⚠️ Pembahasan dalam postingan ini berkaitan dengan hal sensitif yang dapat
membangkitkan trauma atau emosi negatif dari pembacanya.
Cyber Sexism – Kekerasan terhadap perempuan tidak berhenti di dunia nyata saja. Ada banyak tindakan yang merendahkan harga diri serta mengancam keselamatan perempuan di balik layar atau di dunia cyber.
Salah satunya adalah kekerasan gender berbasis online atau cyber sexism. Istilah ini mengacu pada sikap seksis dan penyematan aspek seksual pada perempuan yang berada di dunia maya.
58% perempuan muda pernah mendapatkan pelecehan digital dan 50% juga mengungkapkan bahwa pelecehan digital jauh lebih sering dilakukan daripada pelecehan di jalanan.
Seberapa Nyata Cyber Sexism Itu?
Cyber sexism merupakan salah satu bentuk cyberviolence atau kekerasan di dunia maya yang berbasis gender, umumnya menargetkan wanita dewasa maupun perempuan muda,
Penelitian yang dilakukan oleh Richard & Couchot-Schiex (2020) menunjukkan bahwa definisi ini mencakup segala kekerasan yang bertempat di dunia siber, seksis, homofobik, berbau seksual, dan juga berusaha untuk merendahkan salah satu gender.
Menariknya, bukan hanya perempuan yang menjadi korban kekerasan ini, tetapi juga laki-laki muda. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang berusaha merendahkan sikap laki-laki yang dianggap tidak jantan, seperti mengenakan baju tertentu atau pun menunjukkan kelemahannya.
Kekerasan ini memiliki 2 karakteristik, yakni pervasif atau terus menerus terjadi karena adanya ekspektasi terhadap gender tertentu, serta muncul dari lingkungan terdekat yang terkoneksi di dunia maya.
Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksis Digital

Terjadinya cyber sexism salah satunya dikarenakan dunia digital sangat mudah untuk diinvasi apalagi dengan nama samaran. Pelaku bisa menjadi anonim alias tidak menggunakan identitas aslinya untuk melecehkan orang-orang tertentu.
Selain itu, adanya penyebaran informasi yang cepat bisa menjadi risiko tinggi penyebaran foto-foto yang diambil tanpa izin sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi sang korban.
Faktor ketiga adalah kesulitan untuk mengontrol dunia maya. Tidak adanya regulasi serta sulitnya pengawasan aktivitas digital menjadi salah satu penyebab munculnya kekerasan ini.
Ketiga faktor di atas sangat mendorong munculnya perasaan tidak aman dan perasaan terisolasi karena kondisi yang tidak dapat dikendalikannya.
Selain itu, akar dari kekerasan perempuan di dunia maya berlandaskan adanya ketidaksetaraan gender seperti diskriminasi dan juga adanya fokus penyerangan pada wanita yang lebih lemah, seperti minoritas.
Bentuk Kekerasan Gender di Dunia Maya
Kekerasan digital dapat berupa pelecehan siber atau cyber harrassment, revenge porn atau pengiriman konten pornografi sebagai balas dendam, ancaman pemerkosaan, kekerasan seksual, bahkan pembunuhan.
Pelaku umumnya merupakan pasangan atau mantan pasangan, teman kerja, teman sekolah, bahkan bisa menjadi anonim yang tidak dapat dikenali.
Bukan hanya rasa malu, namun perempuan bisa merasa terbatasi untuk berekspresi di dunia digital dan terbungkam karena adanya ancaman-ancaman tersebut. Kekerasan bisa menimbulkan trauma yang menetap hingga dewasa.
Bagaimana Perempuan Bisa Melindungi Diri di Internet?
Tidak ada seorang pun yang pantas dan berhak mendapatkan kekerasan seksual. Baik laki-laki maupun perempuan, semua wajib untuk saling melindungi satu sama lain dari tindakan yang tidak diinginkan.
