking, sebab sejatinya, kecemasan yang kita alami tersebut merupakan hasil intrusive thoughts atau pikiran-pikiran yang mengganggu.
Comparison
Sekalipun membandingkan diri dengan orang lain itu bisa membuat kita memahami apa saja yang harus kita perbaiki dari diri kita, terus-terusan melakukannya akan jadi bibit insekuritas. Sama halnya dengan orang-orang yang punya fixed mindset atau imposter syndrome, orang-orang yang suka membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain punya masalah self-esteem yang harus diatasi. Selalu bersyukur, menghargai proses, dan nggak memaksakan diri adalah cara untuk menghindari sifat membanding-bandingkan dengan orang lain.
Tunnel vision
Bagaikan di dalam terowongan yang gelap, tunnel vision membatasi kita untuk melihat lebih jauh ke depan karena kita terlalu terpaku dengan keadaan kita saat ini dan ogah bertumbuh dari comfort zone. Padahal, otak kita bersifat plastis, yang artinya setipa neuron di otak kita didesain untuk mempelajari hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan kita melalui atensi dan pembentukan memori. Sebetulnya, kamu bisa, kok, melatih otak untuk keluar dari tunnel vision. Kuncinya adalah motivasi untuk berkembang.
Kunci Atasi Mental Block adalah Dirimu Sendiri
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, mental block adalah hasil dari insekuritas dan ketidakmampuan diri kita untuk menyelami apa yang bisa kita lakukan. Maka dari itu, jangan biarkan dirimu tenggelam dalam mindset bahwa kamu nggak bisa apa-apa. Percayalah bahwa sekalipun sulit, selalu ada solusi dari semua masalah yang kamu hadapi. It’s alright kalau saat ini kamu sedang nggak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah keadaanmu. Motivasi dalam diri itu tidak dihasilkan secara alami, namun dihasilkan dari semua pengalaman yang telah terjadi. Trust the process, stay mindful, dan tetaplah berpikiran positif terhadap diri sendiri, OK?
Apabila kamu butuh bercerita soal kesulitan menghadapi mental block, Riliv bersedia memberi kamu ruang melalui konseling dengan psikolog profesional. Yuk, atasi hambatan hidupmu bersama Riliv!
Referensi:
Cook, D. A., & Artino, A. R., Jr (2016). Motivation to learn: an overview of contemporary theories. Medical education, 50(10), 997–1014. https://doi.org/10.1111/medu.13074
Eagleson, C., Hayes, S., Mathews, A., Perman, G., & Hirsch, C. R. (2016). The power of positive thinking: Pathological worry is reduced by thought replacement in Generalized Anxiety Disorder. Behaviour research and therapy, 78, 13–18. https://doi.org/10.1016/j.brat.2015.12.017
Huecker MR, Shreffler J, McKeny PT, et al. Imposter Phenomenon. [Updated 2022 Sep 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585058/
Kühn, S., Schmiedek, F., Brose, A., Schott, B. H., Lindenberger, U., & Lövden, M. (2013). The neural representation of intrusive thoughts. Social cognitive and affective neuroscience, 8(6), 688–693. https://doi.org/10.1093/scan/nss047
Ng B. (2018). The Neuroscience of Growth Mindset and Intrinsic Motivation. Brain sciences, 8(2), 20. https://doi.org/10.3390/brainsci802002
Nguyen, D. T., Wright, E. P., Dedding, C., Pham, T. T., & Bunders, J. (2019). Low Self-Esteem and Its Association With Anxiety, Depression, and Suicidal Ideation in Vietnamese Secondary School Students: A Cross-Sectional Study. Frontiers in psychiatry, 10, 698. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2019.00698