Ditulis oleh Fatah Akbar, diedit oleh Neraca Cinta Dzilhaq, M.Psi., Psikolog
Menyayangi Diri Sendiri – Dalam menjalani hidup dengan berbagai rutinitas yang menyibukan, terkadang membuat kamu lupa untuk bersyukur sebagai bentuk apresiasi diri. Adakalanya ketika melihat orang lain berhasil, seolah membuat dirimu merasa kekurangan.
Padahal, kamu sudah memberikan yang terbaik melalui suatu perjuangan ketika menyelesaikan berbagai tantangan yang ada. Jadi, ada baiknya kamu mulai menghargai diri kamu sendiri.
Menyayangi diri sendiri memang sulit pada awalnya, namun ternyata, cara melakukannya nggak seribet yang kamu bayangkan! Lalu bagaimana sih caranya? Ikuti artikel Riliv berikut ini.
Menyayangi Diri Sendiri adalah Kunci Hidup Bahagia
Mungkin kita harus kenalan dulu, nih, sama Carl Rogers. Salah satu ahli psikolog humanistik ini berpendapat bahwa setiap manusia itu unik, sehingga tidak bisa disamakan potensinya satu dengan yang lainnya. Jadi, kamu nggak perlu khawatir bahwa kamu nggak bisa melakukan apa yang orang lain lakukan, karena setiap orang punya kelebihan dan kekurangan tersendiri, sebagai ciri khas yang belum tentu dimiliki orang lain.
Pendekatan humanistik ini sering dipakai oleh psikolog ketika melakukan client-centered therapy, yaitu dengan menerima klien apa adanya, tanpa membeda-bedakan asal daerah, suku, ras, jenis kelamin, dan hal-hal personal lainnya. Sebab bagaimanapun juga, menurut Rogers, manusia itu punya pengalaman hidupnya masing-masing yang membentuk kepribadian dan pandangannya.
Karakteristik orang yang berfungsi seutuhnya menurut Rogers adalah orang yang terbuka pada pengalaman baru, menikmati hidup di masa kini dengan segala tantangan dan kesulitannya, dan memiliki kreativitas yang dituangkan dalam karyanya. Maka dari itu, setiap pengalaman dan hal-hal yang dialami oleh manusia menjadi pusat perhatian dari client-centered threapy. Setiap pertemuan terapi, psikolog tidak boleh men-judge, memberi nasihat, atau berusaha memperbaiki klien dengan cara apa pun karena Rogers percaya bahwa setiap manusia punya kebebasan untuk bertindak sesuai dengan kehendaknya. Namun, bukan berarti manusia tersebut harus membenci dirinya terus menerus. Sebab jika demikian, manusia tersebut tidak menikmati hidupnya di masa kini.
Nah, seperti apa kira-kira yang bisa kita lakukan untuk mulai belajar sayang sama diri sendiri?
1. Mengenal Diri Sendiri
Jika kamu ingin menghargai diri sendiri, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menelusuri seperti apa diri kamu, mulai dari hal-hal yang disukai, segala bentuk kekurangan dan kelebihan, penampilan, serta tujuan hidup dari serangkaian rutinitas.
Kamu juga harus mencari tahu segala batasan dalam diri sendiri dengan membuat prinsip, salah satu yang mendasar adalah dengan berani berkata “tidak” atau “ya” sesuai pada kondisi sekitar.
2. Merasa Cukup dan Berterima Kasih Pada Diri Sendiri
Semua hal yang kita lakukan itu nggak mesti yang terbaik, kok! Bakalan capek, lho, kalau kamu dipaksa untuk perfect terus-menerus. Orang yang berpikiran bahwa dirinya harus perfect biasanya dimulai dari prinsip bahwa dirinya tidak ingin tersaingi oleh siapapun dalam mencapai target yang ditentukan. Jika kamu salah satu orang yang punya pola pikir ini, mari refleksi diri bersama!
Kamu perlu memahami bahwa sesuatu yang dilakukan secara berlebihan sangatlah tidak baik. Jadi, janganlah memaksakan diri sendiri. Lakukan segala hal dengan cukup, baik ketika bekerja atau belajar. Jangan lupa untuk selalu bersyukur dan berterima kasih pada diri sendiri atas segala pencapaian yang kecil maupun besar, karena bersyukur adalah cara terbaik untuk membantumu merasa cukup. Semakin kamu menampakkan rasa syukur dan terima kasih itu, semakin mudah kamu menghargai dan menyayangi dirimu sendiri.
3. Maafkanlah Dirimu Sendiri
Kecewa pada diri kamu adalah hal yang wajar, tidak apa-apa itu manusiawi. Kamu pastinya pernah mengalami hari yang melelahkan sehingga jadi badmood dan membuat emosi tidak menentu.
Namun, jangan lupa bahwa kekecewaan itu juga bisa menjadi racun apabila kamu terus menerus terpaku pada perasaan pahitnya. Dari yang semula kecewa, kamu malah jadi menyesali perbuatanmu.
Maka dari itu, jadikanlah setiap permasalahan dalam hidup sebagai pembelajaran, supaya kamu tetap berhati-hati di kemudian hari. Selain itu, jangan menyalahkan diri karena sesuatu yang sudah terlanjur kamu lakukan. Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin, dan setidaknya, kamu sudah bertindak sesuai dengan kemampuan yang kamu miliki. Ingat! Kita hidup, bernafas, dan berkegiatan di masa sekarang, bukan di masa lalu.
