Mitos keluarga bahagia – Hello Ayah dan Bunda! Menurut Anda, keluarga yang bahagia itu keluarga yang seperti apa sih?
Apakah keluarga yang selalu akur dan terlihat baik-baik saja? Atau keluarga yang sering membagikan kebersamaannya di media sosial?
Apakah untuk menjadi keluarga bahagia, pasangan suami istri harus dikaruniai anak? Atau apakah jumlah anak berpengaruh terhadap besarnya kebahagiaan yang keluarga Anda rasakan?
Atau apakah uang bisa menjamin kebahagiaan keluarga Anda?
Nah, sebenarnya keluarga bahagia itu tidak bisa diukur dari banyaknya foto keluarga yang dibagikan di media sosial atau dari tingkat kekayaan yang dimiliki keluarga. Kalau Ayah dan Bunda termasuk yang percaya keluarga bahagia itu ditentukan dari kekayaan ataupun momen yang dibagikan di media sosial, maka Anda sudah termakan mitos keluarga bahagia nih!
Sebenarnya selain 2 hal yang telah disebutkan sebelumnya, ada banyak mitos keluarga bahagia lain yang banyak dipercaya oleh masyarakat bahkan juga sering dijadikan patokan untuk membentuk keluarga bahagia. Kira-kira ada apa saja ya?
1. Pernikahan harus dikaruniai anak
Mungkin Anda sudah tidak asing dengan ungkapan,
‘Banyak anak banyak rezeki’
Berawal dari ungkapan ini, memiliki anak menjadi suatu keharusan dan standar untuk membentuk keluarga bahagia. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang mengatakan kalau semakin banyak anak, maka keluarga Anda akan semakin bahagia karena jumlah anak melambangkan jumlah rezeki yang akan keluarga Anda dapatkan.
Sebenarnya, jumlah anak atau kehadiran anak tidak selalu memengaruhi kebahagiaan pernikahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gilang Nurul Hairunisa dari Universitas Padjajaran, kebahagiaan keluarga karena kehadiran anak dan jumlah anak, tergantung pada kondisi sosial ekonomi dari pasangan atau orang tua anak. Semakin banyak anak bisa meningkatkan kesejahteraan, kepuasan, dan juga kebahagiaan jika Anda atau keluarga memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang baik.
Sudah siapkah Anda memiliki anak?
Selain itu, untuk memiliki dan membesarkan anak membutuhkan banyak persiapan. Mulai dari siap fisik dan mental untuk menjadi orang tua, siap secara ekonomi untuk membiayai keperluan anak karena biaya pendidikan dan kesehatan tidaklah murah, serta siap dari segi ilmu untuk mendidik dan membimbing anak.
Makanya, Anda tidak perlu terburu-buru memiliki anak karena terus didesak oleh keluarga besar atau karena takut dengan stigma masyarakat. Ingat! Kalau Anda yang paling tahu kondisi dan kesiapan untuk memiliki anak. Pernikahan dan keluarga Anda tetap bisa bahagia walaupun Anda belum dikaruniai anak.
2. Keluarga yang bahagia tidak pernah mendapatkan masalah
Jika Anda termasuk orang yang percaya kalau keluarga bahagia adalah keluarga yang tidak pernah punya masalah atau tidak pernah berantem maka Anda sudah percaya mitos! Sejujurnya, seluruh keluarga di dunia ini pasti pernah mengalami konflik, diterpa masalah, bertengkar, mengalami salah paham, dan kejadian-kejadian lain yang terasa kurang menyenangkan.
Konflik di keluarga merupakan suatu hal yang wajar karena walaupun Anda satu keluarga, orang-orang yang ada dalam keluarga Anda memiliki karakter, sifat, kepribadian, nilai, dan sudut pandang yang berbeda-beda. Makanya, terkadang terjadi salah paham, adu mulut, atau mungkin merasa marah dan sedih dengan perlakuan anggota keluarga lainnya.
Cara meredakan konflik
Makanya, dari pada mengharapkan tidak pernah ada konflik di keluarga Anda, yang bisa Anda lakukan adalah belajar memberikan sikap atau respon yang bisa meredakan dan mencegah konflik semakin membesar dan berkepanjangan.
