Job Insecurity – Pernahkah Anda mendengar istilah job insecurity? Setiap orang pasti tidak ingin apa yang sudah mereka miliki hilang begitu saja dari hadapan mereka. Maka, tidak jarang kita menemukan kasus karyawan yang bekerja sekuat tenaga untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan jabatannya.
Dengan alasan-alasan tertentu, seperti “usaha yang takut terbuang sia-sia” dan alasan-alasan terkait finansial lainnya, tentu sangat wajar bila kita tidak ingin kehilangan sesuatu yang kita banggakan dan butuhkan.
Namun, apakah menjadi sangat cemas dan insecure dapat dipandang sebagai kecenderungan yang sehat dalam psikologi karir? Jangan-jangan yang karyawan Anda rasakan saat ini adalah job insecurity. Simak detailnya bersama Riliv di sini!
Job insecurity: bagaimana asal mulanya?
Job insecurity merupakan istilah yang pertama kali dikenal pada tahun 80-an, yang dipandang sebagai “ketidakberdayaan yang disadari oleh pelakunya, yang sering digunakan untuk mempertahankan rasa keberlanjutan dalam pekerjaan yang ia punya, dengan posisi yang terancam (Greenhalgh and Rosenblatt, 1984, 438).”
Dipercaya, orang-orang dengan job insecurity berusaha mempertahankan pekerjaannya dengan menempatkan rasa ‘takut kehilangan’ di dalam dirinya, supaya mereka selalu ‘awas’ akan situasi apapun yang memungkinkan mereka untuk kehilangan pekerjaan mereka.
Kondisi ini disebut sebagai kondisi kognitif dari penganut job insecurity.
Sementara secara afektif, seseorang dengan job insecurity akan merasa bahwa ia bisa kehilangan pekerjaan kapanpun dan dalam kondisi apapun. Kemungkinan itu akan selalu ada dalam karir mereka.
Jadi, pola pikir ini bisa ditanamkan oleh seseorang ke dalam pikiran maupun perasaan mereka sendiri.
Pada tahun 2008, penelitian mengenai job insecurity mengalami kenaikan drastis, mengikuti terjadinya krisis ekonomi besar-besaran yang terjadi.
Diketahui pula bahwa meningkatnya jumlah pengangguran, dapat meningkatkan rasa job insecurity pada golongan masyarakat yang sedang dan masih memiliki pekerjaan.
Alih-alih merasa aman akan apa yang mereka masih punya, golongan masyarakat ini semakin takut kehilangan posisi mereka dan ‘bergabung’ dalam golongan pengangguran jika mereka tidak bekerja lebih keras lagi.
Apa saja tanda job security?
Setelah mengetahui makna dan pola dari job insecurity, masih ada satu pola pikir yang bisa karyawan tanamkan dalam hal ‘mempertahankan pekerjaan’.
Dalam menghadapi rasa takut dan mempertahankan posisi nyaman yang telah dimiliki, tentu butuh cara dan upaya yang harus dilakukan dibanding hanya menanamkan rasa takut berlarut-larut dalam pikiran. Inilah yang menyebabkan spekulasi dalam mindset karyawan dengan job insecurity.
Job insecurity memiliki dampak yang besar dan membahayakan bagi kesehatan mental karyawan dalam karirnya. Ada perasaan khawatir terkait ketidakamanan pekerjaan mereka. Karyawan merasa tidak bergitu percaya diri dengan pekerjaannya. Mereka merasa belum “settle”.
Ada harga yang harus dibayar dari menanamkan kecemasan secara terus-menerus dalam diri sendiri, hanya demi menciptakan ilusi ‘awas’ dan ‘protektif’ dengan karir yang saat ini sedang dimiliki.
Diketahui bahwa dampak job insecurity sangat besar kepada rasa percaya diri seseorang. Selain merusak gambar diri akan karir dan ekonomi, job insecurity juga kerap membuat penganutnya merasa tidak puas dan minder dengan apa yang saat ini ia miliki.
Hal ini bisa memicu karyawan untuk menarik diri dari lingkungan sosial dan menekan diri sendiri lebih dalam, hingga memancing kecenderungan depresi. Jika demikian, sudah menajdi tugas HRD untuk memfasilitasi konseling karyawan dengan profesional
Job insecurity yang dibiarkan berlarut-larut bisa berdampak secara somatis kepada fisik penderitanya, seperti menimbulkan gejala penyakit jantung dan tekanan darah.
Secara psikologis pun bisa memancing gangguan-gangguan yang tidak asing lagi, seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Alih-alih membuat seseorang menjadi lebih kuat mempertahankan pekerjaannya, gangguan fisik dan mental ini bisa menghambat produktivitas Anda dalam karir.
Di sinilah peran job security dibutuhkan. Di mana karyawan mengubah pola pikir dari rasa takut menjadi rasa aman dan penghargaan diri akan apa yang masih ia miliki.
Dengan cara yang berbeda-beda, karyawan bisa mengeluarkan coping strategy yang sesuai dengan pola pikir mereka, dalam mengubah job insecurity menjadi job security.
Berdasarkan penelitian dari Richter et al. (2013) and Probst and Jiang (2016), coping strategy terbaik adalah dengan fokus pada emosi diri sendiri (emotion-focused strategy) dibanding fokus dengan inti masalah yang ada (problem-focused strategy).
Karena job insecurity hadir dari perasaan yang ditanamkan oleh karyawan terhadap dirinya sendiri, maka cara terbaik untuk merekonstruksi pikiran yang destruktif adalah dengan berfokus kepada emosi pribadi; dengan mencari tahu stresor (pemicu stres) dan keinginan sebenarnya dari diri sendiri.
Meskipun terkadang job insecurity bisa muncul dari stresor eksternal (seperti kasus krisis ekonomi 2008 dan meningkatnya pengangguran), namun stresor eksternal tersebut juga memiliki coping strategy tersendiri.
Diketahui bahwa fenomena ini dipicu oleh stresor eksternal dapat diatasi dengan dukungan dan validasi sosial dari orang-orang di sekitar.
Seringkali, karyawan melakukan self-evaluation dan mengumpulkan pendapat serta penilaian akan hasil kinerjanya dari orang-orang di sekitarnya, untuk memastikan dan memvalidasikan posisi mereka yang aman, berdasarkan kinerja yang memuaskan.
Akan sangat baik bila perusahaan dapat menyediakan konsultasi karyawan dari psikolog yang ahli pada bidangnya, supaya menjadi media bagi karyawan untuk mengevaluasi diri dan menyalurkan beban dalam pikiran.
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Disadur dari:
- http://psychology.iresearchnet.com/industrial-organizational-psychology/job-satisfaction/job-security-and-insecurity/#:~:text=The%20term%20job%20insecurity%20can,anticipation%2C%20risk%2C%20and%20powerlessness.
- https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2019.00286/full
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca Juga:
Tips Bekerja Sebagai HR: Apa Saja Skill dan Syaratnya?