Akrofobia adalah kondisi dimana seseorang memiliki rasa takut pada ketinggian. Fobia ini menyebabkan penderitanya takut akan berbagai hal yang berkaitan dengan jarak jauh dari tanah.
Bergantung pada tingkat keparahan fobia, seseorang mungkin takut berada di lantai tinggi sebuah bangunan, tempat wisata yang berada di ketinggian, atau area bermain yang membawa seseorang berada pada puncak yang tinggi.
Di artikel Riliv kali ini, kami akan membahas apa saja yang perlu diketahui mengenai takut ketinggian atau akrofobia. Simak yuk, Dear!
Gejala takut ketinggian
Secara fisik maupun emosional, gejala dari akrofobia ini sebenarnya hampir mirip dengan gejala fobia lain. Berikut akan dipaparkan secara lebih rinci mengenai respon fisik dan emosional yang dirasakan pengidap akrofobia.
Gejala fisik
Pengidap takut ketinggian akan merasakan gemetaran, berkeringat, jantung yang berdetak tidak beraturan, bahkan terisak atau menangis ketika sedang berada pada ketinggian. Saking takutnya, sebagian orang justru merasa sulit untuk berfikir dan bisa lumpuh sesaat, lho!
Gejala emosional
Secara emosional, pengidap takut ketinggian merasa panik jika berada di puncak, yang berarti gedung atau tempat-tempat yang berada di ketinggian.
Mereka akan mulai kehilangan keseimbangan pada tubuhnya sehingga memungkinkan mereka untuk mencari suatu pijakan yang kokoh untuk bertumpu jika keadaan ini terjadi, atau segera ambil tindakan untuk turun dari ketinggian atau merangkak.
Pemicu kecemasan takut ketinggian dan apa yang dihindari
Jika kamu mengalami akrofobia, kamu akan menghindari suatu kondisi yang memungkinkanmu menghabiskan waktu lama di tempat yang tinggi.
Misalnya, kamu akan terus memikirkan rencana destinasi tempat liburan dan menghindari tempat-tempat yang tinggi. Bisa juga kamu menunda pembangunan rumah hanya karena tidak ingin menggunakan tangga. Atau menghindari mengunjungi rumah teman jika mereka memiliki balkon atau jendela di lantai atas.
Penyebab takut ketinggian
Penelitian menyebutkan bahwa rasa takut yang disebabkan oleh ketinggian yang masih dalam taraf normal adalah hal yang wajar. Karena hal ini tidak hanya dialami oleh manusia, namun hewan juga merasakannya.
Seperti fobia lain pada umumnya, akrofobia dapat disebabkan oleh rasa takut berlebihan yang disebabkan oleh ketinggian. Trauma yang dialami di masa lalu juga dapat menyebabkan timbulnya fobia ini. Tidak hanya itu, akrofobia juga ternyata bisa diturunkan dari sifat genetik, lho!
Apa risiko yang akan dihadapi oleh penderita akrofobia?
Risiko yang dialami oleh penderita takut ketinggian adalah keterbatasan yang menghalangi hidupnya dari berbagai aktivitas yang melibatkan situasi pada ketinggian.
Namun, yang paling berbahaya adalah jika rasa takutnya itu mengundang serangan panik secara tiba-tiba, sehingga mensugesti tubuhnya untuk melakukan hal-hal yang berbahaya dan tidak aman dan mencelakakan diri sendiri.
Penanganan yang dapat dilakukan
Jika kamu memiliki gejala-gejala akrofobia yang sudah mulai mengganggu, segeralah menemui dokter atau profesional untuk mendapatkan bantuan dan penanganan yang tepat. Penanganan akrofobia dapat meliputi:
Psikoterapi: Terapi perilaku kognitif, atau yang lebih dikenal sebagai cognitive-behavioral therapy (CBT), merupakan pengobatan utama yang dapat dijadikan pilihan untuk menangani fobia.
Dalam terapi ini, dilakukan teknik yang memaparkan pengidap pada situasi yang ditakuti, baik secara bertahap atau dengan cepat. Selain itu, pengidap diajarkan cara untuk menghentikan reaksi panik dan mengendalikan emosi.
Paparan (exposure): Secara tradisional, pemaparan terhadap objek sumber ketakutan adalah solusi yang paling umum. Memiliki kemiripan dengan CBT, exposure berbeda dari segi pendamping. Exposure tidak memerlukan tenaga khusus atau ahli yang profesional untuk membimbing pengidap dalam pemaparan pada objek fobia, jadi pengidap dapat melakukannya sendiri.
Metode ini tentunya lebih terjangkau dari CBT. Namun tetap perhatikan risikonya ya, Dear. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika rasa takut yang datang tiba-tiba mengundang serangan panik, pengidap berisiko melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri.
Pengobatan: Kadang-kadang, obat penenang atau beta-blocker dapat digunakan untuk bantuan jangka pendek dalam situasi tertentu. Hal ini membantu menghilangkan kepanikan dan kecemasan yang dirasakan.
Sebuah studi pada 2012 menemukan bahwa menggunakan obat secara bersamaan dengan terapi perilaku kognitif dapat membuahkan dan meningkatkan hasil. Namun, para peneliti mengatakan bahwa butuh waktu yang lama untuk perawatan jika hanya mengandalkan obat penenang.
Fun fact: Siapa selebritis yang mengidap takut ketinggian?
Tahukan kamu bahwa perancang Eiffel Tower, Gustave Eiffel, sebenarnya justru mengidap akrofobia? Begitu pula dengan rock star Sheryl Crow dan aktor-sutradara Woody Allen, mereka juga diduga mengidap akrofobia.
Woody Allen bahkan menjadi selebritis yang memiliki fobia paling banyak karena ia juga mengaku takut terhadap serangga, anjing, terserang penyakit tertentu, mandi dengan lubang pembuangan di tengah-tengah (seperti bath tub), ruangan kecil dan orang banyak.
–
Seperti itulah hal-hal dasar yang perlu diketahui mengenai akrofobia atau takut ketinggian. Apakah kamu salah satu yang mengidap fobia ini? Jangan ragu untuk menemui ahli yang profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat jika kamu mulai merasa memiliki gejala akrofobia ya, Dear. Kamu bisa membaca cara mengatasi fobia dengan praktis disini.
Semoga artikel ini membantu!
Disadur dari:
- https://www.fearof.net/surprising-celebrity-phobias-that-famous-people-have/
- https://www.verywellmind.com/acrophobia-fear-of-heights-2671677
Ditulis oleh Khanza Sabrina Salsabila, penulis magang yang demen sama Pamungkas.