FOMO – Akhirnya, sebentar lagi kita memasuki tahun 2023, nih! Nggak terasa, ya, sekian lamanya kita menjalani aktivitas, kita membuat kenangan yang nggak terlupakan di tahun 2022.
Bicara soal tahun baru, rasanya nggak lengkap ya mengawali tahun 2023 tanpa adanya resolusi yang “wow!” Misalnya, harus mencapai A, B, C, dan seterusnya. Apalagi, kalau melihat teman-teman yang sudah sukses. Pengen banget nggak sih jadi kayak mereka? Ada yang sudah diangkat jadi dokter, kuliah di luar negeri, jadi manajer di perusahaan ternama… sedangkan kita, masih gini-gini aja.
Eits, hati-hati! terlalu sering mikir begitu, bisa jadi kamu mengalami FOMO, tuh! Hm, apa sih sebetulnya FOMO itu? Bagaimana cara mengatasinya?
Yuk, merapat, yuk! Kita bakal membahasnya bareng-bareng dalam artikel ini!
Kenapa FOMO Terjadi pada Kita?
FOMO adalah singkatan dari fear of missing out, yaitu sebuah istilah populer tentang perasaan tertinggal jauh dari orang-orang karena mereka punya pengalaman hidup yang lebih baik dibandingkan dirimu.
Lalu, kenapa ya FOMO bisa terjadi?
Oke, mari kita tilik secara biologis! Otak manusia memiliki bagian bernama amygdala yang berfungsi untuk mendeteksi stimulus yang mengancam. Kemampuan inilah yang berkembang seiring kita berevolusi, sehingga nenek moyang kita bisa survive dari hewan buas. Nah, apabila amygdala kita aktif sewaktu melihat sesuatu yang mengamcam, kita akan merasa takut, cemas, dan was-was. Namun dalam konteks FOMO, bukan hewan buas yang menimbulkan perasaan was-was pada kita, melainkan pencapaian orang lain.
Kenapa Prestasi Teman-Teman Bisa Bikin Kita FOMO?
Jawabannya jelas, adanya FOMO di zaman sekarang dipengaruhi media sosial. Sulit bagi kita buat menghentikan kebiasaan sharing lewat media sosial tentang pengalaman, prestasi, dan kegiatan sehari-hari. Memang, sih, adanya media sosial menguntungkan bagi kita untuk menambah relasi dan mendapatkan informasi dengan mudah. Namun di sisi lain, media sosial bisa menyebabkan problem kesehatan mental ketika penggunaannya malah bikin kita cemas dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
Apakah FOMO Termasuk dalam Gangguan Psikologis?
Jawabannya bukan. Sejauh ini, FOMO bukanlah gangguan psikologis yang terdaftar dalam DSM V menurut American Psychiatric Association. Namun, akibat yang ditimbulkan FOMO bisa mengarah pada gangguan psikologis, misalnya kecemasan tentang sesuatu yang mungkin kita lewatkan, sulit tidur, dan nggak bisa konsentrasi sama aktivitas sehari-hari.
Nah, untuk selengkapnya, yuk ketahui apa saja yang membuktikan kamu mengalami FOMO supaya tahu cara mengatasinya!
Tanda-tanda Kamu Mengalami FOMO
Dilansir dari website Patrick McGinnis, berikut ini tanda-tanda kamu mengalami FOMO yang mungkin jarang kamu sadari!
Punya Keinginan Serba Sibuk
Pernah nggak sih kamu merasa bahwa kamu gabut alias nggak melakukan apa-apa, sementara teman kamu di luar sana habis memposting foto makan di SCBD bareng karyawan kantornya? Inilah salah satu pertanda kamu mengalami FOMO. Kamu nggak akan merasa cukup bila hanya goleran di kasur. Pokoknya, kamu pengen dilihat sebagai orang yang sibuk. Padahal, goleran itu sebetulnya nggak masalah kalau konteksnya buat beristirahat. Apalagi, budaya hustle yang sekarang lagi populer menuntut kita buat bekerja lebih keras hampir 24 jam. Sisi buruk dari hustle culture adalah bisa menyebabkan kita burnout dan depresi karena bekerja tanpa henti. Maka dari itu, gunakan waktu luang kamu sebaik-baiknya buat istirahat, ya!
Kamu Nggak Bisa Lepas dari Gadget
Secara nggak sadar, FOMO bikin kita jadi kecanduan sama gadget. Rasanya, kamu nggak pengen ketinggalan informasi apa pun di dunia maya.
Nah, di sinilah letak ironinya! Meskipun kita cemas gara-gara melihat prestasi teman-teman kita, ada kalanya kita juga terobsesi buat mengikuti update-an terbaru kehidupan mereka, lalu membandingkannya dengan kehidupan kita. Persis kayak peribahasa “rumput tetangga terlihat lebih hijau.” Padahal, keseringan buka gadget sambil ngeliatin hidup orang malah bikin kamu nggak produktif, lho! Yuk, kurang-kurangin main gadget-nya! Sebagai gantinya, lakukan kegiatan yang lebih bermanfaat, misalnya latihan meditasi pakai aplikasi Riliv!
Kamu Merasa Nggak Berharga Sama Sekali
Gara-gara keseringan melihat postingan teman kita yang jalan-jalan ke Bali, melangsungkan pernikahan, atau berkumpul bareng keluarganya, pasti ada perasaan nggak berharga yang muncul dari dirimu. Kamu jadi bertanya-tanya, kapan ya kamu bisa kayak mereka?
