Kesehatan Mental Agama – Hubungan antara kesejahteraan psikologis dan agama seringkali dipertanyakan. Kamu pasti tidak asing dengan kata-kata “Makanya banyak berdoa agar kamu sembuh” atau pun “Tidak ada hubungannya psikologis dan agama”.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu sepakat dengan salah satu pendapat di atas?
Rupanya, kesehatan mental dan agama masih berkaitan. Penasaran?
Agama atau Spiritualitas?
Baik agama maupun spiritualitas berakar pada bagaimana kamu bisa memahami kehidupan dan hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Namun agama dan spiritual cukup berbeda dalam praktiknya. Agama cenderung merujuk pada sistem keyakinan berbasis komunitas yang meliputi ritual dan juga simbol tertentu, sedangkan spiritualitas lebih mengarah pada individual yang diyakini secara personal.
Artikel ini akan membahas lebih ke arah spiritual secara umum sehingga tidak akan berfokus pada salah satu agama tertentu.
Benarkah Orang yang Religius Lebih Sehat Mental?
Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ini cenderung tidak konsisten.
Apalagi jika religiusitas dinilai dari keaktifan seseorang dengan praktik-praktik agama. Ini dikarenakan belum dapat dibedakan apakah psikologis seseorang menurun sehingga tidak dapat aktif dalam kegiatan keagamaan atau sebaliknya.
Namun data menunjukkan 79 dari 100 penelitian yang menggali hubungan praktik religiusitas dan indikator kesehatan mental menunjukkan hubungan yang positif.
Hasil analisis dari Moreira-Almeida, Neto, dan Koenig di tahun 2006 juga konsisten menunjukkan hasil penelitian serupa yang juga dilakukan dari beberapa negara yang berbeda.
Agama dan spiritualitas dianggap sebagai ‘faktor protektif’ untuk bisa bertahan dari situasi yang menyebabkan stres, sehingga seseorang bisa tetap berharap dan juga mendapatkan dukungan sosial untuk kesehatan mental lebih baik.
Tapi jika itu belum cukup membantu dan kamu merasa tidak nyaman atau pun tidak baik-baik saja, kamu bisa menghubungi psikolog untuk menggali faktor protektif yang bisa kamu gunakan untuk pulih dari situasi ini!
Bagaimana Hubungan Kesehatan Mental dan Agama?
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa agama dan spiritualitas bisa menjadi faktor pendukung kebangkitan seseorang dalam menghadapi stres.
Namun hal ini rupanya bukan sekadar konsep “Banyak berdoa, banyak sembuhnya”, ya!.
Beberapa aspek psikologis yang didukung oleh agama dan spiritualitas adalah:
- Pencarian makna dan tujuan hidup
- Keyakinan akan kemampuan diri sendiri
- Dukungan sosial
- Pernikahan atau kepuasan pernikahan yang lebih tinggi
Penelitian lainnya oleh Koenig, George, dan Peterson di tahun 1998 juga menunjukkan bahwa keyakinan spiritualitas dan religiusitas yang bersifat personal akan membantu seseorang untuk sembuh lebih cepat saat diopname di rumah sakit. Fungsi sehari-hari pun juga bisa pulih lebih cepat dengan adanya faktor ini.
Mempengaruhi Gaya Hidup
Beberapa masalah kesehatan mental berkaitan dengan perilaku dan juga gaya hidup, seperti minum alkohol berlebihan dan merokok.
Beberapa praktik keagamaan melarang perilaku tersebut karena dasar religiusitas maupun kesehatan, sehingga bisa mencegah terjadinya gangguan yang tidak diinginkan.
Namun di sisi lain, pada beberapa praktik keagamaan khususnya minoritas juga bisa menjadi faktor risiko atau penghambat kesehatan mental juga, loh!
Seperti kekerasan terhadap pelanggar aturan agama, pengucilan, hingga mungkin perdebatan terkait ilmu tertentu di dalam religiusitas.
Dukungan Sosial
Berada dalam sebuah komunitas religiusitas bisa sangat membantu kesembuhan ataupun langkah prevensi gangguan mental!
Hal ini dikarenakan adanya program promosi kesehatan mental, adanya bimbingan konsultasi, hingga dukungan dalam melewati masa-masa sulit.
Tentunya hal ini dengan syarat bila komunitas tersebut juga memandang kesehatan mental sebagai hal yang penting, ya!
Praktik Religiusitas dan Spiritualitas
Praktik di sini bukan hanya mengacu pada ritus keagamaan, ya. Tetapi juga nilai-nilai yang dianut secara spiritual dan religius.
Beberapa nilai yang secara universal ada dalam semua praktik religi dan spiritualitas adalah perilaku memaafkan, memberkati dan mendoakan kebaikan, menyadari diri sendiri secara penuh, hingga bersyukur.
Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan adalah melakukan teknik mindfulness bersama. Kegiatan seperti meditasi tidak hanya dilakukan oleh agama tertentu tapi juga bisa dilakukan dengan komunitas apapun.
Spiritualitas dan religiusitas memberikan dampak kepada kesehatan mental melalui beberapa aspek, baik sebagai faktor protektif maupun risiko.
Jadi ketika ada teman yang mengalami masalah kesehatan mental, jangan fokus pada tingkat religiusitas maupun spiritualitas, tapi pastikan kamu bisa mendukung faktor protektif mereka, ya!
***
Sumber:
- https://www.researchgate.net/publication/339548467_Does_Spirituality_or_Religion_Positively_Affect_Mental_Health_Meta-analysis_of_Longitudinal_Studies
- https://www.researchgate.net/publication/6864541_Religiousness_and_Mental_Health_A_Review