Mencintai diri sendiri (self-love) merupakan sebuah ungkapan yang mungkin sudah sering kita dengar, bukan? Mencintai diri sendiri juga merupakan suatu hal penting untuk diterapkan, karena sejatinya, tidak ada orang lain yang lebih mengerti kita dibandingkan diri sendiri. Namun, sering kali, kita belum bisa mengukur kadar cinta yang sesuai untuk diri sendiri itu seperti apa, agar kita bisa tetap mencintai diri sendiri tanpa menjadi narsis.
Suatu hari, kita bercermin dan menyadari bahwa kita telah berhasil mencapai target untuk menurunkan berat badan. Lalu, kita unggah foto selfie ke media sosial dengan penampilan favorit kita.
Eh, tiba-tiba, ada orang lain yang berkomentar, “Narsis banget, sih, kamu, pakai baju seperti itu!” atau “Semua foto ditaruh medsos, narsis amat!”. Padahal, niat kita hanya untuk mengapresiasi diri sendiri dengan cara mengunggah foto tersebut.
Jadi, yang kita lakukan itu termasuk mencintai diri sendiri atau malah narsis, sih? Untuk lebih memahami hal tersebut, yuk, simak uraian tentang cara mencintai diri sendiri tanpa menjadi narsis berikut ini!
1. Mencintai diri sendiri tanpa menjadi narsis menunjukkan bahwa kita tetap menghargai orang lain seperti kita menghargai diri sendiri
Dalam proses mencintai diri sendiri, kita tentu berusaha untuk mampu menghargai segala hal yang ada dalam diri kita.
Mulai dari penampilan fisik, ketidaksempurnaan dalam diri, perilaku, hingga kelebihan dan kekurangan kita. Kemampuan menghargai diri sendiri ini pun tumbuh semakin baik dari hari ke hari.
Namun, perlu diingat bahwa yang harus kita hargai bukan hanya diri sendiri, ya, Dear! Kita juga tetap harus menghargai orang lain.
Orang lain pun akan merasa senang jika kita bersikap dengan baik dan tidak menghakimi proses yang mereka lakukan. Maka, rasa cinta terhadap diri sendiri seharusnya mendorong kita untuk mampu bersikap lebih bijak serta berperilaku baik kepada orang lain.
2. Mengutamakan kebahagiaan diri sebelum orang lain itu wajar, kok!
Mungkin bagi sebagian orang, mengutamakan kebahagiaan diri itu terdengar egois, ya? Namun, sebenarnya hal tersebut wajar, kok! Asalkan kita bisa menempatkannya dalam porsi yang sesuai.
Untuk dapat membuat orang lain bahagia, kita sudah seharusnya mampu untuk memberikan kebahagiaan kepada diri sendiri terlebih dahulu. Dengan memberikan kebahagiaan kepada diri sendiri, kita akan lebih mudah untuk membahagiakan orang lain karena kita telah menyelesaikan urusan dengan diri sendiri.
Justru apabila kita terus melayangkan kebencian dan tidak mampu berdamai dengan diri sendiri, kita bisa menyerang ataupun menjatuhkan orang lain.
Namun, tidak perlu memaksakan diri untuk terlihat bahagia selalu, ya, Dear! Jika memang kamu sedang membutuhkan waktu untuk dirimu sendiri, tidak apa-apa, kok!
3. Dipuji orang lain? Berterima kasihlah dan tetap rendah hati!
Dipuji orang lain? Ucapkan terima kasih! (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)
Suatu ketika, kita berhasil mendapatkan nilai sempurna dalam ujian, berhasil mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan, atau sesederhana berhasil menemukan satu gaya berpakaian yang tepat.
Orang lain akan mulai memuji, “Wah, kamu pinter banget!”, “Kamu cocok sekali dengan pakaian itu!”, “Keren, deh, akhirnya impianmu kerja di situ terwujud juga. Selamat, ya!”
Ketika dipuji demikian, yang harus dilakukan adalah tersenyum dan berterima kasih. Ungkapan terima kasih bukan berarti kita sombong, kok! Usai mengucapkan terima kasih, kita harus tetap bersikap rendah hati.
Menunjukkan kebahagiaan itu boleh, tapi sewajarnya saja. Kita perlu untuk selalu mengingat bahwa kita pun harus menghargai orang lain di sekitar kita dengan tidak menyombongkan diri.
4. Mencintai diri sendiri dengan fokus pada kelebihan yang kita miliki dan tidak menjadi narsis dengan tetap menginspirasi orang lain
Ketika kita mampu mencintai diri sendiri, kita akan bisa mengelola segala kelebihan dan kekurangan dengan baik.
