Dissociative identity disorder atau yang sebelumnya dikenal sebagai multiple personality disorder, adalah kondisi psikologis yang sangat kompleks. Dalam kondisi ini, pengidap setidaknya memiliki dua kepribadian berbeda, yang secara rutin dapat muncul pada orang tersebut baik secara sadar maupun tidak sadar. Ada banyak mitos yang beredar mengenai kepribadian ganda, tapi sebenarnya apa sih fakta kepribadian ganda yang akurat?
Di bawah ini adalah beberapa mitos dan fakta mengenai kepribadian ganda atau dissociative identity disorder. Yuk, intip apa aja mitos yang beredar di masyarakat beserta fakta yang sebenarnya!
1. DID itu tidak nyata
Mitos pertama mengatakan bahwa DID atau kepribadian ganda itu tidak nyata. Faktanya, DID secara resmi telah diakui sebagai gangguan mental sejak dimasukkan ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-III) pada tahun 1980.
Ada banyak perdebatan antara pakar kesehatan mental mengenai gangguan kejiwaan ini. Namun seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang DID semakin berkembang. Banyaknya penderita kepribadian ganda ini membuktikan kebenaran bahwa DID memang nyata adanya.
2. DID = Schizophrenia
Meskipun sering dipadankan memiliki kesamaan, tapi sebenarnya DID itu tidak sama dengan schizophrenia, Dear. Mitos ini dikarenakan banyak orang yang terfokus dengan gejala-gejala yang terlihat, tanpa memahami gangguannya secara keseluruhan.
Schizophrenia adalah gangguan psikotik dimana pengidapnya mengalami delusi, halusinasi, paranoia, pikiran, serta tingkah laku yang kacau. Gejala-gejala ini ditunjukkan secara ekstrim, namun tidak ada sangkut pautnya dengan kepribadian pengidapnya.
Sedangkan penderita dissociative identity disorder tidak mengalami halusinasi atau delusi yang berlebihan. Gangguan ini mengacu pada suatu kondisi, di mana ada banyak kepribadian berbeda yang dimiliki oleh satu raga, namun bisa muncul secara tiba-tiba secara sadar maupun tidak disadari oleh penderitanya.
3. Penyebabnya tidak diketahui
Banyak yang mengira bahwa penyebab seseorang mengidap kepribadian ganda ini belum memiliki sebab yang pasti. Namun bisa dikatakan bahwa DID dianggap berkembang secara umum pada mental penderitanya sebagai respon terhadap trauma yang dialami pada masa kanak-kanak.
Faktanya, gangguan kejiwaan ini menjadi cara untuk menghindar secara mental, ketika penderitanya tidak bisa menghindar secara fisik akan trauma yang pernah ia alami semasa kanak-kanak.
4. Penderita DID cenderung suka melakukan kekerasan dan kejahatan
Kamu mungkin pernah menonton film kepribadian ganda, dimana salah satu karakter kepribadiannya itu sering melakukan kekerasan atau kejahatan. Tapi, hal ini cuma mitos ya, Dear. Tidak ada kaitan antara tindakan kriminal yang pelakunya merupakan pengidap gangguan kejiwaan ini.
Bahkan sebenarnya, mereka lebih cenderung mendapatkan kekerasan, sehingga menyebabkan trauma, dan akhirnya bisa mengidap DID. Jadi, kecenderungan tindak kekerasan dan kejahatan yang dilakukan penderita DID ini tidak benar.
5. Kepribadian dari pengidap DID sangat jelas terlihat
Di acara TV atau film, kepribadian alternatif yang dimiliki pengidap kepribadian ganda cenderung dibesar-besarkan untuk efek dramatis. Tapi faktanya, gangguan DID ini tidak selalu jelas perubahannya.
Pada awalnya, pengidap DID mungkin hanya menyadari ada penyimpangan pada memori di otaknya. Sehingga ketika kepribadian alternatifnya cukup mirip dengan cara ia biasanya menampilkan diri, maka pergantian ini akan sulit diidentifikasi oleh pengamat biasa.
Jadi, pernyataan yang satu ini sudah jelas cuma mitos ya, Dear. Karena faktanya, perubahan kepribadian alternatif seseorang cukup sulit untuk dideteksi oleh orang awam.
6. DID adalah gangguan kepribadian
Sering dikaitkan dengan kepribadian ganda atau kepribadian yang “terpisah”, dissociative identity disorder sering disalahpahami sebagai gangguan kepribadian. Namun sebenarnya, kedua hal ini merupakan dua hal yang berbeda.
Gangguan kepribadian ditandai dengan pola perilaku dan kelakuan tetap yang terjadi dalam waktu konstan dari waktu ke waktu. Mereka memiliki respon emosional yang ekstrim, sehingga kesulitan untuk memiliki hubungan atau kontak dengan orang lain di lingkungan sosial. Hal ini bisa menghambat kemampuan seseorang untuk hidup normal dan stabil.
Sedangkan dissociative identity disorder sendiri adalah gangguan disosiatif. Alih-alih memiliki reaksi emosional yang ekstrim terhadap lingkungan sosial, pengidap DID justru kehilangan kontak dengan dirinya sendiri, seperti ingatan, identitas, emosi dan juga perilaku.
7. Kemungkinan untuk sembuh dari DID sangat rendah
DID pada umumnya tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi penelitian dari Sidran Institute mengatakan bahwa ketika seorang pengidap DID mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat, DID bisa membawa prognosis yang lebih menguntungkan daripada gangguan kejiwaan yang lainnya.
Dengan kata lain, jika pengidap DID mendapatkan pengobatan yang tepat dan dilakukan secara rutin, maka ia akan merasa jauh lebih baik daripada jika tidak melakukan pengobatan sama sekali.
Pengobatan yang diterima pasien merupakan psikoterapi tradisonal, terapi menggunakan seni atau musik, dan eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) atau desensitasi dan pemrosesan ulang gerakan mata.
Terkadang, orang-orang yang mengidap kondisi kesehatan mental yang buruk, enggan mencari bantuan karena takut mendapat stigma negatif yang beredar di masyarakat bahwa orang yang memiliki gangguan kejiwaan adalah orang-orang yang gila.
Padahal, mencoba untuk mengkomunikasikannya pada orang yang tepat, justru akan membuka celah bagi penderita untuk mendapat bantuan.
Kalau kamu merasa butuh tempat untuk mengkomunikasikan kesehatan mentalmu tanpa mendapatkan penghakiman, kamu bisa curhat dengan psikolog Riliv. Dengan mencurahkan isi hatimu pada orang yang tepat, kamu tidak perlu lagi takut mendapatkan stigma negatif akan masalah yang kamu hadapi.
Itu dia beberapa mitos dan fakta kepribadian ganda atau dissociative identity disorder yang sering beredar di masyarakat, Dear. Mengetahui fakta yang sebenarnya dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai gangguan kejiwaan ini, dan membantu menghilangkan stigma yang beredar.
Semoga bermanfaat ya, Dear!
Disadur dari:
- https://www.sane.org/information-stories/the-sane-blog/mythbusters/busting-the-myths-about-dissociative-identity-disorder
- https://theoakstreatment.com/blog/the-myths-and-facts-about-dissociative-identity-disorder/
Ditulis oleh Khanza Sabrina Salsabila, penulis magang yang demen Pamungkas