Apa yang bisa Anda lakukan?
- Biarkan suasana mereda terlebih dahulu, baru pertemukan dan ajak bicara anggota keluarga yang terlibat konflik.
- Coba minta masing-masing anggota keluarga yang terlibat konflik untuk menceritakan apa yang terjadi tanpa menghakimi cerita dan perasaan mereka. Tujuan dari proses ini adalah agar semua orang bisa saling mengerti keadaan masing-masing dan tahu penyebab munculnya konflik.
- Cari solusi yang bisa mewakili semua orang. Dengan begitu, tidak ada yang merasa diabaikan pendapatnya.
3. Segalanya bisa diselesaikan dengan uang
Hayo, siapa yang bilang kalau uang bisa menjamin kebahagiaan keluarga? Ini hanya mitos! Wahai Ayah dan Bunda, sesungguhnya kebahagiaan keluarga tidak bisa dibeli dengan uang.
Mungkin Anda akan menjawab,
‘Tapikan uang adalah sumber kehidupan. Agar anak bisa sekolah di tempat yang bagus, makan makanan enak, jalan-jalan, beli mainan, dan beli baju baru, ini semua butuh uang.’
Tapi.. apakah keluarga Anda hanya menginginkan baju baru, laptop baru, mobil baru, dan segala hal yang bisa dibeli dengan uang?
Padahal dibandingkan uang, waktu yang Anda luangkan, perhatian dan kasih sayang Anda jauh lebih berharga. Makanya, uang bukan kunci kebahagiaan keluarga Anda. Perhatian dan cinta kasih Anda yang tuluslah yang bisa membuat keluarga Anda lebih bahagia dan harmonis.
4. Menjadikan kehidupan keluarga orang lain acuan kebahagiaan
Menjadikan kehidupan keluarga orang lain sebagai contoh untuk membuat keluarga bahagia adalah mitos yang berbahaya! Karena latar belakang keluarga, kebiasaan, nilai, dan kepribadian anggota keluarga Anda berbeda dengan keluarga yang Anda jadikan acuan.
Jika Anda terlalu memaksakan keluarga Anda harus memiliki kebiasaan atau perilaku yang sama dengan keluarga si B atau C, ini malah bisa membuat keluarga Anda merasa tidak nyaman dan memicu munculnya konflik di keluarga.
5. Perlunya konsultasi untuk keluarga bahagia
Nah itu dia mitos keluarga bahagia yang sering terjadi di masyarakat. Memiliki keluarga bahagia memang menjadi impian semua orang. Namun, jangan sampai Anda percaya mitos yang tidak benar yang malah membuat anggota keluarga Anda merasa tidak nyaman.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar cara membuat keluarga bahagia, Anda bisa melakukan konsultasi psikologi. Salah satu aplikasi konsultasi online yang memiliki pakar di bidang keluarga adalah Riliv. Anda bisa mengunduh aplikasi Riliv di Google Play Store atau Apple Store. Anda juga bisa mengunjungi website Riliv untuk informasi lebih lanjut seputar konsultasi psikologi online dan meditasi online.
Referensi:
- Hairunisa, G. N. (2021). Pengaruh Kehadiran Anak dan Jumlah Anak terhadap Kebahagiaan Orang Tua. Martabat Jurnal Perempuan dan Anak Vol 5 No 1. https://doi.org/10.21274/martabat.2021.5.1.127-152.
- Mardiyan, R., & Kustanti, E. R. (2017). Kepuasan pernikahan pada pasangan yang belum memiliki keturunan. Jurnal Empati, 5(3), 558-565.
- Parenting Hub. (2015). The myth of the happy family. https://parentinghub.co.za/the-myth-of-the-happy-family/.
Artikel ini ditulis oleh Aufa Miladya Izzah
Baca Juga
Filosofi Stoicism: Cara Ciptakan Ruang Bahagiamu!
Begini Cara Menghadapi Orang Tua Ketika Tak Sejalan dengan Kita!