4. Buang Rasa Insecure, Jadilah Percaya Diri!
Pastinya, ada fase dimana kamu ngerasa nggak pede gara-gara si A, si B, si C udah sukses, penampilannya lebih menarik, pacarnya lebih cantik atau ganteng, dan lain-lain, kan? Ngerasa nggak, sih, makin kamu terjebak dalam perasaan itu, kamu malah menjadi serba kekurangan dan insecure. Kamu tidak akan bisa menghargai diri sendiri jika masih membandingkan penampilan kamu dengan orang lain.
Daripada kamu minder terus sama orang lain, mendingan mulai memperbaiki diri sendiri dan membangun self-esteem. Lama kelamaan, bukan hanya kamu yang merasa feeling better, tapi juga orang-orang di sekitar kamu. Mereka akan menerima kamu karena kamu sudah berhasil menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri.
5. Jaga Semangat dengan Sikap Positif
Tentunya, kamu ingin seluruh rangkaian rutinitas atau pekerjaanmu bisa terselesaikan dengan baik, bukan? Riset Sallas-Valina (2020) membuktikan bahwa kunci dari produktivitas kerja yang baik adalah kebahagiaan, lho, Guys!
Kenapa demikian? Karena bila kamu bersikap positif selama menjalani rutinitas, kamu tidak hanya membantu mood kamu menjadi baik, namun juga meningkatkan komunikasi dengan rekan kerja sehingga lingkungan kerjamu juga akan tertular positive vibes.
Sebaliknya, jika kamu menjalani rutinitas dengan terjebak pada pikiran negatif, kamu akan cepat merasa lelah dan akhirnya malah jadi malas-malasan. Orang-orang pun bakal males banget buat bergaul sama kamu.
Membangun sikap psoitif bisa dimulai dari hal-hal kecil, lho! Salah satu tips yang efektif dari Dr. Arlene K. Unger (2016) adalah berkunjung ke kebun, hutan, atau tempat-tempat menarik sambil memperhatikan objek-objek di sekelilingmu. Lho, apa hubungannya sama sikap positif? Jangan salah, bersikap positif juga bisa dilakukan dengan mengapresiasi keunikan benda-benda, tumbuhan, atau hewan yang kamu temui. Selain melatih fokus, latihan ini juga bisa jadi cara kamu untuk lebih mindful dengan hal-hal yang kamu rasakan pada saat itu.
Kalau sikapmu sudah positif sama lingkungan, kamu akan melakukan hal yang sama kepada dirimu sendiri!
6. Hindari Toxic People
Lingkungan pergaulan atau pekerjaan memiliki pengaruh yang besar untuk membentuk diri kamu sebagaimana mestinya. Jangan sampai kamu terjebak dalam toxic friendship yang isinya hanya memberikan dampak buruk buat kesehatan mentalmu. Bukannya produktif, kamu malah jadi stres jika terus menerus bersama orang-orang seperti itu.
Carilah circle pertemanan yang memiliki dampak baik bagi kamu supaya bisa berkembang dalam mencapai kesuksesaan dan kebahagian dalam hidup. Eits, tapi ingat, ya! Kamu juga harus bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan mereka agar bisa saling melengkapi.
7. Menerima Kritik Secara Bijak
Tidak hanya kamu, semua orang juga memiliki kekurangan pada diri sendiri. Justru berawal dari kekurangan itulah, setiap orang akan memberimu masukan berupa kritik atau saran. Seseorang bisa saja memberi kritikan yang membangun, tetapi ada juga yang ingin menjatuhkanmu.
Barbara Greenberg, kontributor Psychology Today, menyatakan bahwa menghadapi kiritik harus dengan pikiran yang tenang, mendengarkan aktif, dan jangan asal merespon. Kamu cukup mengambil kritikan yang bersifat membangun demi mengevaluasi dan melengkapi kekurangan. Hiraukan kritikan yang menjatuhkan diri kamu. Karena kamu tidak akan menjadi lebih baik apabila menerima kritikan yang memiliki dampak buruk.
Kualitas hidup yang baik ditentukan berawal dari bagaimana kamu bisa menghargai diri sendiri pada setiap momen hidup. Seberapa besar atau kecil tindakan yang kamu lakukan, pasti ada manfaat yang dihasilkan bagi diri sendiri atau orang lain, entah kamu menyaksikannya atau tidak.
Sudahkah Kamu Menyayangi Diri Sendiri?
Nah, demikianlah, Riliv berharap ada manfaatnya buat kamu setelah membaca uraian di atas. Kalau artikel ini masih nggak mempan, ingatlah bahwa kamu adalah orang istimewa dan unik, dan kamu punya petualangan sendiri untuk dituntaskan.
Yuk, bantu dirimu mengembangkan dalam menemukan jati diri didampingi psikolog profesional dari Riliv!
Referensi:
- Greenberg, B. (2018). 8 Secrets to Handling Criticism Well. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-teen-doctor/201811/8-secrets-to-handling-criticism-well
- McLeod, S. A. (2014). Carl Rogers. Retrieved from Simply Psychology: www.simplypsychology.org/carl-rogers.html
- Salas-Vallina, A., Pozo-Hidalgo, M., & Gil-Monte, P. R. (2020). Are Happy Workers More Productive? The Mediating Role of Service-Skill Use. Frontiers in psychology, 11, 456. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00456
- Sansone, R. A., & Sansone, L. A. (2010). Gratitude and well being: the benefits of appreciation. Psychiatry (Edgmont (Pa. : Township)), 7(11), 18–22.
- Straume, L.V., Vittersø, J. (2017). Fully Functioning Person. In: Zeigler-Hill, V., Shackelford, T. (eds) Encyclopedia of Personality and Individual Differences. Berlin: Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-28099-8_1469-1
- Unger, A. K. (2016).