Tidak diragukan lagi jika karya-karya Stan Lee selalu berhasil memukau para penikmatnya. Setiap seri dari cerita tentang pahlawan super yang ia ciptakan terus mendulang animo positif dari masyarakat. Banyak yang menjadikan Stan Lee sebagai panutan dalam menjalani kehidupan karena melalui karyanya, ia berusaha untuk memberi pesan pada masyarakat luas dalam menjalani kehidupan. Nah, sebagai kaum millenials, kamu juga bisa mengambil pelajaran dari Stan Lee, lho!
Berani untuk menjadi berbeda yang membuat Stan Lee sebagai panutan
Di masa ini, kita dituntut untuk bisa membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain. Jauh sebelum itu, Stan Lee sudah melakukannya terlebih dahulu ketika ia bekerja di Timely Publication milik Martin Goodman, suami dari saudara sepupunya. Kejenuhan akibat sikap Martin yang selalu meniru apa yang dilakukan perusahaan lain membuatnya ingin menciptakan sesuatu yang berbeda namun tetap sesuai dengan dirinya.
Berkat dorongan dari sang istri, Lee berhasil membuktikan diri tanpa harus meniru orang lain. Dengan komik berjudul Fantastic Four, ia menciptakan konsep baru dalam dunia komik di era 1960an. Ketika yang lain menceritakan para pahlawan dengan segala kelebihannya, Lee membuat tokoh pahlawan super seperti manusia biasa lainnya yang juga memiliki masalah pribadi dan kekurangan. Konsep tersebut lantas menciptakan suasana baru untuk khalayak umum hingga akhirnya karya Lee laku keras di pasaran.
Pahami kekurangan dalam diri
Berbagai karakter pahlawan super yang diciptakan dapat membuktikan bahwa Stan Lee sebagai panutan berusaha untuk menunjukkan bahwa kata ‘sempurna’ tidak bisa disematkan pada manusia, karena tidak ada manusia yang tidak memiliki kekurangan.
Lee mengajak para penikmat karyanya untuk melihat kekurangan sebagai sesuatu yang harus dipahami bukan diratapi. Semua pahlawan super ciptaannya memiliki kekurangan, baik fisik yang tidak sempurna atau kehidupan pribadi yang menegangkan seperti pada Daredevil yang buta dan Spider-Man yang kerap dijadikan target bullying atau perundungan. Namun, di atas kekurangan tersebut, mereka justru bisa menjadi pahlawan yang bisa menolong banyak orang.
Keterbatasan adalah kekuatan yang sebenarnya
Stan Lee menciptakan tokoh pahlawan super untuk mengajarkan bagaimana mempertahankan rasa percaya diri ditengah keterbatasan yang kita miliki. Ia mencoba meyakinkan bahwa keterbatasan adalah sumber dari segala kekuatan, seperti yang ia ceritakan melalui Daredevil.
Daredevil atau Matt Murdock harus kehilangan indera penglihatannya karena efek dari radioaktif. Ketika matanya tidak lagi berfungsi, pendengarannya justru memiliki ketajaman yang luar biasa dan kekuatannya pun kiat meningkat. Tidak lantas menyerah akan hidupnya, ia malah berhasil menjadi sosok pahlawan yang bisa membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk memberi manfaat bagi orang lain.
Di era millenials, bukan lagi saatnya untuk menjadikan keterbatasan sebagai alasan untuk hanya berdiam diri. Kita tetap bisa berkarya dan menginspirasi, seperti atlet penyandang disabilitas yang tetap bisa mengharumkan nama bangsa.
Senantiasa memperbarui informasi tentang lingkungan sekitar
Terkadang persoalan yang sedang terjadi mungkin tidak masuk akal hingga membuat kita enggan untuk mengulik lebih dalam. Namun sebenarnya, dengan lebih peka terhadap isu yang sedang berkembang, kita bisa terhindar dari kesalahpahaman dan bisa membantu kita dalam menentukan sikap yang tepat.
Stan Lee sebagai panutan pun mengajak kita untuk lebih peduli dengan topik yang sedang hangat diperbincangkan. X-Men misalnya, dibuat sebagai cerminan dari perjuangan dalam mencapai hak-hak sipil di masa itu. Di seri berikutnya, di masa yang berbeda dengan isu yang berbeda pula, X-Men menjadi pahlawan super yang merepresentasikan prinsip kesetaraan dan keadilan untuk komunitas LGBT.
Kekuasaan selalu diiringi dengan tanggung jawab
Ungkapan noblesse oblige yang berarti bahwa seseorang dengan kekuasaan dan kekuatan lebih juga memiliki tanggung jawab yang lebih, tampaknya tidak lagi dihiraukan oleh para petinggi negara yang banyak terjerat kasus korupsi. Kekuasaan yang mereka miliki membuat mereka lupa akan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat dan justru menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi.
Stan Lee sebagai panutan mencoba untuk mengingatkan masyarakat tentang noblesse oblige melalui Spider-Man. Peter Parker sebagai Spider-Man pernah menjadi sangat egois dengan menyalahgunakan kekuatannya untuk tidak menolong orang lain. Akibatnya ia harus menerima kenyataan bahwa orang terkasihnya, Paman Ben, tewas. Sejak saat itu ia mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang lain karena ia selalu ingat bahwa ia mendapat kekuatan sekaligus tanggung jawab lebih.
Perbedaan bukan alasan untuk perpecahan
Upayanya dalam menghentikan rasisme membuktikan bahwa Stan Lee sebagai panutan berusaha untuk menciptakan dunia yang damai. Hal tersebut bisa dilihat pada karyanya yang berjudul Black Panther. Dengan menceritakan orang kulit hitam sebagai pahlawan super, ia ingin membuktikan bahwa ras bukanlah penghalang untuk menjadi pahlawan.
Lee membuktikan bahwa dengan tidak adanya rasisme, Wakanda yang merupakan tempat tinggal Black Panther menjadi sebuah negara dengan ilmu pengetahuan yang maju dan teknologi yang luar biasa. Peran Stan Lee sebagai panutan adalah membuat masyarakat sadar bahwa dengan menghindari hal-hal negatif termasuk rasisme, maka akan tercipta sebuah dunia yang damai dan sejahtera.
—
Garis besar yang dapat kita ambil dari sosok Stan Lee adalah bagaimana kita bisa menjalani kehidupan tanpa takut melakukan sesuatu yang sesuai dengan diri kita, senantiasa bersyukur, percaya diri, penuh tanggung jawab, peduli dan saling mengasihi. Ia juga berusaha untuk menunjukkan bahwa semua orang bisa menjadi pahlawan dengan segala kekurangannya. Stan Lee memang telah tiada, namun karya-karyanya akan tetap abadi untuk mendampingi kita dan generasi-generasi berikutnya. Terima kasih, Stan Lee!
Disadur dari:
- https://www.inc.com/sean-wise/5-things-stan-lee-taught-me-about-life-business.html
- https://www.forbes.com/sites/jeffewing/2018/11/13/what-we-can-learn-from-stan-lee/#bbfd21c1d396
Translated and modified by Isti Zharfiesyah Putri. Amazed by the reflection of light on a river.
Discussion about this post