Ketika beragam situasi akhirnya memaksamu untuk menyerah, timbul sebuah ide atau pikiran untuk melepaskan semuanya. Rasa sakit, ketidakbahagiaan, amarah, dan kecewa—berbagai emosi ini—nggak semudah itu bisa diterima secara lapang dada. Iya, kan?
Beberapa kali timbul pertanyaan di dalam benakmu. “Rasa-rasanya aku memang pantas deh buat disakiti, atau bahkan nggak hidup lagi.” Inikah saat yang tepat untuk meninggalkan segalanya?
Jawabannya adalah tidak, Dear! Jangan jadikan situasi yang menghimpitmu ini sebagai alasan agar dapat memenuhi keinginan untuk menyakiti dirimu sendiri.
Saat duniamu terasa begitu gelap dan kamu merasa nggak punya lagi harapan untuk menyambung hari esok, percayalah, dirimu sangat berharga—begitu pula nyawa yang kamu punya sekarang.
Pada saat ini, mungkin kesedihanmu rasa-rasanya nggak akan pernah menemui garis finish. Tapi yakinlah, kamu masih punya beragam cara untuk mengatasi semuanya.
“Beberapa kali aku punya pikiran untuk mengakhiri segalanya, apa yang harus aku lakukan?”
Foto oleh cottonbro dari Pexels
Masalah yang timbul pada hidup seseorang memiliki efek yang berbeda-beda pada tiap-tiap individu. Hal inilah yang membuat kita selalu menegaskan bahwa, apapun yang kita rasakan adalah valid.
Kamu boleh merasakan sedih, marah, kecewa, atau bahkan merasa putus asa. Kamu perlu mengetahui bahwa emosi-emosi yang hadir itu sebagai hal yang wajar. Yang perlu kamu ingat adalah kamu nggak sendirian.
Saat timbul keinginan untuk mengakhiri semuanya, kamu perlu menyadari bahwa timbulnya perasaan itu tidak menandakan bahwa kamu adalah orang yang tidak waras, lemah, atau bahkan cacat. Kamu tetaplah manusia biasa yang bisa lelah dan merasakan sakit.
Kamu hanya perlu menyadari, bahwa saat ini kamu sedang mengalami dan merasakan lebih banyak rasa sakit, ketimbang hal-hal yang dapat kamu atasi biasanya. Tetapi, dengan waktu dan dukungan, percayalah—kamu pasti dapat melaluinya—rasa sakit, kecewa, serta perasaan ingin menyerah pun akan berlalu.
Pahami ini, apapun situasinya, ada orang yang masih membutuhkanmu, kamu masih punya tempat untuk membuat perbedaan dan pengalaman yang dapat mengingatkanmu, bahwa kamu berhak untuk hidup dan layak menjalaninya.
Dibutuhkan keberanian yang nyata untuk menyerah dan mengakhiri semuanya. Tapi, kamu tentu dapat menggunakan keberanian itu untuk menghadapi kehidupan, untuk belajar mengatasi masalah, dan untuk menemukan kekuatan untuk terus berjalan.
Saat kita sedang berada di situasi yang begitu menghimpit, memang sulit rasanya untuk mengingat-ingat cara untuk menghargai nyawa diri. Namun, cobalah untuk mengingat ini:
-
- Emosi yang kamu rasakan tidak akan menetap, mereka terus berubah. Bagaimana perasaanmu hari ini mungkin nggak sama dengan apa yang kamu rasakan kemarin, besok, atau minggu depan
- Ketidakhadiranmu akan menciptakan kesedihan dalam kehidupan teman-teman dan orang-orang yang kamu sayangi
Ada banyak hal yang masih bisa kamu capai dalam hidup, Dear!
- Terdapat banyak pengalaman, tempat indah yang belum kamu lihat, suara-suara yang nantinya akan mampu membuatmu bahagia. Kalau kamu menyerah sekarang, kamu akan kehilangan kesempatan tersebut
- Kemampuanmu untuk merasakan emosi yang menyenangkan sama dengan kemampuanmu untuk merasakan emosi yang membuatmu begitu sedih.
Apa yang menyebabkan keinginan menyerah dan mengakhiri semuanya itu muncul?
Photo by Gemma Chua-Tran on Unsplash
Dear, kemampuan untuk mengatasi rasa sakit seseorang akan berbeda pada setiap individu. Kita semua berbeda. Namun, ada beberapa penyebab umum yang mungkin membuat kita mengalami pikiran dan perasaan ingin mengakhiri semuanya.
Saat pikiran bunuh diri rasanya seperti menjadi satu-satunya opsi dan jalan keluar—ini adalah pemikiran yang menipu
Saat dirimu tidak dapat memikirkan solusi lain, percayalah itu bukan tidak ada, tetapi kamu hanya tidak dapat melihatnya sekarang.
Rasa sakit secara emosional yang luar biasa—yang sedang kamu alami saat ini—dapat mendistorsi pikiranmu. Sehingga, kamu menjadi lebih sulit untuk melihat solusi yang mungkin dapat dihadirkan untuk sebuah masalah.
Hal ini juga menyulitkanmu untuk terhubung dengan mereka yang dapat menawarkan dukungan untukmu. Itulah yang dinamakan tipu muslihat dari pikiranmu.
