Seberapa sering orang tuamu masuk kamarmu tanpa izin? Atau pernahkah orang tuamu memposting fotomu di sosial media tanpa izinmu? Orang tua sebetulnya perlu tahu bahwa privasi anak itu penting.
Terkadang, orang tua sering lupa kalau anak itu juga punya privasi. Masih banyak orang tua yang menganggap anak itu berada di bawah kuasanya, jadi mereka bisa melakukan apa saja. Tentunya, hal itu hanya dapat merusak hubungan orang tua dengan anak.
Untuk dapat menjaga hubungan yang baik dengan anak, di bawah ini Riliv telah memberikan beberapa hal penting tentang privasi anak yang dapat kamu simak.
Dampak fenomena oversharing terhadap privasi anak
Penggunaan sosial media telah meningkat, dan anak-anak saat ini banyak yang sudah memiliki jejak digital sedari lahir.
Fenomena oversharing oleh orang tua juga sering terjadi di sosial media. Yaitu di mana mereka terlalu banyak membagikan foto serta informasi personal dari anaknya.
Kebanyakan orang tua berniat baik ketika mereka mengunggah foto anak dan membagikan informasi pribadinya secara online. Memang, ada banyak manfaat dari online sharing. Tapi, apakah mereka tahu dan sadar betul apa yang diunggahnya tersebut dapat membahayakan anaknya?
Para peneliti di New York University mengeksplorasi bagaimana sebuah informasi yang dapat diidentifikasi secara pribadi bisa menimbulkan risiko bagi anak. Pedofil dan penculikan anak bisa menjadi contoh dampak dari oversharing oleh orang tua di sosial media.
Privasi anak itu penting, walau ia tidak memiliki kendali atas penyebaran informasi pribadinya oleh orang tuanya.
Informasi yang dibagikan di internet berpotensi untuk dapat bertahan seumur hidup. Jadi, orang tua perlu mengontrol perilakunya dengan lebih bijak dalam mengunggah foto dan informasi pribadi anaknya di sosial media.
Tapi, di bawah ini ada beberapa praktik yang dapat orang tua lakukan untuk menjaga privasi anak berdasarkan Research Paper dari University of Florida College of Law.
1. Orang tua harus membiasakan diri dengan kebijakan privasi dari sosial media yang mereka gunakan untuk berbagi
Photo by Markus Winkler from Pexels
Ada banyak sosial media yang menawarkan penggunanya untuk memilih audiens tertentu untuk setiap foto yang dibagikan. Orang tua perlu memperhatikannya untuk menjaga privasi anak.
Memahami kebijakan ini adalah langkah pertama yang penting bagi orang tua yang ingin berbagi dengan keluarga atau teman, dan membatasi audiens postingan mereka dari orang tak dikenal.
2. Untuk menjaga privasi anak, orang tua harus mempertimbangkan untuk berbagi informasi secara anonim
Terkadang, di beberapa contoh kasus, ada orang tua yang bermaksud baik saat berbagi perjuangan sakit anak mereka. Namun, biasanya mereka perlu untuk menceritakan kisahnya dengan membagikan informasi personal anak.
Nah, demi privasi anak, orang tua dapat berbagi di sosial media tanpa mengungkapkan nama asli mereka atau pun nama anak mereka.
3. Orang tua disarankan untuk menonaktifkan lokasi mereka di sosial media agar privasi anak terjaga
Photo by Kevin Paster from Pexels
Pertama, orang tua perlu memperhatikan bahwa dari seluruh audiens sosial media mereka, tidak selalu memiliki niat yang baik.
Risiko terganggunya privasi anak dapat meningkat ketika informasi pribadi yang dibagikan memiliki informasi detail tentang kehidupan anak, dan rutinitas kegiatan sehari-harinya.
Orang tua harus menonaktifkan lokasi di postingan foto mereka, dan perlu menonaktifkan GPS di handphone sebelum memposting foto atau informasi di sosial media. Itu berguna untuk menghindari peretasan data yang dapat membahayakan privasi anak.
4. Hormati privasi anak dengan meminta persetujuannya untuk mengunggah foto atau informasi tentang dirinya
Pada usia empat tahun, anak sudah memiliki kesadaran atas apa yang ia rasakan. Mereka juga sudah bisa beralasan dan mulai membandingkan dirinya dengan orang lain.
Nah, orang tua dapat mulai mengobrol dengan anak dan sebaiknya juga menanyakan kepadanya apakah ia ingin teman atau keluarga mengetahui foto, kegiatan, atau informasi dirinya. Jika anak tidak setuju, maka jangan dipaksa dan hargai keputusannya.
Dengan begitu, anak akan merasa dihargai privasinya karena orang tua tidak bersikap semena-mena terhadap keputusannya.
5. Orang tua tidak boleh membagikan foto yang memperlihatkan anak dalam kondisi tanpa pakaian
Photo by Henley Design Studio from Pexels
Orang tua tidak boleh mengunggah foto anaknya dalam keadaan tidak berpakaian sama sekali. Meskipun sebagian foto terlihat lucu, foto-foto tersebut bisa jadi sasaran bagi para pedofil.
Privasi anak akan tubuhnya perlu diperhatikan dengan baik oleh orang tua, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
6. Orang tua harus mempertimbangkan pengaruh sharing di sosial media terhadap well-being anaknya di masa depan
Yang harus diingat juga oleh orang tua adalah bahwa suatu saat nanti, anak dapat menemukan jejak digitalnya tersebut. Meskipun terdapat postingan yang dihapus, tapi bisa saja foto tersebut sudah ada yang menyimpan sebelumnya.
Orang tua pun harus mempertimbangkan keseluruhan efek dari sharing pada perkembangan psikologis anak. Selain mengganggu privasi anak, oversharing ini juga dapat menimbulkan masalah bagi reputasi anak di masa depan.
Dari keseluruhan informasi di atas, jika orang tua masih memiliki keraguan atau kebingungan dalam menerapkannya, bisa langsung konsultasi juga dengan Riliv.
Nah, pada intinya, kalau orang tua bisa belajar untuk menghormati privasi anak, maka anak pun akan belajar untuk menghormati orangtuanya.
Referensi:
- Bahareh Ebadifar Keith, D. M., & Steinberg, S. (2017). Parental Sharing on the Internet Child Privacy in the Age of Social Media and the Pediatrician’s Role. JAMA Pediatrics, 413-414.
- Gligorijevic, J. (2019). Children’s Privacy: The Role of Parental Control and Consent. Human Rights Law Review, 201-229.
- Steinberg, S. (2016). Sharenting: Children’s Privacy in the Age of Social Media. Emory Law Journal, 840-884.