Di antara Teman-teman, coba acungkan jari, siapa hayo yang merasa sangat mudah memaafkan orang lain yang sudah menyakiti kalian? Jika ada, kalian keren banget! Soalnya, memaafkan itu sulit banget! Butuh proses yang lama untuk kita benar-benar mengampuni kesalahan orang-orang yang melukai kita. Apalagi, kalau perilaku mereka menimbulkan trauma sampai sekarang.
Memangnya, gimana sih caranya biar kita bisa mudah buat forgiving others? Yuk, simak artikel ini sampai habis!
Keutamaan Memberi Maaf
Menurut Rubin Khoddam, Ph.D., ada keutamaan yang harus kita ketahui tentang bahasa kita kali ini. Memaafkan kesalahan adalah bagian dari proses menerima kenyataan bahwa perilaku seseorang berdampak terhadap well-being kita. Dengan demikian, kita akan lebih mudah move on dari masa lalu dan menyongsong masa depan yang lebih baik.
Selain itu, dalam pandangan psikologi positif, menjadi pribadi yang pemaaf adalah tanda bahwa kamu sudah mampu berpikiran dewasa. Kamu nggak terpengaruh lagi dengan hal-hal yang sudah berlalu dan fokus menjalani kehidupan di masa kini. Menurut penelitian Kumar dan Dixit (2014), orang yang mampu memberi maaf cenderung punya kesehatan mental yang baik, sebab mereka mampu memperbaiki hubungan, memberi social support, dan melepaskan diri dari stres.
Tapi, anehnya, meskipun sudah jelas manfaatnya lebih baik, kenapa ya hal ini kadang susah banget untuk kita lakukan?
Penyebab Sulitnya Memaafkan Orang Lain
Kita sudah tahu manfaatnya, tapi kenapa sih memaafkan itu tetap sulit dilakukan? Menurut Anthony C. Lopez, Ph.D., evolusi manusia menghasilkan sistem pertahanan diri yang otomatis aktif apabila berhadapan dengan situasi sulit, misalnya ketika dieksploitasi orang lain. Ketika pertahanan diri kita aktif, kita akan cenderung menanggapi perilaku buruk orang lain dengan dua cara: membalas dendam atau negative reciprocity. Bedanya kedua tanggapan ini apa, sih?
Membalas dendam itu didasari oleh kebencian akan seseorang, sehingga kita akan melakukan tindakan agresif yang dapat membahayakan nyawa orang tersebut. Berbeda dengan balas dendam, negative reciprocity tidak harus dilakukan dengan tindakan yang agresif, namun lebih menjurus kepada perilaku yang memberi respon kurang menyenangkan untuk ‘menghukum’ orang yang bersangkutan. Sebagai contoh, di zaman sekarang, mengirim meme untuk mengkritik orang adalah salah satu bentuk negative reciprocity karena kita ‘menghukum’ orang tersebut dengan membahas tentangnya di medsos. Alasannya bukan berarti kita ingin menyakiti orang tersebut, namun karena kita hanya ingin menunjukkan kekecewaan saja terhadap sikapnya.
Tips Memberi Maaf dengan Efektif
- Melepaskan Kepahitan
Kesulitan utama dalam memberi maaf adalah masih adanya rasa sakit atau pahitnya masa lalu yang terngiang dalam benak kita. Maka dari itu, hal yang terpenting dalam forgiving others adalah melepaskan semua beban pikiran itu. Hal ini biasa diterapkan juga dalam psikoterapi guna menyembuhkan diri dari trauma. Ketimbang menyalahkan orang lain, psikolog akan mengajak klien mendatangkan empati terhadap situasi atau individu yang pernah membuatnya kecewa (Menahem & Love, 2013).
- Mengampuni Diri Sendiri
Di samping melepaskan kepahitan, kamu juga harus bisa memberi pengampunan terhadap diri sendiri. Hal ini penting supaya kamu nggak berpikiran negatif terus menerus terhadap situasi yang kamu alami. Mengampuni diri sendiri juga bisa menghilangkan urgensi untuk bertanggung jawab terhadap situasi tersebut, sehingga kamu bisa letting go dan move on. Menurut Jacinto dan Edwards (2011), proses mengampuni diri sendiri melibatkan 4 tahap, antara lain:
- Recognition, yaitu menyadari proses yang kita lakukan sebagai suatu cara melepaskan diri dari emosi dan pikiran negatif.
- Responsibility, yaitu mengevaluasi dan berempati terhadap diri sendiri, bahwa kita bukanlah manusia sempurna yang harus menanggung semua beban.
- Expression, yaitu membiarkan diri sendiri mengutarakan setiap perasaan negatif yang kita alami.
- Recreating, yaitu membangun kembali konsep diri yang baru setelah berdamai dengan masa lalu.
- Mengistirahatkan Diri
Tak ada salahnya mengistirahatkan sejenak dirimu dengan self care dan refreshing. Salah satunya adalah dengan meditasi. Forgiveness meditation adalah suatu metode yang mampu meningkatkan kemampuan mengampuni diri sendiri dan orang lain, di samping membuat pikiran semakin tenang (La Kahija, 2022). Nggak usah repot-repot, Riliv punya meditasi khusus dengan tema forgiveness yang bisa kamu coba!
- Menyusun Rencana Masa Depan
Yang terakhir, yang perlu kamu lakukan adalah menyusun rencana ke depan. Apalah artinya move on tanpa rencana perkembangan diri, bukan? Supaya kamu stay pada rencana tersebut, kamu bisa mencoba goal setting method dari Locke dan Latham (2002), yaitu:
- Tentukan goal yang spesifik.
- Goal itu harus bisa memotivasi, namun pastikan kamu tidak merasa terbebani saat menjalankannya.
- Berkomitmenlah dalam menjalani hidup sesuai dengan goal tersebut.
- Cari feedback dari orang yang terpercaya untuk mengetahui seberapa jauh kamu berproses.
- Evaluasi diri ketika kamu merasa kehilangan motivasi.
Referensi:doi:
Friedman, D., & Singh, N. (2004). Negative reciprocity. Evolution and Human Behavior, 25, 155-173. doi:10.1016/j.evolhumbehav.2004.03.002.
Konečni, V. (2012). Revenge: Behavioral and emotional consequences. The Behavioral and brain sciences, 36, 25-26. doi:10.1017/S0140525X12000404.
Kumar, A., & Dixit, V. (2014). Forgiveness: An Incredible Strength. Indian Journal of Positive Psychology, 5, 90-93. https://doi.org/10.15614/ijpp%2F2014%2Fv5i1%2F52950
Locke, E., & Latham, G. (1991). A Theory of Goal Setting & Task Performance. The Academy of Management Review, 16. doi:10.2307/258875.
Menahem, S., & Love, M. (2013). Forgiveness in psychotherapy: the key to healing. Journal of clinical psychology, 69(8), 829–835. https://doi.org/10.1002/jclp.22018