Keputusan Hidup – Membuat keputusan hidup itu gampang. Yang sulit itu mempertimbangkan risiko dan konsekuensi tiap-tiap pilihan yang ada di depan mata. Itulah yang membuat banyak orang sulit, atau bahkan nggak berani mengambil keputusan, termasuk untuk hal-hal yang menyangkut hidupnya sendiri.
Padahal, bila diibaratkan film, kamu adalah pemeran utama dalam skenario yang kamu jalani. Mengambil keputusan adalah salah satu cara untuk tetap hidup dalam alurmu sendiri. Kalau apa-apa kamu serahkan pada orang lain, berarti kamu menjadikan dirimu sebagai figuran di film-mu sendiri!
Jadi, sesulit apapun, beranilah mengambil keputusan. Terutama beberapa hal ini, jawabannya harus kamu putuskan sendiri.
1. Kapan kamu akan menikah dan punya anak adalah keputusan hidup besar yang harus berasal dari diri sendiri!
Hidup di kultur masyarakat timur, terkadang menyulitkan. Pada waktunya nanti, kamu akan dibombardir dengan pertanyaan kapan nikah, calonnya mana, nunggu apa lagi, dan tentu saja jangan pilih-pilih pasangan.
Sudah menikahpun, bukan berarti aman. Karena, kamu lagi-lagi akan diserang pertanyaan kapan punya anak. Akan tetapi, baik pernikahan ataupun menjadi orangtua, adalah sebuah tanggung jawab yang panjang dan berkelanjutan.
Jadi, untuk pilihan sebesar ini, kamu HARUS memutuskan sendiri, karena tanggung jawab itu nggak bisa dialihkan.
2. Kapan kamu memilih bertahan atau melepaskan sebuah hubungan, karena baik atau tidaknya hanya kamu yang paham
“Kalau aku jadi kamu, nggak bakal kuputusin pacar kayak dia tuh.
Udah keren, matang, mapan, romantis lagi.
Mau cari apa lagi? Kurang bersyukur banget jadi orang!”
Pernah nggak sih kamu mendapatkan komentar semacam itu? Seolah-olah keputusanmu untuk mengakhiri sebuah hubungan itu bodoh sekali, dan merupakan bentuk ketiadaan rasa syukur. Nggak perlu terlalu dipikirkan!
Orang yang berkomentar demikian hanya melihat persoalan dari luar. Dia nggak tahu apakah karakter asli si dia sesuai perkiraan. Atau apakah hubungan yang kalian jalani cukup sehat. Yang tahu semua itu, ya cuma kamu.
3. Kapan kamu bertahan atau resign dari pekerjaanmu sekarang. Ingat, kamu selalu berhak memilih yang paling baik bagimu
Mirip-mirip soal hubungan asmara, perihal karir dan kantor pun juga sama. Terkadang, orang hanya melihat soal nama perusahaan mentereng, gaji besar, jabatan keren, dan dalih bahwa “Harusnya kamu bersyukur karena udah dapat kerjaan”.
Fakta bahwa kamu sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan memang harus disyukuri. Tapi, kamu juga berhak menyelamatkan diri, mengembangkan diri, dan memiliki alasan-alasan lain untuk memilih pergi.
4. Bagaimana pendapatmu terkait masalah A, B, C, dan D. Meskipun orang lain tak berpikiran sama denganmu, tak berarti kamu harus mengubah cara pandangmu
Hanya karena semua orang berpikir A, bukan berarti kamu salah bila berpikir B. Kamu juga berhak untuk memiliki cara pandang sendiri, dan mempertahankan hal itu dengan argumen-argumen yang kamu miliki.
Kamu nggak harus mengubah pikiranmu hanya supaya nggak dibilang aneh kok. Yang salah itu, kalau kamu menghina pendapat orang lain dan memaksa mereka untuk ikut pendapatmu. Ada lebih dari 7 miliar orang di dunia ini. Kalau semua sama, ‘kan nggak seru juga.
5. Style apa yang kamu pilih sebagai jati dirimu sehari-hari. Tak perlu memaksa pakai gaya orang lain, bila ujung-ujungnya kamu nggak nyaman
Percaya deh, sekeren apa pun gaya yang kamu tiru, nggak akan lebih keren dari gaya yang membuatmu nyaman. Karena gestur seseorang itu nggak bisa menipu. Mungkin kamu penasaran saat bertemu seseorang yang terlihat keren banget, padahal gayanya biasa-biasa saja?
Ya itu karena dia memilih memakai style-nya sendiri, yang membuatnya nyaman. Sehingga, gerak-geriknya pun lebih luwes, santai, dan percaya diri. Kamu mau juga ‘kan menjadi orang yang seperti itu?
6. Kapan kamu harus mendengarkan pendapat orang dan kapan kamu hanya perlu mengabaikannya. Karena nggak semua “kritik dan saran” itu harus diterima
Diminta atau nggak, apa pun yang kamu lakukan, orang akan memberikan komentar dan mungkin kritik-kritik pedas yang tujuannya lebih ke menjatuhkan daripada untuk membangun. Karena itu, kamu harus bisa memilah dan memilih mana kritik yang perlu didengarkan, dan mana yang sebaiknya dilewatkan.
Kalau semua omongan orang kamu dengarkan, bisa-bisa hidupmu nggak akan berkembang. Padahal, belum tentu orang-orang itu peduli padamu. Bisa saja dia hanya sekadar bicara asal dan daripada nggak berkomentar. Ya, kan?
7. Terakhir, tentu saja pilihanmu saat negara merayakan pesta demokrasi. Ingat, kamu punya hak penuh untuk itu!
Memilih dalam pemilu merupakan salah satu hak dasar sebagai warga negara. Jadi, jangan menghilangkan hakmu sendiri dengan menolak berpikir ataupun memutuskan sendiri.
Misalnya, ikut-ikutan teman, keluarga, dan pasangan, ataupun komunitas. Suaramu dihargai untuk menentukan masa depan negara yang kamu cintai ini.
Kamu boleh bilang “ikut aja deh” saat ditanya ingin nonton film apa. Kamu juga boleh memilih “terserah” saat pacarmu bertanya mau makan apa. Tapi, ada banyak hal-hal besar dalam hidup ini yang harus kamu putuskan sendiri. Dengan begitu, kamu tetap menjadi pemeran utama dalam film-mu.
Apa yang Bisa Kita Dapatkan dari Sini?
Nah, kesimpulannya, semua tergantung dirimu. Bagaimanapun juga, kamu tidak perlu menyesali apapun keputusanmu. Karena keputusanmu itu akan membawamu dalam suatu jalan yang bisa mengarahkanmu kepada kejutan-kejutan baru. Memang nggak mudah untuk kembuat keputusan hidup yang besar, namun dengan berani melakukannya, kamu akan belajar untuk jadi semakin dewasa.
Jangan lupa, sebelum memutuskannya, kamu harus memikirkannya baik-baik. Pastikan pikiran kamu jernih. Pertimbangkanlah segala konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Pertimbangkanlah juga dampaknya pada dirimu dan orang lain. Gunakanlah empati dan perspektif orang lain untuk memastikan apakah keputusan itu pantas kamu ambil.
Apabila kamu masih memiliki kesulitan untuk memilih keputusan hidup, konsultasi ke psikolog bisa jadi solusinya, lho! Yuk, konsultasi bareng psikolog Riliv!