Trauma adalah respons emosional terhadap peristiwa mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam, menurut definisi dari American Psychological Association.
Bukan hanya disebabkan oleh beberapa penyebab di atas, beberapa trauma juga disebabkan oleh perpisahan, cedera, dan kematian.
Bahkan saat-saat diintimidasi atau hal yang sangat memalukan dapat membuat seseorang menjadi trauma. Apa pun yang menyebabkan respons emosional yang parah dan mempengaruhi jiwamu sesudahnya, pada dasarnya adalah trauma.
Ada berbagai jenis trauma. Sama seperti bagaimana trauma fisik umumnya, luka atau cedera yang meninggalkan bekas luka, trauma emosional adalah cedera mental yang meninggalkan bekas luka internal.
Respons jangka pendek yang umum terhadap peristiwa traumatis adalah goncangan dan penolakan, sementara gejala trauma jangka panjang dapat berupa kilas balik suatu kejadian (de ja vu), mimpi buruk, insomnia, ledakan emosi, depresi, dan bahkan kelelahan serta mual.
Ini semua adalah respons normal ketika mengalami trauma. Satu-satunya masalah adalah jika respons ini bertahan dan tidak sesuai dengan trauma yang mendasarinya,
Trauma juga dapat mendatangkan malapetaka pada kehidupan sehari-hari, dan membuatmu mungkin tidak mampu untuk melanjutkan hidup.
Itulah mengapa penting untuk belajar bagaimana menyembuhkan diri dari rasa sakit emosional akibat trauma dan melanjutkan hidup dengan sepenuh hati.
Apa yang terjadi pada otak ketika seseorang mengalami trauma?
Ketika kita mengatakan trauma menyebabkan bekas luka internal, itu benar terjadi. Trauma sebenarnya dapat mengubah otak dan mempengaruhi tiga bagian – amigdala, hipokampus, dan korteks prefrontal.
Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan stres pasca-trauma bahkan dapat mengubah ukuran otakmu!
Ketika kamu mengalami trauma, kamu masuk ke mode fight, flight, atau freeze, yang disebabkan oleh produksi hormon stres kortisol yang berlebihan.
Kelebihan kortisol ini sebenarnya mengubah sirkuit otak, yang mengakibatkan tekanan emosional dan psikologis.
Setiap kali kamu menghidupkan kembali traumamu atau sesuatu yang dapat memicu trauma, kamu mengalami kelebihan produksi kortisol.
Kelebihan kortisol menyebabkan kamu berada dalam kondisi siaga tinggi (yaitu sensitivitas ekstrim, kegelisahan, hiper-kesadaran, dan gemetar).
Berikut adalah 5 tips tentang cara menyembuhkan trauma emosional dan mulai menjalani hidupmu dengan sepenuh hati:
1. Terima traumamu dan bersedia untuk sembuh
Langkah pertama untuk setiap proses penyembuhan atau pemulihan adalah penerimaan. Seperti yang telah disebutkan, penolakan adalah gejala umum dari trauma emosional sebagai mekanisme koping, karena jika kamu tidak berpikir kamu telah trauma, itu bukan masalah besar bukan? Salah.
Kamu masih akan mengalami respons yang melemahkan terhadap trauma, baik kamu menyangkal atau tidak, sehingga kamu mungkin menerimanya dan mulai sembuh.
Tidak apa-apa mengalami trauma.
Hampir tidak mungkin menjalani kehidupan tanpa mengalami trauma, jadi jangan khawatir. Contoh sederhananya adalah tidak seorang pun akan mempermalukanmu karena kanker, mengapa kamu malu karena trauma?
Dan trauma bahkan lebih umum daripada kanker, sehingga mengalaminya juga bukan kesalahanmu. Jangan menyerah pada ego yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah denganmu karena mengalami trauma.
Sama sekali tidak ada yang salah denganmu, patut diingat bahwa memilki trauma itu normal!
Cukup cintai dirimu sendiri untuk menjalani proses penyembuhan karena kamu layak mendapatkan kebahagiaan di ujung pengorbananmu.
Trauma itu tidak masalah! Tidak mengambil apa pun darimu, kamu adalah pribadi yang utuh.
2. Cara mengatasi trauma adalah dengan menstabilkan dirimu
Mendapatkan kembali rasa aman di dunia sangat penting untuk penyembuhan dari trauma emosional dan hidup dengan sepenuh hati.
Langkah ini mungkin terlihat berbeda untuk semua orang, tergantung pada apa yang membuatmu merasa aman dan apa idemu tentang stabilitas.
Tapi, hal paling umum yang membuat orang merasa aman adalah memiliki sistem pendukung, yang dapat mencakup teman, keluarga, terapis, dan bantuan profesional, bahkan hewan peliharaanmu.
Kuncinya adalah membiarkan orang-orang terdekatmu untuk mendukung dan hadir untukmu saat kamu sembuh.
Jika kamu kesulitan menemukan bantuan profesional atau bingung bagaimana agar menstabilkan hidup, kamu bisa mencoba fitur konseling atau meditasi online dari Riliv.
Riliv adalah aplikasi konseling dan meditasi online satu-satunya di Indonesia. Kamu tidak perlu keluar rumah dan cukup install aplikasi riliv pada telepon pintarmu.
3. Mengatur kembali perasaan dan kekuatan untuk bangkit
Setelah kamu membiarkan diri untuk mengeluarkan emosi terpendam pada hal-hal yang menyebabkan trauma, sekarang saatnya untuk melihat trauma itu sendiri dari sudut yang seimbang dan logis untuk memisahkannya dan mengupasnya menjadi sesuatu yang tidak melekat lagi padamu.
Untuk tips ini, sangat penting untuk memiliki terapis yang kamu percayai dan merasa nyaman untuk membantumu menganalisis trauma dan bagaimana, mengapa, dan apa yang sekarang bisa kamu lakukan.
Disadur dari:
- https://www.yourtango.com/experts/lillianna-galvan/how-to-heal-from-emotional-trauma-by-heartbreak-illness-and-traumatic-events
Ditulis oleh sabilabila.