Jika kita ingin mengembangkan kelebihan yang kita miliki, boleh, kok! Tentu akan sangat menyenangkan apabila pekerjaan atau kegiatan kita sehari-hari merupakan suatu hal yang kita bisa dan senang melakukannya.
Dengan mengelola sisi positif yang kita miliki, kita bisa meniatkannya untuk tetap memberikan inspirasi kepada orang lain, lho! Menginspirasi orang lain tidak harus menjadi motivator atau influencer, ya!
Menginspirasi bisa juga ditunjukkan dengan memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan, tetap mengingat jasa orang-orang yang telah mendukung kita, atau bisa juga ditunjukkan dengan tetap berproses menjadi lebih baik.
Tanpa kita sadari, ketika kita mampu mengoptimalkan potensi yang kita miliki dan tetap bersikap rendah hati atas potensi tersebut, kita telah mampu menginspirasi orang lain, lho! Bukankah menginspirasi orang lain juga merupakan suatu hal yang baik?
5. Memberikan hadiah kepada orang lain juga merupakan cara mencintai diri sendiri tanpa menjadi narsis
Memberikan hadiah kepada orang lain adalah tanda bahwa kamu menghargai mereka (Photo by Kira auf der Heide on Unsplash)
Mari kita ingat kembali orang-orang yang telah memberikan bantuan kepada kita dalam hidup. Mulai dari keluarga, saudara, teman, pasangan, guru, atau mungkin orang-orang yang hanya kita temui dalam waktu yang singkat, seperti petugas kebersihan atau satpam.
Mereka semua telah berjasa dalam kehidupan kita, meski dengan porsi ukuran yang berbeda-beda. Tidak ada salahnya memberikan hadiah sebagai tanda apresiasi, bukan?
Hadiah tidak selalu harus berupa barang mewah, ya, Dear! Dapat berupa sesederhana membeli dua porsi makanan untuk dibagi dengan petugas kebersihan yang belum sempat makan.
Bisa juga dengan memberikan kartu ucapan selamat ulang tahun yang dihias cantik kepada keluarga atau teman. Bahkan, hal-hal kecil seperti itu pun bisa membuat mereka merasa dihargai.
Ketika kita mampu melapangkan hati untuk berbagi dan memberikan hadiah kepada orang lain, kita akan turut merasakan energi positifnya, lho! Kegiatan tersebut juga bisa meningkatkan rasa cinta kepada diri sendiri karena kita menyadari bahwa diri kita masih mampu memberikan manfaat kepada orang lain.
Bagaimana, Dear? Adakah di antara cara-cara tersebut yang ingin kamu coba untuk mencintai diri sendiri tanpa menjadi narsis?
Untuk dapat mengembangkan rasa cinta kepada diri sendiri, kita juga bisa melakukan meditasi, lho! Meditasi sederhana di kala senggang tentu akan menjadi aktivitas yang menyenangkan.
Jangan khawatir, karena Riliv telah memiliki layanan meditasi daring yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Layanan tersebut juga menyediakan audio untuk memandu kita dalam pelaksanaan meditasi.
Rasa cinta terhadap diri sendiri juga bisa ditingkatkan dengan melakukan kegiatan favorit kita, seperti berkebun, membaca buku, atau pergi berjalan-jalan bersama teman. Apapun kegiatan yang kita lakukan, pastikan bahwa kegiatan tersebut mampu membuat kita bahagia, ya!
Proses mencintai diri sendiri memang bisa menjadi proses yang panjang. Namun, bukan berarti proses tersebut mustahil untuk dilakukan, Dear! Tidak perlu tergesa-gesa untuk segera mampu mencintai diri sendiri dan tetap menghargai orang lain.
Kita akan selalu memiliki waktu yang cukup untuk melatih rasa cinta kita kepada diri sendiri. Upaya yang bisa kita lakukan adalah memastikan bahwa kita senantiasa memupuk rasa cinta tersebut setiap hari.
“How you love yourself is how you teach others to love you,” -Rupi Kaur.
Referensi:
- Dipirro, D. (2011). 5 Reasons Self-Love is not Selfish. Positively Present. Disadur dari https://www.positivelypresent.com/2011/02/5-reasons-self-love-is-not-selfish.html
- Newsonen, S. (2020). Self-Love: Selfish, Narcisstic, and Arrogant?. Psychology Today. Disadur dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-path-passionate-happiness/202002/self-love-selfish-narcissistic-and-arrogant
- Rutherford, M. R. (2020). Am I Being Selfish, Self-Centered or Simply Self-Aware?. Psychology Today. Disadur dari https://www.psychologytoday.com/ca/blog/perfectly-hidden-depression/202003/am-i-being-selfish-self-centered-or-simply-self-aware