Komunikasi dengan Rekan Kerja – Selama WFH, komunikasi dengan rekan kerja menjadi berbeda karena semuanya menjadi melalui daring. Tidak banyak orang yang menikmati komunikasi melalui media sosial, bahkan jauh sebelum praktek WFH mulai dilaksanakan. Ini menjadi tambahan PR untuk para pekerja di masa pandemi. Situasi ini juga menambah daftar tugas HRD dan manajer tim.
Keterbatasan media sosial dalam memproyeksikan emosi yang kita rasakan pada lawan bicara, miskomunikasi yang bisa terjadi karena salah kaprah, typo, dan timing yang salah seringkali menjadi pertimbangan besar yang digunakan seseorang untuk membatasi dirinya dalam pemanfaatan media sosial untuk berkomunikasi dengan rekan kerja, terutama kepada atasan.
Namun, pandemi COVID-19 membuat banyak orang terpaksa berkomunikasi secara daring. Lantas, bagaimana caranya meminimalisir resiko miskomunikasi yang selama ini Anda khawatirkan? Simak tips komunikasi dengan rekan kerja bersama Riliv di sini!
Alasan mengapa komunikasi tatap muka lebih disukai

Komunikasi melalui media sosial memiliki banyak keterbatasan. Salah satu keterbatasan yang paling banyak disadari adalah tidak tertebaknya nada bicara seseorang. Hal ini sering menyebabkan konflik karena prasangka bahwa lawan bicara merasa marah, kesal, otoriter, menuntut, dan menuduh.
Prasangka seperti itu tentu bisa menjadi beban yang cukup berat, terutama di dunia kerja. Konflik personal dengan rekan kerja bisa menjadi hambatan yang cukup besar dari progress kerja Anda dan karyawan, dan bisa mempengaruhi konsentrasi serta kesehatan mental karyawan Anda.
Tidak semua orang ingin mengambil risiko dari chance tersebut, terutama ketika membahas permasalahan yang sensitif, proyek yang penting, atau memberikan teguran serta evaluasi.
Seringkali, banyak orang memilih untuk mengatur janji tatap muka dengan rekan kerja atau bawahan, demi menghindari risiko-risiko yang bisa menyebabkan clash tersebut.
Namun, hal tersebut mulai sulit dilakukan selama WFH. Tidak semua orang available untuk bertemu tatap muka, ada banyak proyek serta pekerjaan urgent yang harus dilakukan dalam waktu cepat, dan tidak semua karyawan tinggal di lingkungan dengan zona kuning dan hijau (sesuai skala peta penyebaran COVID-19).
Kekhawatiran penyebaran COVID-19 di ruang publik sangatlah besar. Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang tidak terlalu mempercayai konsep new normal, dan beberapa perusahaan masih menerapkan WFHÂ full-time tanpa kewajiban pergi ke kantor untuk karyawannya.
Hal ini tentu seperti ‘menyudutkan’ seseorang yang tidak menyukai komunikasi via media sosial. Sebab, di satu sisi, ada pertimbangan profesional dan keadaan darurat pandemi yang harus Anda dahulukan dibanding prinsip Anda sendiri.
Risiko vs benefit media sosial terhadap karyawan
Terlepas dari problematika komunikasi langsung vs tatap muka antar karyawan, penelitian mengenai penggunaan media sosial terhadap karyawan pun telah membawa peneliti kepada hasil-hasil yang beragam.
Salah satu contohnya adalah survey aktivitas media sosial dari karyawan secara global (menggunakan survey terbuka), di Inggris, dan di Amerika Serikat.
Ditemukan jumlah yang sangat tinggi dari karyawan yang menggunakan media sosial di tengah jam kerja. Pada survey oleh GFI White Paper, ditemukan bahwa hal ini ternyata berdampak sangat besar terhadap produktivitas partisipan survey tersebut.
Terbukti bahwa, dengan hanya 30 menit ‘mengintip’ media sosial, dapat menurunkan angka produktivitas kurang lebih 50 karyawan dalam suatu perusahaan hingga 6500 jam.
Studi dari University of Pittsburg pun menemukan bahwa ketergantungan terhadap media sosial pun terbukti berasosiasi kuat dengan kecenderungan depresi pada usia dewasa 19-35 tahun.
Namun, hal-hal tersebut tentu bisa terjadi dengan penggunaan yang tidak bijaksana dan paparan yang tidak kenal waktu.
Jika berbicara soal pembatasan media sosial untuk kepentingan yang besar, serta kebutuhan yang positif, tentu penemuan manusia di era modern ini dapat membawa banyak keuntungan, terutama pada bisnis di era pandemi COVID-19.
Penggunaan platform LinkedIn dan Facebook dalam mencari lowongan kerja merupakan salah satu bukti nyata dari pemanfaatan media sosial secara positif di era modern ini.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh The Jobvite Recruiter Nation Survey, 87% partisipannya menemukan lowongan pekerjaan dari profesi mereka saat ini, melalui jasa LinkedIn.
Tentu kita pun tidak bisa membayangkan pandemi COVID-19 tanpa media sosial, dan dampak besar yang mengintip dan membahayakan bisnis serta profesi Anda.
