Egois, mungkin menjadi predikat yang antagonis. Disematkan kepada orang-orang yang selalu mementingkan diri sendiri dan nggak mau peduli pada orang lain. Yang penting aku bahagia, bodo amat yang lain menangis. Yang penting aku enak, bodo amat yang lain menderita.
Egois memang sifat negatif yang sepantasnya nggak dimiliki. Tapi terkadang, ada hal-hal yang sebenarnya nggak egois, tetapi ketika melakukannya, kamu merasa sangat egois.
Merasa jadi orang paling jahat sedunia, ngalah-ngalahin tokoh antagonis sinetron di TV. Ada perbedaan kok antara selfish dan self love. Nah, beberapa hal di bawah ini seringkali dianggap egois, padahal nggak sama sekali!
1. Menolak permintaan tolong seseorang bila kamu benar-benar tak bisa melakukannya bukanlah hal yang egois. Kamu kan bukan Tuhan yang bisa segalanya!
menolak membantu via www.healthandsafetyhelp.ca
Ketika ada seseorang yang datang padamu untuk minta bantuan, pasti kamu ingin membantunya. Karena bagaimanapun, ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa membantu orang lain.
Karenanya, ketika kamu menolak permintaan tolong seseorang, ada rasa sesal dan jahat dalam diri yang membuatmu tersiksa.
“Duh, jahat banget kalau aku nggak nolongin.”
Padahal, kalau kamu memang nggak bisa bantu, lantas mau apa? Nggak perlu menyakiti diri sendiri untuk orang lain. Dirimu juga patut disayangi. Nggak ada yang salah kok dari ketidakbisaan membantu orang lain. Toh, kamu bukan Tuhan yang bisa melakukan segalanya.
2. Enggan menjelaskan keputusan yang kamu lakukan, apalagi jika keputusan itu nggak ada hubungannya dengan orang lain
Terkadang, kita merasa perlu menjelaskan sikap kita kepada orang lain, termasuk tentang hal-hal yang sebenarnya urusan dan hak diri kita sendiri untuk bersikap seperti itu.
Misalnya, kenapa kamu mewarnai rambutmu dengan warna pink? Kenapa kamu memilih resign sebelum mendapat pekerjaan baru? Kenapa kamu memilih sendiri terus padahal sudah menjelang tiga puluh?
Hal-hal seperti itu sebenarnya tidak perlu dijelaskan, bukan? Lain hal jika keputusanmu itu menyangkut hidup orang banyak, tentu perlu pertanggungjawaban.
Jadi, ketika kamu memilih bodo amat dan malas menjelaskan tentang keputusan dan sikap yang kamu ambil, itu bukan egois. Itu hakmu, dan nggak semua orang harus memahami keputusanmu.
3. Pilih tiduran di rumah, daripada ikut acara yang nggak menarik hanya karena diajak teman. Hal ini nggak egois kok, tubuhmu juga butuh istirahat ‘kan?
pilih tiduran via pixabay.com
Temanmu mengajak jalan, tapi kamu sedang merasa kelelahan. Seminggu digempur berbagai deadline pekerjaan. Niatnya sih akhir pekan ini ingin rebahan saja di kamar. Tapi, ajakan itu membuatmu galau.
Kalau kamu menolak hanya karena capek dan ingin istirahat, teman-temanmu menganggapmu egois. Lalu dianggap sombong dan “ansos”. Duh, gimana ya?
Ini juga bukan sikap egois kok, karena kamu yang tahu kondisi tubuhmu sendiri. Bahkan, ketika kamu nggak kelelahan dan nggak ingin pergi hanya karena acara itu memang nggak menarik bagimu, itu juga bukan sikap egois.
Kamu punya preferensi. Kamu nggak harus mengiyakan semua ajakan yang datang.
4. Memilah dan memilih teman untuk bergaul dalam keseharian. Sekilas terlihat pilih kasih, tapi kamu memang harus menyeleksi teman
Ketika kecil dulu, orangtua dan guru selalu mengajarkan bahwa kita nggak boleh pilih-pilih teman. Kalau memilih teman berdasarkan kategori tertentu, memang kita nggak boleh pilih-pilih, toh kita nggak akan tahu apa yang terjadi ke depan.
Namun, di pertemanan orang dewasa, ada jenis-jenis teman yang memang toxic. Teman yang lebih memberikan dampak buruk ketimbang dampak baik. Karenanya, menyeleksi teman memang perlu.
Mana yang benar-benar temanmu, mana yang hanya datang di saat butuh. Mana yang benar-benar sahabatmu, dan mana yang hanya sok baik tapi menusuk di belakangmu.
5. Nggak ingin punya anak ketika menikah nanti. Tanggung jawab soal ini kamu yang sepenuhnya berhak menentukan
Photo by J carter from Pexels
Sekilas, poin ini terdengar sangat egois. Kok bisa sih nggak ingin punya anak? Memangnya nggak ingin melanjutkan keturunan? Memberi cucu pada orangtua? Nggak ingin menjadi orang tua dan dipanggil Papa dan Mama?
Perkara memiliki keturunan adalah sebuah tanggung jawab besar. Tentunya, setiap orang ingin memberikan kehidupan yang terbaik untuk anaknya.
Dan tentunya setiap orang ingin menjadi orang tua yang baik bagi anaknya kelak. Namun, bila memang kamu nggak siap dengan itu semua, itu adalah hakmu untuk menentukannya. Dan apakah kamu siap atau nggak siap, hanya kamu sendiri yang tahu.
Menjadi egois memang terasa seperti menjadi sosok yang antagonis. Namun, menyayangi diri sendiri juga sebuah keharusan.
Jangan sampai hanya karena takut dianggap egois, lantas kamu melupakan bahwa dirimu sendiri juga berharga dan berhak bersuara. Karena menyayangi diri sendiri nggak berarti egois kok!
Artikel ini ditulis oleh Hipwee.