FOMO juga bisa menyebabkan kamu jadi kurang bersyukur tentang apa yang kamu miliki. Padahal, bisa jadi yang kamu lihat itu bukanlah keadaan sebenarnya, lho! Kunci mengatasi perasaan tidak berharga ini adalah mempraktikkan gratitude atau rasa syukur setiap hari. Dengan mempraktikkan gratitude, kamu nggak akan merasa kekurangan dan lebih mindful dengan hal-hal yang ada di sekitarmu.
FOMO Tahun Baru Bisa Diatasi, Kok!
Berikut ini adalah tips dari Riliv untuk menjalani tahun baru dengan lebih mindful!
1. Renungkan Penyebab Kamu Mengalami FOMO
Jika kamu termasuk orang yang punya masalah dengan fear of missing out, kamu perlu menanyakan kepada dirimu sendiri. Apakah yang menyebabkan kamu mengalami ketakutan itu? Apakah itu disebabkan oleh rasa iri dengan teman-teman kamu, atau hanya keinginan kamu untuk upgrade diri sendiri? Kalau memang itu disebabkan rasa iri, mungkin sebaiknya kamu mulai belajar untuk nggak terlalu keras sama diri sendiri. Kita semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Membanding-bandingkan diri kamu dan orang lain itu sama saja dengan nggak sayang sama diri kamu sendiri.
2. Tetapkan Goals Buat Mengembangkan Diri
Jika kamu memang pengen sesukses teman-temanmu, kamu harus meng-upgrade diri sendiri. Yuk, mulai dengan menetapkan goals untuk pengembangan diri sendiri! Goals yang ingin kamu capai bisa bermacam-macam. Misalnya, pengen dapat penghasilan 10 juta per bulan, pengen jadi entrepreneur, atau pengen lulus kuliah. Namun, dalam menetapkan goals tetap harus ada kiat-kiatnya. Metode SMART bisa jadi cara yang tepat, nih!
Berikut ini adalah komponen yang menyusun SMART goal setting:
- Specific: goal yang kamu rumuskan tidak ambigu dan jelas.
- Measurable: ada ukuran kriteria yang jelas dalam mencapainya.
- Achievable: bisa dicapai dan tidak terlalu tinggi.
- Realistic: realistis dan relevan terhadap tujuan hidupmu.
- Timely: punya timeline dan target yang jelas.
Kenapa menetapkan goals itu berarti buat kita? Menurut Dr. Asha Prasad, menetapkan goals berguna sebagai suatu cara memberikan makna dalam hidupmu sekaligus memberi kamu gambaran mengenai apa saja yang sudah kamu capai selama hidupmu. Kamu juga jadi bisa mengevaluasi diri sendiri, tahu apa kelebihan dan kekurangan kamu. Yang pasti, goals yang kamu tetapkan itu adalah motivator kamu untuk meraih tujuan hidup.
Jika kamu mengalami kesulitan menjalani goals yang sudah kamu tetapkan, nggak usah khawatir. Kamu masih bisa mengevaluasi goals kamu dan menggantinya sesuai keadaanmu. Yuk, kita sama-sama latihan menetapkan goals demi masa depan yang cerah di tahun 2023!
3. Konseling dengan Profesional
Yang terakhir ini mungkin bisa jadi pilihan kamu jika masih merasa galau dan terjebak dengan FOMO. Menghubungi profesional di bidang kesehatan mental seperti psikolog adalah langkah positif yang bisa kamu terapkan. Apalagi, sekarang konseling psikolog udah gampang banget! Kamu bisa mengakses konseling online pakai aplikasi Riliv tanpa harus repot-repot ke rumah sakit atau ke biro konseling. Selain itu, aplikasi Riliv juga lengkap banget lho fitur self-care-nya! Mulai dari meditasi, journaling, hingga Mood Tracker yang praktis. Dijamin, kamu pasti dapat semua manfaatnya, deh!
Penutup
Nah, itu dia seputar mengenai FOMO dan apa yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya. Apa pun resolusi tahun baru kamu, jangan pernah membandingkannya dengan orang lain, ya! Semua orang bergerak mengikuti ritme kehidupannya masing-masing. Pelan-pelan saja, jangan memaksakan diri. Yang penting, kita sama-sama bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Untukmu yang sedang berjuang mewujudkan resolusi tahun baru, Campaign dan Riliv ingin mengucapkan selamat tahun baru 2023. Yuk, sama-sama jalani tahun baru dengan pikiran yang lebih mindful!
Referensi:
- Franchina, V., Vanden Abeele, M., van Rooij, A. J., Lo Coco, G., & De Marez, L. (2018). Fear of Missing Out as a Predictor of Problematic Social Media Use and Phubbing Behavior among Flemish Adolescents. International journal of environmental research and public health, 15(10), 2319. https://doi.org/10.3390/ijerph15102319
- Gupta, M., & Sharma, A. (2021). Fear of missing out: A brief overview of origin, theoretical underpinnings and relationship with mental health. World journal of clinical cases, 9(19), 4881–4889. https://doi.org/10.12998/wjcc.v9.i19.4881
- Li, Z., Dai, J., Wu, N., Jia, Y., Gao, J., & Fu, H. (2019). Effect of Long Working Hours on Depression and Mental Well-Being among Employees in Shanghai: The Role of Having Leisure Hobbies. International journal of environmental research and public health, 16(24), 4980. https://doi.org/10.3390/ijerph16244980
- Mobbs, D., Hagan, C. C., Dalgleish, T., Silston, B., & Prévost, C. (2015). The ecology of human fear: survival optimization and the nervous system. Frontiers in neuroscience, 9, 55. https://doi.org/10.3389/fnins.2015.00055