Peer pressure adalah tekanan dari teman sepermainan kita. Ini adalah perasaan dimana seseorang harus berperilaku seperti temannya yang lain agar diterima dan tidak dikucilkan. Hal ini menghasilkan tekanan tersendiri pada seseorang untuk berperilaku seperti yang diinginkan agar diterima dalam kelompok.
Saat seseorang merasakan tekanan ini, mereka cenderung menutup telinga dari orang sekitarnya—mereka hanya percaya apa yang dikatakan oleh peer-nya.
Di bawah ini, Riliv telah menyajikan berbagai jenis peer pressure yang kerap dialami tidak hanya oleh remaja, tapi juga orang dewasa. Yuk simak!
1. Tekanan dari teman mengenai penampilan
Images from Burst on Pexels
Standar kecantikan merupakan konstruksi sosial—yang ‘harus’ dicapai dalam masyarakat. Standar ini cukup membingungkan dan hanya merugikan perempuan.
Seseorang akan berusaha untuk mencapai standar kecantikan itu dengan melakukan diet gila atau yang cukup ekstrem adalah operasi plastik. Cara-cara ini diupayakan supaya orang tersebut bisa memenuhi standar kecantikan agar bisa diterima dalam kelompok pertemanan.
Memaksakan diri untuk memenuhi standar kecantikan tidak menjamin kamu akan puas atau bersyukur. Justru, dengan bersyukur, akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan membuat aura cantikmu lebih bersinar.
2. Peer pressure mengenai pasangan
Dear, pernahkah kamu ditanya “Mana pasangannya? Punya pacar kan?” atau pertanyaan lain seperti “Kapan nikah? Tunggu apalagi sih?” yang datangnya justru dari orang orang terdekat kita sendiri.
Pernah nggak kalian merasa ketinggalan dengan teman kalian yang sudah memiliki pasangan?
Nah, ini adalah salah satu tekanan dari teman yang dapat kita rasakan saat beranjak dewasa. Karena lelah dengan pertanyaan itu atau bahkan merasa kesepian melihat teman sebaya yang memiliki pasangan, kita cenderung ingin cepat mencari pasangan.
Tekanan ini dapat berujung pada stres dan depresi lho! Bahkan, kamu bisa saja terjerat dalam hubungan yang toxic karena kamu hanya berpikir, yang penting punya pacar!
Percayalah Dear, akan tiba saatnya kamu bertemu dengan pasangan yang baik. Lebih baik, fokus meningkatkan kualitas diri sendiri terlebih dahulu. Katanya kan, pasangan adalah cerminan diri kita, bukan? Maka dari itu, agar memiliki pasangan yang ‘berkualitas’ pula, lebih baik kita meningkatkan kualitas diri terlebih dulu!
3. Tekanan dari teman yang sering terjadi: soal materi dan karir
Photo by August de Richelieu from Pexels
Melihat rumput tetangga memang terkadang lebih hijau daripada rumput sendiri, begitu bukan?
Hal ini berlaku juga dengan karir. Melihat orang lain, apalagi teman sendiri, mempunyai posisi, gaji, dan bekerja di perusahaan yang lebih besar membuat kita ingin memiliki hal yang sama. Kita akan berusaha mencapai itu dan melupakan bahwa jalan masing-masing orang berbeda-beda.
“Every flowers blooms in its own time. Remember, you will blossom at your own pace. Just know this, it will happen”
4. Peer pressure soal bersenang-senang
Siapa yang rela melakukan hal yang tidak sesuai dengan value dirinya hanya untuk diterima dalam suatu lingkungan tertentu?
Dear, kamu memang tidak bisa menghakimi cara orang bersenang-senang. Namun, jika kamu terpaksa melakukannya padahal tidak sesuai dengan value dan hanya untuk tuntutan sosial, kamu perlu evaluasi diri lagi!
Tekanan semacam ini biasanya dirasakan oleh orang dengan istilah “baru melek“. Mereka tidak melakukannya di masa muda dulu, dan baru aktif melakukannya sekarang untuk diterima di circle pertemanannya.
Pada akhirnya, dengan memaksakan mengikuti apa yang orang lain lakukan untuk bersenang-senang tidak akan membuat kita bahagia. Lebih baik kita mengikuti kegiatan yang memang akan membuat kita bahagia dan kita enjoy melakukannya tanpa adanya tuntutan dari orang lain.
Referensi:
- What are The Six Types of Peer Pressure. Retrieved from Talk it out