Saat solusi tidak dapat terlihat dengan jelas, jangan ragu untuk segera menghubungi seorang terapis, konselor, atau bahkan teman dan orang-orang tersayang—yang pasti mau membantumu menemukan jalan keluar bagi masalahmu. Berilah mereka kesempatan untuk membantumu.
Pemikiran yang menjebakmu hampir selalu bersifat sementara.
Meskipun tampaknya seolah-olah rasa sakit dan ketidakbahagiaanmu seperti nggak ada ujungnya—atau nggak akan berakhir—penting untuk menyadari bahwa krisis biasanya bersifat sementara.
Beri dirimu sendiri waktu—pada hal-hal untuk berubah—yang membuat rasa sakitmu mereda.
Cara menghargai nyawa diri: pahami, bahkan masalah yang tampaknya nggak punya harapan pun, memiliki solusi
Kebanyakan orang yang mencari bantuan dapat memperbaiki situasi yang mereka alami dan akhirnya pulih.
Lingkungan kita perlu menormalisasi bahwa pergi ke psikolog atau psikiater itu wajar, meminum obat anti depresan itu wajar. Sama seperti saat kita demam, kita perlu pergi ke dokter, dan memerlukan obat penurun panas. Saat kita merasa pusing, kita mengkonsumsi obat anti nyeri.
Memang, ketika nanti obat diresepkan—mencapai dosis yang tepat sering membutuhkan proses penyesuaian waktu yang berkelanjutan.
Jangan menyerah, ya, sebelum dirimu akhirnya bisa menemukan solusi yang cocok. Percayalah, semua masalah dapat ditangani dan diselesaikan.
Cara menghargai nyawa diri ketika muncul keinginan untuk menyerah
mengakhiri hubungan via www.pexels.com
Langkah #1: Berjanji untuk tidak melakukan apa pun sekarang
Meskipun saat ini kamu merasa sangat kesakitan, berikan jarak antara pikiran dan tindakan. Berjanjilah pada diri sendiri: “Aku akan menunggu 24 jam dan nggak akan melakukan sesuatu yang ekstrim selama waktu itu.”
Pikiran dan tindakan adalah dua hal yang berbeda. Pikiran bunuh diri sama sekali nggak harus jadi kenyataan. Tidak ada batas waktu, tidak ada yang memaksamu untuk segera bertindak atas pikiran-pikiran ini.
Langkah #2: Hindari narkoba dan alkohol
Pikiran untuk bunuh diri bisa menjadi lebih kuat jika kamu menggunakan obat-obatan seperti narkoba atau alkohol. Penting untuk tidak menggunakan obat-obatan atau alkohol tanpa resep ketika dirimu merasa putus asa atau sedang berpikir untuk bunuh diri.
Langkah #3: Buat rumahmu menjadi aman
Singkirkan benda-benda yang bisa digunakan untuk melukai diri sendiri, seperti pil, pisau, pisau cukur, atau senjata api. Jika kamu tidak dapat melakukannya, pergilah ke tempat di mana dirimu bisa merasa aman.
Langkah #4: Jangan simpan perasaan bunuh diri ini sendiri
Banyak dari kita telah menemukan bahwa langkah pertama untuk mengatasi pikiran dan perasaan bunuh diri adalah dengan membaginya bersama seseorang yang kita percayai.
Temukan seseorang yang kamu percayai dan beri tahu mereka betapa buruknya perasaanmu saat ini. Jangan biarkan rasa takut atau malu mencegahmu untuk mencari bantuan.
Jangan ragu untuk menghubungi anggota keluarga, sahabat, terapis, guru, dokter, pelatih, atau konselor berpengalaman sebagai permintaan pertolongan. Dan jika orang pertama yang kamu temui tampaknya nggak mengerti, cobalah hubungi orang yang lain.
Kamu juga bisa menghubungi psikolog melalui aplikasi Riliv. Psikolog Riliv akan membantumu dan mendengarkanmu tanpa menghakimi.
Cukup hanya dengan berbicara tentang bagaimana kamu bisa sampai pada titik ini dalam hidupmu dapat melepaskan banyak tekanan yang menumpuk dan membantumu menemukan cara untuk mengatasinya.
Mencari bantuan sebagai cara untuk menghargai nyawa diri
Photo by Felicia Buitenwerf on Unsplash
Jika saat ini kamu nggak merasakannya, ada banyak orang yang ingin mendukungmu selama masa-masa sulit ini. Jangkau mereka. Lakukan sekarang juga.
Bicaralah dengan seseorang yang nggak akan mencoba untuk berdebat tentang bagaimana perasaanmu, menilaimu, atau memberi tahumu untuk “keluar begitu saja.” Temukan seseorang yang hanya akan mendengarkan dan hadir untukmu sepenuhnya.
Bagaimana jika dirimu nggak kunjung merasa dimengerti?
Jika orang pertama yang kamu temui tampaknya nggak kunjung mengerti, beri tahu orang lain atau hubungi saluran bantuan krisis bunuh diri. Jangan biarkan pengalaman buruk menghentikanmu dari menemukan seseorang yang dapat membantu.
Kamu dapat menghubungi nomor darurat di bawah ini:
- Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454)
- LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293)
Referensi:
- https://www.helpguide.org/articles/suicide-prevention/are-you-feeling-suicidal.htm
- https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/18/15455261/cegah-bunuh-diri-dengan-nomor-darurat-berikut-ini?page=all