Mendidik Anak agar Cerdas – Memiliki anak yang cerdas dan percaya diri tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Tapi bagaimana ya cara memberikan dukungan dan perlindungan yang tepat untuk menumbuhkan hal-hal tersebut? Berikut adalah beberapa cara mendidik anak agar cerdas dan percaya diri yang telah dirangkum secara lengkap oleh Riliv!
1. Tidak selalu mengontrol adalah kunci mendidik anak agar cerdas
Foto oleh Gustavo Fring dari Pexels
Alih-alih mengatur dan mengendalikan, membimbing sang buah hati untuk dapat mengembangkan keterampilannya akan terdengar jauh lebih baik.
Mengambil alih semua hal yang seharusnya bisa dilakukannya sendiri, sama saja seperti mengambil kesempatannya untuk dapat belajar. Kecerdasan merupakan konsekuensi dari terlatihnya kemampuan pemecahan masalah.
Memberikan ia kesempatan untuk belajar juga berarti mengajarinya bagaimana cara membangun rasa percaya diri akan kemampuannya sendiri. Belajarlah untuk mengelola kecemasan diri terhadap anak dan lepaskanlah keinginan untuk selalu mengendalikan apa yang mereka akan lakukan.
2. Tidak menjadikan kesempurnaan sebagai hal yang utama
Saat anak selalu dituntut untuk mencapai hasil yang sempurna, ia akan kehilangan arti dari indahnya proses belajar.
Sebagai orangtua, ada baiknya Anda membiasakan diri untuk tidak menjadikan kesempurnaan sebagai hal yang utama—ini akan ditiru oleh sang buah hati nantinya.
Instruksi yang diberikan pada anak—hingga ia tidak dapat memikirkan langkah untuk dirinya sendiri—secara terus-terusan dapat mengganggu kepercayaan diri dan mencegahnya untuk belajar sendiri.
3. Mendidik anak agar cerdas dengan membiarkan anak bereksperimen
Mungkin kita pernah berpikir, apakah membiarkan anak untuk bereksperimen sendiri sama seperti mengabaikannya? Jawabannya, tentu tidak sama!
Hal yang dapat dilakukan sebagai orang tua yang menginginkan buah hati yang cerdas dan percaya diri adalah mengawasi. Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk benar-benar turun tangan—membantu—sangat baik untuk dilakukan.
Melarang anak untuk memanjat, mencoba berbagai permainan, atau bereksperimen dengan hal-hal baru lainnya akan membuat anak-anak merasa dibatasi. Hal ini juga tidak akan baik untuk perkembangan dirinya.
Mintalah sang buah hati untuk menjaga dirinya sendiri, lalu berdiri dan perhatikan dia. Tersenyumlah dengan bangga sambil mengatakan:
“Lihat! Ayah/Ibu tahu kamu pasti bisa melakukannya!”
4. Alih-alih mengevaluasi, beri penjelasan dan berempati
Foto oleh Ketut Subiyanto dari Pexels
Pujian— seperti mengevaluasi hasil tindakan anak hanya dengan kalimat: “Kerja bagus!”—tidak memberi anak banyak informasi mengenai apa hal baik yang telah dia lakukan, atau mengapa orang tua berpikir itu baik.
Hal tersebut juga dapat membuat anak nantinya terlalu mengandalkan sumber eksternal untuk memberikan validasi terhadap kemampuan dirinya. Ini tentu tidak baik.
Alih-alih sekedar memuji keberhasilannya, cukup jelaskan apa yang dia lakukan dan berikan empati dengan apa yang harus anak rasakan:
“Kakak nggak capek mencoba dan pantang menyerah. Kamu pasti merasa bangga, ya, karena telah berhasil menyelesaikan semuanya!”
5. Fokus pada upaya, bukan hasil
“Ayah/Ibu melihat Kakak sudah bekerja sangat keras dalam hal ini.”
“Wah, bagaimana cara Kakak sampai berhasil melakukan itu?”
Berikan umpan balik positif tentang hal-hal tertentu—apa yang bisa anak kontrol—seperti kerja keras atau ketekunan, alih-alih hal yang tidak dapat ia kontrol, seperti menjadi pintar.
Tujuannya agar anak dapat terus berusaha, berlatih, meningkatkan, dan anak dapat belajar bahwa ketika ia bekerja keras, ia dapat mencapai tujuannya.
6. Jangan khawatir ketika mendidik anak agar cerdas
Ketika anak menghadapi frustrasi, ingatlah bahwa empati orang tua akan menjadi faktor penting dalam mengatasinya.
Alih-alih mengambil jalan pintas untuk menghilangkan sumber frustrasi, berikan konteks yang lebih luas dengan mengkomunikasikan kasih sayang Anda—bahwa ia harus menghadapi keadaan ini:
“Wah ini memang keadaan yang sulit bagi Kakak …”
“Memang benar-benar mengecewakan ketika ….”
“Ini bukan tentang bagaimana kamu bisa berharap itu akan berubah …”
Tidak apa-apa bila anak merasa frustrasi dan kecewa. Anak mungkin menangis dan merajuk sepanjang hari, tetapi rasa pengertian tanpa syarat dari orang tua akan membantunya untuk menerima posisi sulit—termasuk duka, marah, atau kecewa.
Setelah anak selesai berduka, ia akan lebih siap untuk menenangkan diri dan mencoba lagi pada hari berikutnya, terutama ketika orang tua dapat mengekspresikan kepercayaan dirinya untuknya.
Begitulah cara anak-anak mengembangkan daya tahan dan kegigihan.
7. Tegaskan kemampuan anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri
Kompetensi dan perasaan penguasaan adalah tentang kekuatan dan berasal dari pengalaman seorang anak tentang dirinya sendiri.
“Jika aku berdiri di atas bangku, aku bisa membalik saklar lampu ini dan menyalakan ruangan!”
Semua anak akan mengalami batasan yang wajar untuk kekuatan mereka (“Aku tidak bisa menghentikan hujan, dan begitu pula Ayah/Ibu”), tetapi semakin anak memiliki kesempatan untuk membuat perbedaan di dunia, semakin dia akan melihat bahwa dirinya mampu.
Pada akhirnya, semua anak akan tumbuh dan hidup tanpa kita. Bagaimana mereka hidup—tergantung pada apakah kita mampu mengatasi kecemasan kita sendiri dan dorongan kita untuk mengendalikan anak kita.
Anda pasti pernah mendengar pepatah lama tentang memberi anak-anak kita akar dan sayap? Cinta tanpa syarat adalah akarnya. Keyakinan adalah sayap. Anak-anak yang tumbuh dengan memiliki keduanya akan hidup dengan cara yang luar biasa.
Itulah 7 cara mendidik anak agar cerdas dan percaya diri. Jika kamu butuh teman curhat terkait masalah mendidik anak, kamu bisa melakukan curhat online melalui aplikasi konseling online Riliv, lho! Selamat mencoba!
***
Referensi:
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/peaceful-parents-happy-kids/201506/12-ways-raise-competent-confident-child-grit
Ditulis oleh Safira Adnin Karlina.
Baca juga:
Introvert Bekerja Amat Baik di 15 Pekerjaan Ini!