Panduan ini ditulis bukan hanya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, namun justru memberdayakan wanita untuk berani menghadapi risiko-risiko tersebut dengan lebih aman.
Gunakan Beberapa Akun Sekaligus
Salah satu tips untuk lebih aman di internet adalah membedakan akun pribadi dengan akun publik. Meskipun kamu lebih sering mendengar dengan istilah second account karena informasi yang disampaikan akan berbeda, tetapi dari segi keamanan hal ini bisa menggandakan keselamatan kamu.
Foto-foto yang kamu unggah bisa dilihat oleh beberapa orang saja yang kamu pilih, sehingga menurunkan risiko untuk orang asing bisa stalk atau pun berusaha menyebarkan foto kamu.
Jangan Ragu untuk Block dan Melaporkan Pelaku
Jangan ragu untuk melaporkan para orang-orang yang membuatmu merasa tidak aman dan nyaman! Semakin mereka berkeliaran, mereka tidak akan berhenti.
Paling tidak, kamu membatasi mereka untuk menghubungimu bahkan dengan akun-akun yang mereka buat lagi nantinya.
Hindari Menampilkan Lokasi Tempat Saat Ini

Memang sangat sulit untuk melakukan ini, apalagi jika kamu ingin menampilkan lokasi tertentu di Instagram Story.
Menampilkan lokasi yang dapat diakses oleh orang banyak akan membuka kesempatan orang asing untuk menemukan kamu. Mereka bisa saja mengetuk stiker lokasi dan segera mendapat navigasi untuk menemuimu.
Sebagai saran, kamu bisa mengunggah update tersebut setelah kamu pulang dari lokasi dan berada di tempat yang aman.
Gunakan Verikasi 2 Lapis
Salah satu ancaman yang menakutkan lainnya adalah munculnya hacking akun yang kamu miliki. Risikonya adalah mereka bisa menyebarkan data pribadi kamu tanpa izin.
Dengan verifikasi 2 lapis, siapapun yang akan membuka akunmu harus mendapatkan kode khusus yang dikirim ke nomor ponsel atau email pribadi kamu.
Kamu bisa segera mengkonfirmasi apakah aktivitas tersebut mencurigakan atau tidak.
Jangan Masukkan Informasi Pribadi Sama Sekali
Kamu bisa mendapatkan teman baru melalui media sosial, apalagi jika berkaitan dengan profesi yang kamu jalani.
Namun ada baiknya kamu juga menjaga agar tidak memasukkan informasi pribadi yang dapat diakses umum, seperti nomor telefon atau pun e-mail pribadi.
Hal ini untuk mengurangi risiko adanya spam atau pun penyalahgunaan data tersebut untuk hal-hal yang tidak diinginkan seperti pendaftaran pinjaman online.
Nomor pribadi juga menjadi sasaran empuk pengancaman digital yang bersifat seksis.
Jika Kamu Merasa Tidak Aman, Jangan Ragu untuk Menghubungi Psikolog
Tidak ada orang yang merasa aman dengan adanya ancaman cyber sexism. Jika kamu atau orang yang kamu kenal pernah mengalami kondisi ini, tidak ada salahnya mengkomunikasikan dengan psikolog apalagi bila terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Psikolog akan membantu membangun kembali rasa aman dan juga harga diri yang mungkin terancam dengan adanya pelaku di luar sana. Psikolog juga akan membangun keberanian untuk melawan pelaku dan bisa membantu kamu untuk menemukan langkah terbaik bijak dalam menggunakan media sosial.
***
Sumber:
- https://www.vpnmentor.com/blog/the-empowering-internet-safety-guide-for-women/
- https://edri.org/our-work/womens-rights-online-tips-for-a-safer-digital-life/
- https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-03140145/document
- https://plan-international.org/publications/free-to-be-online/
- https://www.coe.int/en/web/cyberviolence/cyberviolence-against-women/-/asset_publisher/xjLD3s0VYmlA/content/council-of-europe-campaign-sexism-see-it-name-it-stop-it-?inheritRedirect=false