Bertengkar dengan Orangtua – Apakah ada diantara anak yang sedang masuk dalam fase remaja tidak pernah bertengkar dengan orangtua? Apakah kalimat, “Dulu waktu jamannya papa ……” , “Waktu kakek masih ada, mama selalu disuruh gini …” atau mungkin “Papa dulu gak bisa masuk Fakultas Kedokteran, sekarang ada kesempatan nak, kamu gak mau?” terkadang lewat saat keluarga kalian berbincang? Setiap keluarga pasti pernah mengalami konflik antara anak usia remaja dan orangtua. Menurut Lisa Damour, seorang psikolog remaja, konflik seringkali terjadi karena ada batasan wilayah antara remaja dan orangtua.
Tugas perekembangan orangtua dan remaja memang berbeda. Remaja usia 15-20 tahun memiliki berada dalam tahap identity vs role confusion, yaitu ketika mereka mencari jati diri dan mengalami kebingungan peran. Dari anak-anak yang selalu dilindungi, perlahan menjadi individu dewasa yang mandiri dan masuk ke masyarakat. Sebaliknya, orangtua usia 40-65 tahun termasuk kategori dewasa madya dan berada dalam tahap generativity vs stagnation. Salah satu tugasnya adalah mengembangkan warisan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya dan membimbing generasi yang lebih muda. Tidak heran apabila remaja dikatakan belum stabil dan orangtua dicap suka menyuruh, karena itu tahapan tugas remaja dan orangtua dalam teori psikologi.
Survei dari London menemukan bahwa dari 3.000 keluarga cenderung bertengkar 3 kali sehari dengan rata-rata selama 15 menit. Sama dengan 96 jam per tahun untuk bertengkar! Yakin masih ingin menghabiskan 4 dari 365 hari untuk bertengkar dengan orangtua? Simak 3 tips di bawah ini:
Bertengkar dengan orangtua bisa dihadapi dengan duduk bersama dan membahas masalahnya
Masalah yang dihindari tidak akan selesai dengan sendirinya. Sebagai individu yang belajar dewasa, kita harus belajar membuat kompromi dengan orangtua. Konflik antara remaja dan orangtua lebih banyak bersumber dari makian, selaan dan merendahkan opini satu sama lain. Oleh karena itu, kita harus sepakat dengan orangtua bagaimana diskusi berjalan. Contohnya, memperhatikan dengan seksama tanpa main gadget, memberikan kata-kata positif terlebih dahulu baru memberi kritik, dan menghindari nada tinggi.
Baca Juga: Kenali Penyebab Fear of Intimacy!
Fokus pada keburukannya justru membuatmu sering bertengkar dengan orangtua
Hindari membuat orangtua merasa bersalah dengan hal-hal diluar masalah. Fokus pada penyelesaian akan mempercepat hubungan damai kalian karena tidak ada lagi masalah diantara kalian yang mengganjal.
Melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang mereka
Kita harus belajar untuk melihat masalah dari kacamata orang lain. Remaja harus belajar meredam harapan bahwa keputusan mereka adalah keputusan yang terbaik. Belajarlah untuk melihat dari berbagai sebelum membuat keputusan. Terlebih keputusan-keputusan yang berkaitan dengan harapan orangtua. Bila kamu kesulitan untuk memahami jalan berpikir mereka, cobalah menghubungi orangtua yang lebih ahli. Kamu bisa menghubungi aplikasi curhat online Riliv untuk melakukan konsultasi psikologi tanpa harus menunggu pergi mengunjungi unit psikologi. Lebih mudah dan lebih murah, tidak ada lagi alasan untuk tidak memahami orangtua.
Itu dia tips dari Riliv buat kamu berdamai dengan orangtua. Separah apapun konflik yang terjadi antara kamu dan orangtua, berusahalah untuk terlihat tenang. Semakin kamu meledak-ledak, semakin kamu terlihat tidak siap menjadi dewasa atau belum matang. Masih mau dianggap anak-anak? Pasti enggak kan. So, jalinlah hubungan antara kamu dengan orangtua yang hangat dan nyaman. Karena setelah kamu dewasa nanti, kamu pasti merindukan masa-masa ini. Home is not a building, it’s a feeling. Will you stay at room full of anger?
Referensi
- Damour, L. (2016, Maret 16). Well-Adolesence. Retrieved from The New York Times: well.blogs.nytimes.com
- Santrock, J. W. (2013). Life-Span Development 13th Edition. New York: McGraw-Hill Higher Education.
Sugiyatno. (2009). Strategi Menghadapi Konflik Emosioanl. Paradigma No. 08 Th. IV, 93-108.
Aurelia Dias, still trying to be fearless in the pursuit of what sets her soul on fire. She likes to have a deep talk with random person through IG especially about healthy life.
Baca juga:
Yuk Kenalan Sama 9 Proses Rekrutmen Karyawan!