Banyak dari kita sering bertanya-tanya bagaimana sih rasanya mengadopsi anak?
Apa yang terjadi saat mengadopsi anak sejak bayi? Bolehkah merahasiakan status anak yang di adopsi? Apa yang harus dilakukan jika pada akhirnya sang anak tahu dirinya di adopsi?
Kali ini Psikolog anak Elisabeth Santoso, M.Psi., Psikolog akan menjelaskan pertanyaan seputar mengadopsi anak buat kalian nih Dear. Yuk kita baca sama-sama penjelasannya ya!
Bisakah anak adopsi sejak lahir tidak diberitahu bahwa dirinya anak adopsi?
Orang tua bisa saja menutupi status adopsi anak, tetapi akan ada masanya setiap anak mencari tahu asal muasalnya. Kita tidak bisa menghindarkan peristiwa yang membuat anak tahu dengan sendirinya, misalkan dari dokumen, informasi kerabat, atau dari orangtua kandung yang mencarinya.
Sebelum hal itu terjadi, dianjurkan orang tua sudah menginformasikan terlebih dahulu. Semakin orang tua menutupi, semakin anak menyadari ada yang salah dengan keberadaannya dalam keluarga.
Ketika mengadopsi anak, kapan idealnya anak dipahamkan bahwa dirinya adalah anak adopsi?
Berdasarkan pengalaman praktik saya, sangat dianjurkan anak tahu tentang status adopsinya dari orangtua, tidak dari tetangga, konselor, saudara jauh, lebih lagi dari dokumen adopsi/akta lahir yang ia temukan sendiri.
Konflik biasanya terjadi ketika orangtua menutup-nutupi status anak, lalu anak tahu dari pihak luar. Biasanya ini menimbulkan rasa marah dan tidak percaya pada orangtua. Kembali lagi, orangtua harus punya persepsi yang benar tentang adopsi sehingga tidak menganggapnya sebagai diskusi yang tabu.
Pemahaman tentang adopsi disampaikan lebih cepat lebih baik. Setiap tahapan usia tentu ada trik penyampaiannya masing-masing. Ketika anak berusia di bawah 5 tahun, orangtua dapat membuat cerita bertema adopsi dengan tokoh-tokoh binatang. Misalnya, anak kucing yang lucu dibesarkan oleh ibu anjing yang baik hati, dan mereka hidup bahagia dengan penuh kasih sayang.
Anak mulai mengenal sistem keluarga ketika ia berusia 6 tahun. Pada usia ini, orangtua dapat mulai memberitahu kondisi yang sebenarnya pada anak. Salah satu caranya adalah menunjukkan foto-foto tentang perjalanan kehidupan anak.
Tunjukkan foto ketika anak pertama kali datang di rumah, foto momen-momen spesial bersama orang tua seperti ulang tahun, liburan, dan lain-lain. Orangtua bisa menjelaskan, tidak ada foto ketika ibu hamil atau ketika ia lahir.
Walaupun tidak lahir dari perut ibu yang kini membesarkannya, anak dapat melihat dari foto-foto lainnya bahwa ia diterima dengan bahagia dan penuh kasih sayang di keluarga tersebut. Mulai usia 7 tahun, orangtua sudah harus benar-benar terbuka tentang asal muasal anak.
Jika ada momen anak marah/menarik diri setelah mengetahui statusnya, perlu dipahami orangtua bahwa ini adalah hal yang wajar. Dampingilah anak selama periode ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan anak dengan jujur.
Terus ingatkan anak bahwa ia dicintai dan diterima tanpa syarat. Hal ini akan membantu anak untuk perlahan menerima keberadaan dirinya dalam keluarga.
Ketika mengadopsi anak, apakah di momen sang anak tahu, kita juga perlu mengizinkan dia bertemu keluarganya?
Menjelaskan latar belakang keluarga kandung kepada anak adalah tantangan tersendiri. Namun, kita tetap harus memastikan bahwa anak tahu adopsi ini dilakukan oleh alasan yang positif, untuk tujuan yang positif.
Kita harus tetap menyampaikan kepada anak bahwa ia dicintai oleh orangtua kandung maupun orangtua asuh. Misalnya, dengan menyampaikan bahwa orangtua kandung mengizinkan ia diadopsi agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Adopsi yang sah dilakukan di bawah proses hukum, untuk melindungi hak-hak anak. Salah satu syaratnya adalah tidak memutuskan nasab (hubungan darah) anak angkat. Hal ini tercantum pada Pasal 39 UU Perlindungan Anak. Jadi, anak memiliki hak untuk bertemu dengan keluarga kandungnya.
Jika orangtua menilai keluarga kandung anak tinggal di lingkungan yang kurang kondusif, orangtua bisa melakukan pertemuan di rumah keluarga adopsi atau mengundang keluarga kandung bertemu di luar rumah, misalnya dengan makan bersama.
Waktu untuk mempertemukan anak dengan keluarga kandung sebaiknya menjadi pilihan anak. Orangtua hanya perlu memberitahukan kepada anak siapa orangtua kandungnya (bisa melalui foto), lalu mengatakan bahwa ia bisa bertemu dengan orangtua kandung jika ia mau, dengan pendampingan orangtua adopsi.
Jika pada akhirnya saya memiliki anak kandung, apa yang harus dipersiapkan sebelum memberitahu anak tentang saudara adopsi?
Pada prinsipnya, orangtua harus memiliki persepsi yang benar dulu tentang adopsi; bahwa adopsi adalah hal yang positif, bukan negatif. Persepsi yang benar membuat orangtua tidak menganggap adopsi tabu untuk dibicarakan dengan anak.
Perlu ditanamkan pada orangtua bahwa mengadopsi bukanlah “mengambil” atau “memungut” anak –istilah ini marak di masyarakat, tapi konotasinya negatif, sehingga mencitrakan adopsi sebagai hal yang tabu. Adopsi adalah murni cara lain untuk memiliki anak.
Keputusan untuk mengadopsi dipikirkan dengan matang, dengan niat yang tulus dari orangtua untuk bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan anak hingga ia dewasa dan siap untuk hidup sendiri. Pemahaman ini harus terlebih dahulu diyakini dan dipraktikkan oleh orangtua, baru ia dikatakan siap untuk menyampaikannya pada anak.
Apakah perkembangan anak yang tahu dirinya diadopsi akan berbeda dengan yang tidak, walaupun mendapatkan treatment yang sama?
Jawaban dari pertanyaan ini sangat situasional. Faktor yang lebih mempengaruhi perkembangan anak, khususnya perkembangan sosial dan emosi, adalah pola asuh dan interaksi orangtua dengan anak.
Landasan dari perkembangan sosial dan emosi yang sehat adalah rasa percaya anak kepada kedua orangtuanya. Rasa percaya bahwa orangtua merupakan figur yang jujur, aman, dan bisa diandalkan.
Pada anak adopsi, rasa percaya akan timbul jika orangtua jujur terhadap status anak serta menunjukkan komitmen untuk membesarkan anak dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.
Nah itu tadi penjelasan seputar mengadopsi anak dari Psikolog Anak di Riliv Dear. Jika masih punya pertanyaan lain, atau mempertimbangkan mengadopsi anak namun butuh bantuan psikolog profesional untuk mempertimbangkannya, Dear bisa menggunakan riliv untuk melakukan konseling Dear.
Dengan Riliv Dear akan bisa memperhitungkan dengan baik bersama psikolog yang sudah berpengalaman dalam hal ini, jadi tunggu apa lagi mulai gunakan aplikasinya untuk melakukan konseling ya Dear.
Question written by Indra Dwi