Diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Menghadapi Gangguan Jiwa – Apakah kalian punya teman atau kerabat yang menderita gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, atau bipolar?
Jika iya, maka Riliv ingin menyemangati kalian lewat artikel ini!
Menghadapi orang dengan gangguan jiwa itu tidak mudah. Maka dari itu, rasa cemas dan khawatir karena menjadi caregiver untuk orang-orang dengan gangguan jiwa sangat lumrah terjadi. Meskipun demikian, bukan berarti kamu harus terjebak dalam kecemasan itu. Lantas, bagaimana dasarnya menghadapi teman-teman kita yang memiliki gangguan jiwa tersebut?
Don’t: Berkata Bohong pada Mereka
Beberapa orang mungkin berasumsi bahwa seseorang yang memiliki ganguan mental bukanlah orang yang cerdas. Padahal, penyakit gangguan mental tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan seseorang. Jadi, bila kamu memiliki sebuah concern yang perlu di-address dengan mereka, katakanlah sejujurnya. Jangan berbohong, karena berbohong bisa menurunkan tingkat kepercayaan mereka padamu. Selain itu, terlalu sering berbohong pada orang lain juga bisa berefek negatif terhadap dirimu, baik fisik maupun psikologis. Penelitian mengungkapkan bahwa kita akan merasakan kecemasan yang hebat karena berbohong, bahkan sampai terlihat pada detak jantung yang meningkat, perasaan mual, dan tekanan darah yang meninggi.
Do: Menghargai Pendapat Mereka
Terkadang, salah satu hal yang paling dibutuhkan oleh orang yang mengalami gangguan mental adalah didengar. Sayangnya, tidak semua orang mampu memahami dan menghargai mereka. Padahal, ketika mereka dihargai dan didengar, pikiran dan perasaan mereka akan lebih mudah membaik.
Don’t: Mengikuti Delusi dan Halusinasinya
Orang dengan gangguan mental sering kali mengalami halusinasi, yaitu kesalahan atau gangguan dalam persepsi indrawi. Sedangkan delusi adalah kepercayaan yang salah mengenai sesuatu. Ketika berhalusinasi, mereka seolah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Di sisi lain, Mungkin, kamu akan bingung harus bersikap bagaimana ketika hal ini terjadi. Atau justru, kamu akan ikut serta dalam pemikiran mereka yang salah itu hanya untuk membuat mereka merasa “nyaman.” Padahal, hal itu sama sekali tidak membantu mereka untuk pulih, lho! Berikanlah mereka perhatian swajarnya, namun tetaplah berpegang teguh pada realita.
Do: Pahamilah Keadaan Mereka
Menghadapi penderita gangguan mental selalu membutuhkan kesabaran. Misalnya, pernahkah kamu mendengar tentang paranoid personality disorder? Itu adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang yang mengalaminya akan merasa bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Oleh karena itu, biasanya, orang dengan gangguan ini akan sering merasa takut dan menjaga jarak dengan lingkungan sekitar.
Jika salah satu kerabatmu mengalami gangguan semacam ini, pastinya kamu akan merasa heran dan bingung. Namun, sebagai sesama manusia, jangan pernah men-judge apa yang mereka alami. Pahami keadaan mereka, dan janganlah menjauh dari mereka. Bagaimanapun keadaan mereka, mereka tetap membutuhkan kehadiran kamu.
Kiat-kiat Mendampingi Pasien Gangguan Jiwa
Seperti yang sudah dijabarkan di atas, anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa jelas membutuhkan dukungan kita secara fisik maupun emosional, namun hal tersebut merupakan tantangan yang tak boleh disepelekan. Mau gangguan jiwa ringan, sedang, atau berat sekalipun, tetap ada satu atau dua hal yang membuat caregiver ikut-ikutan stres.
Selama masa treatment, pasien gangguan jiwa harus tetap dijaga dan dikontrol asupan makannya, obat-obatan yang diminum, serta ketertiban dalam melakukan konsultasi psikologi. Selain itu, tak jarang pula anggota keluarga pasien tersebut harus terkena dampak perilaku si pasien. Maka dari itu, bila dibutuhkan rawat inap, sebetulnya rumah sakit jiwa menyediakan fasilitas itu. Gunanya untuk memfokuskan treatment pasien terhadap kesembuhannya, sekaligus menjaga interaksinya dengan anggota keluarga. Bukan berarti memisahkan, namun membangun boundary yang sehat antara pasien dengan anggota keluarganya itu sangat diperlukan.
Intinya adalah, setiap terapi psikologis untuk gangguan jiwa dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Namun, apa pun jenis terapinya, setiap gangguan mental harus ditangani dengan prosedur yang benar dan terintegrasi. Selain itu, perlu diketahui bahwa kerjasama yang positif antara praktisi, pasien, dan caregiver akan semakin mempercepat proses pemulihan.
Yuk, mari kita tunjukkan kepedulian yang lebih pada mereka yang mengalami gangguan jiwa dengan merekomendasikan layanan psikologi terpercaya seperti Riliv! Ajak saudara atau kerabatmu berkonsultasi dengan psikolog Riliv bila mereka membutuhkannya, ya!
Referensi:
- Chadda R. K. (2014). Caring for the family caregivers of persons with mental illness. Indian journal of psychiatry, 56(3), 221–227. https://doi.org/10.4103/0019-5545.140616
- Cuijpers, P. (2019). Targets and outcomes of psychotherapies for mental disorders: an overview. World psychiatry : official journal of the World Psychiatric Association (WPA), 18(3), 276–285. https://doi.org/10.1002/wps.20661
- Herndon, J. (2021). Understanding the Difference Between Hallucinations vs. Delusions. Retrieved from Healthline: https://www.healthline.com/health/mental-health/hallucinations-vs-delusions#differences
- Sullivan, B. (2020). The Truth About Lying and What It Does to the Body. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/pleased-meet-me/202001/the-truth-about-lying-and-what-it-does-the-body
- WebMd. (2022). Paranoid Personality Disorder. Retrieved from WebMd: https://www.webmd.com/mental-health/paranoid-personality-disorder