Pemicu konflik di kantor – Siapapun tentu mendambakan lingkungan kerja yang aman, menyenangkan, dan tentunya bebas dari masalah. Namun bukan tidak mungkin jika Anda dan karyawan terlibat dalam beberapa konflik.
Perbedaan akan selalu terlahir di antara mereka. Mulai dari perbedaan motivasi, kepribadian, hingga tujuan. Namun, apa yang terjadi ketika perbedaan–perbedaan tersebut saling berbenturan dan kurangnya pemahaman? Ya, konflik bisa saja terjadi.
Anda sebagai HR bisa membantu mengatasi konflik dengan mengenali 5 pemicu konflik di kantor. Riliv for Company sebagai penyedia Employee Assistance Program akan menjelaskan apa saja yang perlu Anda waspadai
1. Arahan dan ekspektasi pekerjaan yang ambigu
Ketika arahan pekerjaan yang karyawan terima masih belum begitu jelas, hal ini bisa meningkatkan stres dan memicu sebuah konflik.
Terlebih jika ekspektasi pekerjaan yang ambigu. Bisa menjadi pemicu konflik khususnya ketika tugas sudah selesai dituntaskan.
Memberi tujuan yang jelas, mengkomunikasikan ekspektasi perusahaan dengan baik, dan memberikan pembinaan dapat membuat karyawan memahami seutuhnya apa yang akan dikerjakan dan membuatnya bekerja dengan penuh percaya diri.
2. Buruknya komunikasi antar individu sering mendorong konflik di kantor
Komunikasi memegang fungsi yang sangat krusial dalam sebuah koordinasi dan penyampaian informasi di suatu perusahaan. Seseorang yang salah menyampaikan informasi, baik kepada rekan kerja, pimpinan, atau pihak luar dapat menyebabkan suatu konflik.
Kemudian, bagaimana Anda menerima dan mencerna informasi juga perlu diperhatikan. Hindari adanya penafsiran dan asumsi yang tidak logis.
Komunikasikan kepada pimpinan untuk setiap hal yang masih terasa ambigu. Pun kepada bawahan atau rekan kerja, Anda juga harus berani meluruskan hal yang masih dipertanyakan.
Konflik juga dapat berkembang ketika komunikasi tidak efektif dan suasana cepat memanas. Anda tidak perlu terpancing, cukup ditangani dengan tenang dan penuh hormat sembari berfokus pada pencarian jalan keluar dan solusi ketimbang ikut menaruh emosi juga.
3. Lingkungan kerja yang toxic dapat menurunkan motivasi dan performa bekerja
Photo by Christina on Unsplash
Produktivitas karyawan dipengaruhi oleh salah satunya bagaimana mereka merasakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain di lingkungan bekerja. Karyawan mungkin nyaman dengan pekerjaannya, namun apa jadinya bila lingkungan yang justru tidak membuat nyaman?
Distribusi pekerjaan yang tidak jelas, rekan kerja yang selalu mendominasi, hingga area bekerja yang penuh keributan boleh jadi membuat karyawan menjadi kurang termotivasi lagi dan menurun dalam segi performa.
Tentu hal tersebut akan berdampak pada perusahaan juga nantinya. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menjaga hubungan interpersonal antar tiap elemen kantor dapat membawa perusahaan pada lingkungan kerja yang sehat dan efektif.
4. Perbedaan karakteristik individu sering menjadi pemicu terbesar konflik di kantor
Perusahaan manapun berkemungkinan besar untuk menyatukan orang–orang dengan latar belakang, tingkat emosional, pengalaman, dan preferensi yang berbeda. Namun, kewajiban pekerjaan sering kali memaksa Anda untuk berinteraksi dengan orang yang mungkin tidak Anda sukai dalam bersosialisasi.
Penting bagi Anda sebagai HR untuk terus memahami dan saling menghormati setiap perbedaan yang ada demi lingkungan kerja yang sehat. Anda bisa menciptakan pedoman berinteraksi atau pelatihan softskill dalam berinteraksi.
5. Gaya kepemimpinan juga turut memicu adanya konflik, lho!
Beberapa tipe kepemimpinan mungkin sering dijumpai di kantor, seperti tegas dan keras, hangat dan berkharisma, berfokus pada tujuan ketimbang personal, kukuh pada peraturan, lepas tangan dan lain lain.
Penting Anda ketahui bahwa antara individu satu dan lainnya tentu memiliki jiwa kepemimpinan yang beda, begitu pun cara seseorang dalam merespon gaya kepemempinan tersebut.
Oleh karenanya, Anda sebagai HR perlu menerima dan memahami apapun keputusan pemimpin perusahaan. Anda sebagai pemimpin dan pengelola seharusnya dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan terhadap karakteristik karyawan–karyawan Anda.
Pun jika terjadi konflik, Anda tidak bisa memaksakan karyawan untuk segera bercerita kepada Anda sebagai HR.
Tetapi Anda bisa mengajak mereka berkonsultasi kepada psikolog atau melatih mereka agar bisa berinteraksi dengan lebih baik melalui kelas karyawan.
Riliv for Company memiliki program kerjasama Employee Assistance Program sebagai berikut:
- Konseling karyawan langsung melalui chat tanpa harus repot mengatur jadwal bertemu untuk konsultasi psikologi online
- Kelas untuk karyawan dari pakar dunia psikologi, karir, dan mindfulness untuk menemukan performa maksimal dari karyawan Anda
- Konten mindfulness berupa audio guide mindfulness content untuk menciptakan fokus dan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat
- Asesmen psikologis yang terpercaya sehingga Anda bisa memastikan masalah apa yang dihadapi untuk menentukan solusi tepat guna
- Harga terjangkau karena Anda akan langsung mendapatkan semua paket dalam harga yang masuk akal
- Produktivitas terjaga karena karyawan tidak perlu meluangkan waktu pergi atau meditasi yang lama.
Bila Anda tertarik untuk bekerjasama dengan Riliv for Company demi investasi kesehatan mental para karyawan Anda, kontak Taya – 0895-6097-98517 atau Indra 0857-8587-5736 untuk informasi lebih lengkap tentang motivasi karyawan dan peningkatan produktivitas karyawan.
Referensi:
- https://www.pon.harvard.edu/daily/conflict-resolution/types-conflict/
- https://www.vital-learning.com/blog/causes-of-workplace-conflict
- https://pollackpeacebuilding.com/blog/conflict-triggers-workplace/
- https://realbusiness.co.uk/top-10-causes-of-work-place-conflict/
- https://www.atlasstaffing.net/blog/6-common-workplace-conflicts-and-how-to-deal-with-them
Ditulis oleh Nyoman Triananda.
Baca juga:
Ada Konflik Rekan Kerja? Simak 4 Tips Mengatasi Konflik Ini!
Penyebab Burnout: Waspada Tipe Karyawan Ini Mudah Terserang!