Mendidik Anak Laki-laki – Tahu gak? Di masa remaja, remaja laki-laki sering melakukan perilaku meniru (imitasi) lebih bebas dibanding remaja perempuan. Mereka melakukan banyak hal sebagai ajang eksistensi diri, seperti tawuran, perilaku merokok, penggunaan narkoba, dan konvoi motor. Hal ini sebenarnya wajar terjadi karena merupakan salah satu karakteristik khas yang tampak ketika anak laki-laki beranjak remaja. Nah, hal ini membuat orang tua sering khawatir, bingung, dan bahkan frustasi. Nah, Riliv punya beberapa saran nih untuk kalian yang sedang mendidik anak laki-laki. Yuk, simak tips ala Riliv dibawah ini!
Bangun kepercayaan saat mendidik anak laki-laki
Alih-alih menuduh, orang tua lebih baik menyediakan waktu untuk masuk dalam aktivitas anak sambil mengajak mereka bercerita tentang hal-hal yang mereka sedang kerjakan atau sukai. Sebaiknya hindari meminta anak duduk diam dan mendengarkan orang tua di waktu khusus karena anak laki-laki sering tidak nyaman berada dalam situasi ini. Tanggapi cerita anak dengan antusias dan respon yang positif agar anak terdorong untuk menceritakan lebih di kemudian hari.
Jika perlu, kamu bisa mengungkapkan perasaan khawatirnya dengan anak dengan trik trik tertentu. Ganti kalimat “Ibu/Bapak itu gak percaya sama kamu” dengan “Kami sering khawatir sendiri jika kami gak tahu kamu sedang dimana atau lagi ngapain. Adakah yang bisa kamu lakukan agar kamu bisa beraktivitas leluasa tanpa diganggu kami secara berlebihan?”
Mengajarkan tanggung jawab dari setiap perbuatan yang dipilih
Setuju gak, kalau remaja laki-laki sering mendapat ‘wejangan’ dari paparan media dan teman-teman sepergaulannya bahwa anak laki-laki yang keren harus memiliki kebebasan untuk melakukan perilaku ini atau itu? Untuk menghadapi ini, orang tua harus bijak menyikapinya. Tekankan pada mereka bahwa mereka akan mendapatkan kebebasan, namun kebebasan itu diikuti oleh tanggung jawab yang harus mereka hadapi.
Kamu perlu menyelipkan topik ini ditengah aktivitas anak dengan obrolan-obrolan ringan secara rutin. Kamu juga bisa menceritakan pengalaman yang pernah dilihat atau dialaminya sendiri, misalnya ketika orang tua memiliki teman yang pernah kecanduan narkoba. Ceritakan pada anak dampaknya dan mengapa teman tersebut memakai narkoba. Dari hal-hal kecil ini, anak bisa lebih ‘aware’ ketika berada diluar rumah
Ceritakan tentang alternatif-alternatif kegiatan yang lebih bermanfaat
Orang tua perlu mengetahui minat dan bakat mereka dan sebisa mungkin mengarahkannya ke aktivitas yang bermanfaat. Jika anak tersebut menyukai olahraga, tawarkan mereka untuk masuk ke klub olahraga atau mengikuti perlombaan. Dengan memasukkan mereka ke dalam tim olahraga, mereka akan dikelilingi oleh teman-teman dari minat yang sama dan kamu dapat lebih mengontrol lingkup pergaulan anak.
Tidak hanya sampai disitu, dukungan juga penting lho. Sediakan waktu untuk menghadiri kegiatan penting anak sehingga anakmu merasa dihargai dan disayangi. Jika anak laki-laki sedang memasuki sekolah baru, kamu juga bisa memastikan bahwa sekolah yang dituju nanti memiliki ekstrakurikuler dan sarana yang baik untuk menunjang minat dan bakat anak. Kalau orang tua masih was was, orang tua bisa bekerja sama dengan guru atau pelatih dalam batas normal ya, seperti menanyakan performa sehari-hari dan perkembangannya.
Nah, itu tadi beberapa tips yang dapat membantu. Intinya, komunikasi dengan anak usia remaja itu sangatlah penting dan tidak boleh terputus. Mendidik anak laki-laki remaja memang cukup tricky, namun jika dilakukan dengan sabar dan konsisten, anak laki-laki akan bisa paham secara perlahan-lahan. Jika kamu butuh saran dan masukan secara profesional, kamu bisa memanfaatkan aplikasi konseling online Riliv untuk melakukan curhat online. Semangat menerapkannya, ya!
Disadur dari:
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/anger-in-the-age-entitlement/201407/teenage-boys
- https://www.washingtonpost.com/news/parenting/wp/2014/11/12/5-things-i-learned-about-raising-boys-so-far/?noredirect=on&utm_term=.461d341a5e47
Ditulis dengan hati-hati oleh Elvira Linda Sihotang
Baca juga:
Hati-Hati Fake People! Ini 5 Ciri-cirinya!