Sandwich Generation – Kamu pasti tidak asing dengan istilah yang satu ini. Banyak sekali akun media sosial khususnya berkaitan dengan finansial yang membahas tentang kemungkinan kamu menjadi generasi sandwich dan juga bahayanya untuk keuangan kamu.
Tapi, apakah kamu tahu bahwa kondisi ini juga sangat berisiko terhadap kesehatan mental sebagai tulang punggung keluarga?
Dear sandwich generation, kencangkan sabukmu dan mari mengenali potensi risiko dan juga cara pengelolaan stresnya.
Mengenal Generasi Sandwich
Istilah ini mengacu pada individu berusia pertengahan dewasa yang bertanggungjawab untuk mengelola kehidupan dua keluarga, yakni keluarganya sendiri (pasangan dan anak) serta orang tua dari salah satu pasangan (atau bahkan keduanya).
Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan angka demografi pada abad ke-21 sehingga fenomena ini menyebabkan konflik dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi!
Menariknya, fenomena ini ternyata sudah ada sejak tahun 1990. Namun di Indonesia sendiri tampaknya baru mulai kentara pada beberapa tahun ini.
Apalagi ketika Indonesia sudah mulai membuka diri dengan gaya hidup wanita karir, sehingga para istri pun juga mendapat ‘beban’ untuk membiayai orang tua meskipun sudah berkeluarga.
Data menunjukkan bahwa para wanita generasi sandwich di Indonesia mencapai 6.42% dari 7/009 rumah tangga dan 10.9-11.3% di antaranya merupakan wanita karir.
Menariknya, fenomena ini bukan hanya terbatas pada definisi finansial saja, tetapi juga caretaking atau perawatan kesehatan para orang tua.
Penyebabnya Apa Sih?
Tentunya, salah satu penyebab utama fenomena ini adalah ledakan penduduk yang meningkat di abad 21.
Selain itu, adanya prinsip bahwa orang tua akan diasuh oleh anaknya kembali saat sudah lansia, menjadi salah satu penyebab yang mengharuskan generasi sandwich untuk membiayai baik orang tua maupun keluarga sendiri.
Menurut Jeff Hoyt, pakar keuangan di SeniorLiving.org, hal ini juga diperkuat berdasarkan realita bahwa banyak anak yang sudah dewasa dan menyelesaikan kuliah masih tinggal, dan menggantungkan dana finansial kepada orang tuanya. Sehingga mereka seperti punya kewajiban untuk membayarnya.
Jika ditinjau dari segi sistem, maka kurangnya layanan lansia dan juga aksesibilitas lansia agar bisa mandiri tentunya sangat mendorong orang tua untuk bergantung pada anak.
Tingginya Stres Para Sandwich Generation, Khususnya Wanita
Bukan hanya secara finansial, tetapi merawat orang tua dan anak sekaligus merupakan dua beban tanggung jawab yang sangat berat.
Tidak heran bila kondisi ini tentunya menjadi penyebab stres atau stressor terbesar dalam hidup individu khususnya yang sudah menikah.
Belum lagi jika orang tua terlibat dalam pengasuhan keluarga yang menyebabkan terjadinya konflik. Pada usia 21-44 tahun, individu akan sering berkonflik dengan orang tua karena perbedaan pengetahuan, kesenjangan emosional, serta self control.
Para wanita karir sering terbebani dengan ekspektasi bahwa mereka harus bekerja demi orang tua mereka sekaligus merawat para anak-anaknya.
Wawancara ilmiah dengan para generasi sandwich khususnya wanita karir menunjukkan bahwa mereka lelah secara fisik, stres, tekanan dari orang tua lansia untuk merawat anak serta tekanan kantor, rentan sakit, mudah khawatir dengan gaya pengasuhan, dan juga putus asa.
Hal ini dikarenakan usai bekerja, wanita dihadapkan dengan keluarga di rumah yang menunggu untuk diasuh.
Untuk Kamu, Ini Ada Beberapa Tips Untuk Menghadapinya!
Menjadi tulang punggung dua generasi bukanlah hal mudah. Ada beberapa cara yang bisa kamu ikuti untuk menjaga ‘kewarasan’ dan juga bertahan sembari menemukan jalan keluarnya.
Kamu Tidak Harus Melakukan Semuanya
Seringkali kamu mungkin terbebani dengan “Aku harus melakukan semuanya”. Mulai dari memuaskan keluarga inti hingga orang tua.
Kamu bisa berdiskusi dengan anggota keluarga seperti pasangan atau anak untuk membantu kamu mengurangi beberapa tuntutan tersebut.
Misalkan, meminta anak untuk mengonsumsi apapun yang sudah dimasak di meja atau menyiapkan makanan lain untuk masak secara mandiri.
Bagaimana pun, mengajak anggota lain untuk bertanggung jawab adalah bentuk kasih sayang yang luar biasa, kok!
Self Care Itu Penting!
Sangat sering ditemui bahwa kamu mungkin lupa untuk memprioritaskan dirimu.
Ibarat seorang dokter, bagaimana kamu bisa merawat orang lain jika kamu sedang sakit.
Apalagi generasi sandwich sangat rentan dengan kecemasan akibat tuntutan banyak pihak.
Mulai dari membaca buku, menelfon teman, atau memiliki kegiatan rutin mingguan akan sangat membantu kamu, loh!
Cobalah Untuk Menggali Apa yang Bisa Anggota Keluarga Lain Lakukan
Jika kamu memiliki keluarga seperti saudara jauh, cobalah untuk berbagi tugas dalam pengasuhan orang tua kamu.
Mungkin mereka bisa membantu secara finansial atau cek kesehatan rutin bulanan.
Tetap Berkumpul dengan Teman-temanmu
Jangan sampai merawat dua generasi justru membuatmu melupakan kehidupan. Berkumpullah dengan teman-teman yang bisa membuat kehidupanmu lebih baik!
Kamu tetap perlu menjadi seorang individu yang memiliki kehidupan layaknya teman-temanmu yang lainnya, kok!
Jangan Ragu, Hubungi Psikolog Sekarang untuk Menghentikan Perasaan Tidak Nyaman Itu!
Tentunya jika gejala kecemasan atau pun mood yang tidak kunjung membaik, kamu harus mengonsultasikannya dengan psikolog.
Psikolog mungkin tidak akan membuatmu lepas dari generasi sandwich, tapi psikolog bisa membantumu melihat perspektif lain agar tidak termakan oleh tuntutan maupun stres yang membayangimu.
Psikolog juga akan memberikan tips untuk menghadapi stres secara mandiri, sehingga kamu bisa terus menjalani hari dan siap dengan segala tantangan di depan.
Sumber:
- https://www.aplaceformom.com/caregiver-resources/articles/what-is-the-sandwich-generation
- https://www.seniorliving.org/caregiving/sandwich-generation/
- https://www.pewresearch.org/social-trends/2013/01/30/the-sandwich-generation/
- http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jssp/article/view/11547/4762