Maka, hal yang terbaik dalam menghadapi perubahan dan tuntutan yang besar untuk melakukan komunikasi daring selama WFH, adalah membatasi penggunaan media sosial Anda, dan beberapa tips lainnya.
Ini cara terbaik untuk meminimalisir miskomunikasi dan prasangka dalam komunikasi dengan rekan kerja di media sosial selama WFH!
Komunikasi yang buruk dapat menghambat eksekusi Anda selama bekerja. Anda tentu tidak ingin terjadi hambatan-hambatan personal berupa ketersinggungan, konflik, debat, dan amarah di tengah kesibukan kerja yang berat.
Sama seperti sulitnya menyampaikan tujuan dan maksud Anda dan karyawan selama komunikasi jarak jauh, konflik yang terlanjur hadir pun akan sulit teratasi.
Maka, kunci terbaik untuk menghindari clash selama berkomunikasi jarak jauh dengan rekan kerja dan bawahan Anda adalah dengan memperkaya skill komunikasi Anda selama WFH.
Skill ini pun akan terus hidup dan berkembang, dan akan berpengaruh juga terhadap skill komunikasi Anda secara tatap muka.
1. Pahami cara komunikasinya
Pertama, Anda bisa mulai dengan memahami cara Anda berkomunikasi karyawan Anda. Kenali diri Anda sendiri dengan cara mendengarkan diri sendiri. Ketika Anda berbicara dengan orang lain, cobalah mendengar nada bicara dan pemilihan kata yang Anda gunakan. Setelah itu, cobalah untuk memahami cara komunikasi karyawan dan tim.
Anda bisa mencatat hasil pengamatan dan mencari solusi dari pemilihan kata dan intonasi yang Anda gunakan, dan bertukar pikiran dengan orang yang cukup Anda kenal dan percaya. Akan lebih baik jika orang tersebut berada di lingkungan kerja yang sama dengan Anda.
2. Kuncinya: saling menghargai
Kemudian, lanjutkan dengan menghargai preferensi dari media komunikasi rekan kerja Anda. Chatting platform yang semakin banyak tentu memiliki banyak kelebihan dan kekurangan, serta perbedaan fitur.
Belakangan ini pun banyak isu yang beredar mengenai bocornya privasi, data pribadi, serta informasi kartu kredit dan webcam dari beberapa platform penyedia komunikasi jarak jauh.
Tentu sangat penting untuk menghargai preferensi rekan kerja atau bawahan Anda, sebab setiap orang memiliki data pribadi masing-masing yang ingin mereka lindungi.
Anda bisa bersikap lebih resilient dan mencoba mencari info yang sama mengenai platform tersebut; apakah info tersebut hoax atau fakta?
Jika Anda in-charge dalam sebuah tim atau divisi, Anda pun bisa berdiskusi dengan tim Anda mengenai media komunikasi yang bisa ditoleransi dan aktif digunakan oleh seluruh rekan atau bawahan Anda.
Dengan ketegasan menekankan komitmen untuk aktif menggunakan platform tersebut selama WFH, Anda pun bisa menanamkan komunikasi yang lebih berkualitas di lingkungan kerja Anda.
3. Perhatikan momennya
Anda pun perlu menghargai momen lawan bicara. Pekerjaan memang prioritas nomor satu bagi Anda, dan Anda pun mengharapkan sikap profesional dari rekan ataupun bawahan.
Namun, dengan bersikap mindful dan menghargai musibah, beban, dan rasa tidak nyaman yang sedang dialami oleh lawan bicara Anda saat ini, Anda bisa terhindar dari konflik.
Pemilihan momen yang tepat pun bisa menghindarkan Anda dari kesalahpahaman dari lawan bicara yang sedang sensitif atau stres, sehingga tidak secara hati-hati membaca pesan Anda.
4. Sampaikan dengan jelas dan runtut
Tetap sampaikan pesan secara konstruktif dan tidak menjatuhkan. Tidak ada orang yang ingin merasa dijatuhkan, apalagi bila dilakukan di depan umum, seperti dalam conference call atau grup chat.
5. Lakukan evaluasi
Berbekal evaluasi Anda terhadap gaya bicara dan pemilihan kata yang telah Anda lakukan di awal, Anda bisa belajar menjadi komunikator yang lebih konstruktif dalam menyampaikan kritik maupun saran; dengan selalu memberikan peluang kepada lawan bicara Anda untuk memaafkan diri sendiri, belajar dari kesalahan, dan memperbaiki kesalahan mereka.
Di tengah pandemi ini, apa lagi pemanfaatan teknologi yang dapat digunakan untuk kesejahteraan karyawan?
Dengan banyaknya chatting platform dan media conference call yang semakin menjamur dan mengembangkan fitur mereka, mungkin Anda bertanya-tanya “apakah ada aplikasi yang bisa membantu saya untuk menjaga kesejahteraan sebagai karyawan di tengah pandemi?”
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Sumber:
- https://www.samepage.io/blog/7-ways-communicate-better-your-coworkers
- https://socialnetworking.procon.org/
Ditulis oleh: Rachel Emmanuella
Baca juga:
Bertengkar dengan Rekan Kerja? Lakukan 6 Hal Ini dengan Segera!