Cinta Sampai Mati – Baru-baru ini, permasalahan terkait percintaan memang lagi hot banget, ya? Bahkan, beberapa di antaranya memicu kengerian, karena ternyata cinta bisa jadi berbahaya karena berlebihan. Contohnya, seperti yang mau kita bahas pada hari ini, yaitu obsessive love disorder.
Apakah Obsessive Love Disorder Ada Padamu?
Eits, bukan berarti hal ini memicu kamu buat asal mendiagnosis diri sendiri ataupun orang lain, ya! Namun, Riliv hanya ingin memberi kamu informasi tentang apa saja gejala obsessive love disorder dan apa yang bisa membahayakan hubungan kamu dengan orang-orang yang kamu sayangi.
Dilansir dari Healthline, gejala utama yang dialami oleh penderita obsessive love disorder adalah sikapnya yang cenderung posesif, mengekang pasangan, dan punya keinginan melindunginya, seolah-olah pasangan merupakan barang berharga yang tidak boleh rusak.
“Lho, bukannya pasangan yang perhatian dan protektif akan memberikan rasa aman?”
Hm, nggak juga, lho! Meskipun kedengarannya positif, hal ini bisa menjadi negatif apabila pasangan sampai memberikan ancaman, melakukan kekerasan verbal, hingga mengontrol kehidupan kamu. Selain itu, orang yang memiliki gangguan psikologis ini akan cenderung mengalami waham atau delusi, sehingga ia akan menganggap orang yang menjadi pasangannya adalah satu-satunya hingga mati, tidak bisa digantikan siapa pun, dan bisa melakukan hal-hal berisiko untuk melindunginya. Namun, tidak hanya dengan pasangan saja. Obsessive love disorder juga bisa menyasar penggemar selebriti, artis, atau public figure.
Fakta Pop Culture Seputar Mindset “Cinta Sampai Mati”
Jika kalian pernah mendengar fans sasaeng (atau fanatik berlebih) yang sering mengikuti artis-artis Korea, tentunya kalian akan memahami pola perilakunya yang hampir serupa dengan deskripsi di atas. Perasaan jatuh cinta berlebihan yang dialami fans sasaeng ini dinamakan erotomania, yaitu keyakinan bahwa artis atau orang-orang dengan status sosial yang lebih tinggi memiliki perasaan khusus pada mereka.
Kaitan erotomania dengan obsessive love disorder ini sangatlah erat. Namun, erotomania berupa sebuah delusi paranoid. Orang-orang dengan gangguan psikologis ini nggak hanya terobsesi dengan public figure secara emosional, namun juga menunjukkan perilaku menguntit, mengirim pesan rahasia, bahkan melecehkan public figure tersebut. Mereka nggak bisa hidup tanpa si public figure, sehingga mereka juga bisa punya kecenderungan bunuh diri yang tinggi bila usaha mereka tak membuahkan hasil. Mereka pikir, lebih baik mati daripada menderita di dunia tanpa orang yang mereka cintai tersebut.
Hubungan yang Sehat vs Obsesi “Cinta Sampai Mati”
Pastinya, di antara kalian ada yang berpikir, seperti apa sih perbedaan hubungan yang sehat dengan yang sudah melenceng menjadi obsesi?
Dilansir oleh Psychology Today dan Good Therapy, sejumlah pertanda hubungan yang sehat antara kamu dan pasangan adalah sebagai berikut.
- Adanya trust yang terbangun dari kalian berdua, sehingga tak ada satupun yang merasa curiga.
- Mampu mengkomunikasikan kebutuhan lahir dan batin kepada pasangan dengan nyaman.
- Mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang fair dan tidak merugikan kedua belah pihak.
- Sabar menghadapi setiap perilaku pasangan, namun juga tidak mentoleransi pelanggaran yang dilakukan.
- Bisa berempati atau menempatkan diri di posisi pasangan.
- Memberikan apresiasi kepada pasangan, entah melalui hadiah, ucapan, atau tindakan.
- Adanya fleksibilitas dan keuletan dalam memutuskan perkara atau menghadapi tantangan sehari-hari.
- Memberi space atau ruang untuk bertumbuh di antara pasangan.
- Bersikap realistis, tidak memaksa, dan tidak terlalu mengidealisasikan hubungan.
- Saling menghargai dan menghormati pasangan, apa pun kondisinya.
Nah, dengan mengetahui fakta-fakta di atas, sudah bisa membedakan antara cinta sejati dengan obsesi, bukan?
Tentu saja, cinta sejati akan selalu memikirkan yang terbaik untuk pasangannya, bukannya malah mengekang dan mengancam pasangan. Ingat, pasangan kamu dan dirimu tetaplah dua insan yang berbeda. Jangan pernah buat dia merasa tidak nyaman karena kamu hanya ingin selalu memilikinya. Cobalah bayangkan seperti apa dirimu saat di posisinya? Bukankah menggenggam kebebasannya sama saja dengan menyakitinya?
Cinta sampai mati memang terdengar romantis, namun bukankah sama saja dengan mengglorifikasi penyiksaan emosional terhadap pasanganmu?
Baca juga: Saat Tidak Dihargai Pasangan, Haruskah Mengakhiri Hubungan?
Bagaimana Obsessive Love Disorder Bisa Ditangani?
Jawabannya tentu saja adalah psikoterapi. Jika gangguan obsesi cinta yang dimiliki individu sudah sangat parah, seperti yang sudah kita diskusikan di atas, bahkan membahayakan orang-orang di sekitarnya, ada baiknya menghubungi praktisi kesehatan mental terdekat. Jangan pernah takut, karena sekarang praktik psikologi dengan mudah bisa kamu akses di tanganmu!
Referensi:
- Biros, E. (2018). Healthy Self, Healthy Love: Characteristics of a Strong Relationship. Retrieved from Good Therapy: https://www.goodtherapy.org/blog/healthy-self-healthy-love-characteristics-of-strong-relationship-030220185
- Bonior, A. (2018). What Does a Healthy Relationship Look Like?. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/friendship-20/201812/what-does-healthy-relationship-look
- González-Rodríguez, A., Molina-Andreu, O., Navarro Odriozola, V., Gastó Ferrer, C., Penadés, R., & Catalán, R. (2014). Suicidal ideation and suicidal behaviour in delusional disorder: a clinical overview. Psychiatry journal, 2014, 834901. https://doi.org/10.1155/2014/834901
- Ingleson, K., & Legg, T. J. (ed.). (2017). What is erotomania?. Retrieved from Medical News Today: https://www.medicalnewstoday.com/articles/319145
- Sissons, B., Villines, Z., & Litner, J. (ed.). (2023). Obsessive love: What to know. Retrieved from Medical News Today: https://www.medicalnewstoday.com/articles/327098#obsessive-love-vs-real-love