Hoarding disorder – Salah satu gangguan mental dengan ciri-ciri menimbun barang ini ternyata sering dianggap sekedar kebiasaan mengoleksi, lho! Padahal kedua hal ini sangat berbeda. Tapi, apa sih pembeda, penyebab, dan cara mengatasinya? Yuk, cari tahu lebih lanjut!
Kebiasaan Menimbun Barang Beda dengan Mengoleksi
Menurut Medical News Today, gangguan ini adalah suatu kondisi yang bikin seseorang susah membuang barang, terlepas dari nilainya. By the way, mungkin sekilas istilah ini mirip dengan kolektor tapi sebenarnya berbeda, lho! Kolektor hanya akan memilih jenis barang tertentu yang dirasa punya nilai buat dikoleksi. Biasanya mereka juga menyusun barang koleksinya. Misalnya koleksi make up maka akan disusun dalam sebuah container. Jadi barang yang terkumpul tetap rapi dan nggak menumpuk atau berserakan sampai mengganggu aktivitas di ruangan tersebut.
Sedangkan hoarder disorder, cenderung mengumpulkan semua barang bahkan yang nggak punya fungsi atau nilai. Terus, barang-barang ini ditimbun karena merasa sulit atau stress buat memilih mana yang mau disimpan dan dibuang. Barang-barang tersebut bisa berbagai macam, contohnya majalah lama, bungkus makanan, pakaian, pernak-pernik kecil, dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu barang-barang ini akan semakin banyak dan tumpukannya bisa mengganggu kegiatan sehari-hari. Misalnya kamu menimbun barang di kamar tidur sampai kasurmu tertutup dan nggak bisa dipakai tidur lagi.
Apa Penyebabnya?
Menurut National Health Service, penyebab pastinya masih belum diketahui. Tapi bisa jadi gangguan ini adalah gejala dari kondisi lain. Misalnya demensia, dimana seseorang susah buat mengkategorikan dan membuang barang. Contoh lain, misal kamu punya masalah mobilitas fisik jadi orang tersebut kesulitan buat membereskan barang-barang yang berantakan dalam jumlah banyak.
Nantinya hal ini cenderung bisa memicu masalah lain seperti disorganisasi, keragu-raguan, penundaan dan keteralihan fokus. Selain itu, ada juga masalah kesehatan mental yang juga berkaitan dengan hoarding disorder seperti depresi berat, skizofrenia, dan obsessive compulsive disorder (OCD). Pada beberapa kasus, juga dikaitkan sama sikap pengabaian. Gangguan ini rawan terjadi pada beberapa orang yang biasanya:
- Hidup sendiri
- Belum menikah
- Trauma pada masa anak-anak
- Punya keluarga dengan riwayat hoarding disorder
- Dibesarkan dalam lingkungan yang nggak membiasakan buat menyortir barang
Seorang horder biasanya sulit bahkan nggak merasa kalau dirinya menimbun barang. Tapi, menurut Medical News Today disebutkan ada beberapa tandanya. Cek satu per satu, yuk! Siapa tahu selama ini ada tanda-tandanya yang terjadi di kamu juga, lho!.
- Tekanan emosional, misalnya kewalahan atau malu dengan harta benda atau situasi kehidupan mereka.
- Merasa takut dan curiga kalau seseorang akan menyentuh barang yang ditimbun.
- Tindakan obsesif, misalnya ketakutan akan membutuhkan barang di masa depan.
- Merasa bertanggung jawab atas objek dan kadang menganggap benda mati punya perasaan.
Meskipun begitu, diagnosis cuma bisa diberikan oleh ahli seperti psikolog dan psikiater. Jadi jangan sampai self diagnose, ya!
Dampak Serius
Bukan cuma timbunan barang yang memenuhi ruangan, dampak dari gangguan ini juga cukup banyak. Misalnya aja negatif emosional, sosial, fisik, keuangan, dan bahkan hukum. Medical News Today menyebut masih ada beberapa efek samping lain dari gangguan ini. Contohnya:
- Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kualitas kebersihan yang buruk.
- Pola makan atau nutrisi yang buruk.
- Tinggal di lingkungan yang tidak aman karena tumpukan barang. Seperti rumah akan rawan kebakaran, mudah tersandung, atau tumpukan besar barang yang bisa runtuh.
- Kesulitan punya hubungan baik sama keluarga, pasangan atau teman.
- Merasa kesepian.
Kalau gangguan ini terus dibiarkan, dampaknya akan semakin luas. Bahkan berpotensi mengganggu kesehatan mental. Mulai dari gangguan depresi, kecemasan, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), bahkan hingga konsumsi alkohol.
Supaya semua dampak ini nggak terjadi, bisa dilakukan beberapa cara buat mengatasinya. Yuk lanjut scroll artikelnya!
Cara Mengatasinya
Seperti yang disebut sebelumnya, menurut National Health Service, orang dengan gangguan ini biasanya nggak sadar kalau dirinya suka menimbun barang. Bahkan mereka juga nggak sadar kalau ada dampaknya sama kehidupan mereka atau orang lain. Dan seperti yang kita tahu, kalau kesadaran terhadap masalah itu jadi kunci buat mengatasinya. Tapi tenang aja, bukan berarti gangguan ini nggak bisa diatasi. Healthline menjelaskan ada beberapa cara yang bisa dilakukan buat mengatasi hoarding disorder. Langsung aja kita simak satu per satu yuk!
- Periksa sama Ahlinya!
Setelah kamu menyadari kalau dirimu atau orang terdekatmu punya gejala hoarding disorder, langkah awal yang bisa dilakukan yaitu memeriksanya ke profesional seperti psikolog atau psikiater. Supaya mendapat diagnosis secara resmi dari ahli dan nggak self diagnose. Selain itu evaluasi medis menyeluruh juga bisa bantu mendiagnosis kondisi kesehatan mental lain yang mendasarinya. Sekarang udah ada banyak pilihan layanan konsultasi bahkan bisa dilakukan secara online, misalnya di Riliv. Jadi kamu bisa konsultasi kapan dan di mana aja sama psikolog yang udah kamu pilih. - Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Terapi ini bisa dilakukan individu atau kelompok dan perlu diarahkan profesional secara medis. Terapi ini fokus pada penyebab dibalik perilaku hoarder. Mulai dari penyebab seseorang mungkin kesulitan membuang barang dan ingin membawa lebih banyak barang ke suatu tempat. Tujuannya, supaya penyandang gangguan ini bisa mengubah perilaku dan proses berpikir tentang kegiatan menimbun barang. - Group Support
Saat kamu sadar lagi mengalami gangguan ini dan udah dapat diagnosis secara resmi, mungkin kamu akan merasa sedih atau bingung, terus butuh cerita sama seseorang. Nah, grup ini bisa bersikap ramah dan nggak nge-judge sama apa yang lagi kamu alami. - Dukungan Orang Terdekat
Cara satu ini mungkin lebih tepat buat kamu yang punya orang terdekat sedang mengalami gangguan ini. Mereka sangat butuh bantuan dan dukungan dari orang sekitarnya. Tapi bukan berarti ikut bantu merapikan ruangan yang berantakan atau membuang barang yang ditimbun. Hal itu nggak bisa menyelesaikan akar masalah. Beberapa hal ini bisa kamu coba buat membantu, yaitu:
– Beri dorongan buat mencari bantuan profesional.
– Mendukung tanpa mengkritik.
– Diskusikan cara-cara buat bikin ruangan mereka jadi lebih aman.
– Menyarankan cara perawatan yang bisa berdampak positif sama kehidupan mereka.