Depresi adalah bentuk gangguan kesehatan mental yang serius dan terjadi pada cukup banyak orang. Namun, tahukah kamu bahwa depresi punya banyak jenis? Salah satunya adalah depresi situasional. Tanda depresi situasional biasanya adalah sikap murung, perubahan pola tidur dan makan, serta respons emosional terhadap sebuah peristiwa yang tengah terjadi dalam hidup dan memberi tekanan mental yang cukup tinggi.
Depresi yang disebabkan oleh stres ini, dapat terjadi karena peristiwa positif maupun negatif, guys! Misalnya, baru saja menikah, pindah tempat kerja, kehilangan orang terdekat, dan untuk konteks saat ini, menghadapi pandemi COVID-19.
Sepanjang tahun ini, banyaknya perubahan yang terjadi dalam hidup, ketidakpastian situasi, dan pembatasan kehidupan sosial, telah menimbulkan gejala-gejala depresi pada banyak orang. Gejala depresi yang ditimbulkan karena situasi pandemi ini, bisa dikategorikan sebagai depresi situasional.
Seperti dilansir dari Healthline, depresi situasional berlangsung lebih singkat ketimbang jenis depresi lainnya. Artinya, jika peristiwa yang menjadi pemicunya telah berakhir, maka penderitanya akan mulai berangsur sembuh dari depresinya.
Meski begitu, penderita tetap membutuhkan pertolongan profesional selama kondisi emosional dan mentalnya belum stabil atau masih menunjukkan gejala-gejala depresi.
Jika gejala-gejala depresi masih ada, kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Misalnya, sulit menjalani kehidupan sehari-harinya secara normal, bahkan hingga muncul keinginan untuk bunuh diri. Duh!
Sayangnya, gejala-gejala depresi situasional ini sering terlihat sebagai respons emosi biasa seperti sedih, khawatir, atau putus asa, sehingga tidak dilakukan penanganan lebih lanjut.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, beberapa hal berikut ini dapat menjadi tanda bahwa kamu telah mengalami depresi situasional.
1. Perubahan mood jadi salah satu tanda depresi situasional
Sumber: Freepik
Seperti halnya jenis depresi yang lain, depresi situasional juga terwujud dalam suasana hati yang sedih, putus asa, kecewa, atau merasa bersalah.
Saat mengalami depresi situasional, kamu juga mungkin merasa sulit untuk membangun perasaan senang dan membangkitkan semangatmu. Jika diperhatikan, kamu lebih sering merasakan emosi negatif ketimbang positif.
Perubahan ini muncul dalam kurun waktu tiga bulan, sejak terjadinya suatu peristiwa tertentu.
2. Perubahan perilaku
Kalau sebelumnya kamu aktif dan punya banyak kegiatan, saat mengalami depresi situasional, kamu akan merasa sulit untuk beraktivitas seperti biasa. Kamu juga mungkin nggak bisa tidur dengan nyenyak, kehilangan nafsu makan, dan menutup diri dari pergaulan.
Selain itu, kamu jadi lebih mudah merasa emosional, sering menangis, khawatir berlebihan, gampang marah, atau selalu merasa tak berenergi.
3. Muncul gejala saat stres
Sumber: Freepik
Pada depresi situasional, gejala-gejalanya akan muncul seiring dengan adanya penyebab stres tersebut.
Misalnya, terjadi peristiwa traumatis dalam hidup, lalu muncullah gejala-gejala khusus sebagai respons emosional dari stres yang dirasakan. Respons ini bisa bervariasi bentuknya, tergantung pada latar belakang penderitanya, tingkah laku, dan juga suasana hatinya.
4. Sulit menjalani aktivitas harian juga jadi salah satu tanda depresi situasional!
Sumber: Freepik
Saat menghadapi depresi situasional, kamu mungkin akan kehilangan motivasi dan kemampuan untuk menjalani aktivitas harianmu, seperti bekerja, kesibukan di rumah, hingga mengurus diri sendiri.
Dalam beberapa kasus, depresi situasional juga akan mengganggu hubungan personal penderitanya dengan orang-orang terdekatnya.
5. Berlangsung dalam jangka waktu tertentu
Satu hal yang menjadi pembeda depresi situasional dari jenis depresi yang lain adalah masa berlangsungnya. Depresi situasional biasanya berakhir saat penyebabnya tak ada lagi. Gejala yang dialami penderita, umumnya bisa hilang setelah enam bulan terbebas dari penyebab stresnya.
Namun begitu, jika penyebab depresinya cukup traumatis, penderita mungkin bisa mengalami mimpi buruk, teringat kembali pada peristiwa tersebut, dan sulit untuk mengatasi perasaan yang muncul. Karena itu, segera berkonsultasilah pada ahli untuk mendapatkan bantuan profesional yang paling tepat.